Mengenali Ciri Rakhitis pada Anak
Rakhitis (Bahasa Inggris: rickets) adalah penyakit yang membuat tulang lemah dan lunak akibat kekurangan vitamin D, kalsium, atau fosfat. Tulang jadi berbentuk tidak normal.
Rakhitis pada anak hanya terjadi pada tulang yang sedang bertumbuh, sehingga paling banyak dialami oleh bayi dan balita meski kadang juga pada remaja. Kondisi ini juga bisa terjadi karena keturunan, namun kasusnya sangat langka.
Penyebab Rakhitis pada Anak
Rakhitis pada anak biasanya disebabkan oleh kekurangan vitamin D, terutama jika anak-anak kurang asupan kalsium atau fosfat.
Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dan fosfat dari usus. Kekurangan vitamin D menyulitkan tubuh menjaga kadar kalsium dan fosfat dalam jumlah cukup.
Ketika ini terjadi, tubuh memproduksi hormon yang menyebabkan kalsium dan fosfat dilepaskan dari tulang, sehingga tulang menjadi lemah dan lunak.
Terkadang masalah ginjal menyebabkan rakhitis dengan memengaruhi cara tubuh menangani vitamin D, kalsium, dan fosfat.
Baca Juga: Seperti Apa Tahapan Perkembangan Tulang Anak?
Faktor Risiko Rakhitis pada Anak
Foto: easybabylife.com
Rakhitis pada anak memang biasanya disebabkan oleh kekurangan vitamin D. Namun, kebanyakan anak dengan kadar vitamin D rendah tidak mengalami rakhitis.
Menurut situs Healthline, hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yakni:
- Usia: rakhitis pada anak paling umum terjadi pada bayi dan balita usia 6-36 bulan karena mereka mengalami pertumbuhan yang cepat. Di masa ini, tubuh mereka paling memerlukan kalsium dan fosfat untuk menguatkan dan mengembangkan tulang mereka.
- Makanan: risiko mengalami rakhitis lebih tinggi pada anak yang menerapkan diet vegetarian sehingga tidak mengonsumsi ikan, telur, atau susu. Begitu pula jika Si Kecil mengalami gangguan mencerna susu atau alergi terhadap laktosa. Bayi yang hanya minum ASI tanpa makanan pendamping setelah cukup usianya (di atas 6 bulan) juga bisa kekurangan vitamin D karena ASI tidak cukup mengandung vitamin tersebut untuk mencegah rakhitis pada anak.
- Warna kulit: anak-anak keturunan Afrika, Kepulauan Pasifik, dan Timur Tengah memiliki risiko paling tinggi mengalami rakhitis karena memiliki kulit berwarna gelap. Kulit gelap tidak bereaksi terhadap sinar matahari sekuat kulit cerah, sehingga tubuh mereka kurang memproduksi vitamin D.
- Lokasi geografis: tubuh memproduksi vitamin D lebih banyak jika terekspos sinar matahari. Jadi, anak lebih berisiko terkena rakhitis jika tinggal di daerah yang mendapat sedikit sinar matahari atau terlalu banyak berada di dalam ruangan saat matahari bersinar.
Baca Juga: Resep MPASI untuk Memperkuat Tulang Anak
Ciri Rakhitis pada Anak
Foto: Flo
- Kelainan bentuk tulang, seperti tengkorak yang berbentuk aneh, fontanel (bagian lunak di puncak kepala bayi) terlambat menutup, tulang tengkorak lunak (kraniotabes), bentuk kaki O atau X (namun normal jika kaki anak O sebelum usia dua tahun dan kaki X sekitar umur empat tahun), tonjolan di tulang rusuk, tulang dada menonjol, tulang belakang melengkung, atau kelainan bentuk panggul
- Bengkak di pergelangan tangan dan kaki serta lutut karena ujung tulang lebih besar dari biasanya
- Gigi terlambat muncul, lubang di enamel gigi, abses, cacat pada struktur gigi, serta jumlah lubang gigi yang banyak
- Pertumbuhan terhambat dan pendek
- Terlambat merangkak dan berjalan
- Retak tulang setelah jatuh atau trauma kecil
- Sakit di tulang lengan, tungkai, panggul, atau punggung
- Kram otot
Baca Juga: Baik Bagi Tulang dan Otak, Ini 10 Manfaat Kurma untuk Anak
Menurut website The Royal Children’s Hospital Melbourne, anak yang mengalami rakhitis seringkali rewel karena tulang mereka terasa sakit. Terkadang bayi yang mengalami rakhitis mengalami gejala kadar kalsium yang sangat rendah seperti kejang.
Untuk mendiagnosis rakhitis pada anak, dokter spesialis akan meminta anak melakukan tes darah untuk mencegah vitamin D, keseimbangan kalsium, fosfat, fungsi ginjal, dan pergantian tulang. Ia juga bisa menyarankan tes urin dan X ray.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.