Meningitis TB: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Moms, sudah pernah mendengar kondisi yang bernama meningitis TB? Penyakit ini dapat berakibat fatal apabila tidak segera mendapatkan penanganan.
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen. Meningen ini merupakan lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang.
Penyakit meningitis dapat terjadi pada siapa saja, termasuk juga bayi, anak-anak, ibu hamil dan menyusui, hingga orang yang berusia lanjut.
Sementara itu, meningitis TB atau meningitis tuberkulosis adalah bentuk meningitis yang lebih parah.
Meningitis TB ditandai dengan peradangan selaput di sekitar otak atau sumsum tulang belakang.
Penyebabnya adalah infeksi bakteri TBC atau yang lebih dikenal dengan Mycobacterium tuberculosis.
Seseorang yang mengalami meningitis TB akan mengalami gejala yang berkembang secara bertahap.
Beberapa pengobatan dapat dilakukan untuk melawan infeksi. Lebih lengkapnya, simak ulasan berikut ini, ya, Moms.
Baca Juga: Ini Bahaya Terkena Meningitis saat Hamil, Wajib Tahu!
Penyebab Terjadinya Meningitis TB
Dilansir dari National Organization for Rare Disorders, meningitis TB adalah komplikasi langka yang terjadi pada beberapa pasien yang pernah atau belum pernah menderita tuberkulosis (TBC).
Kondisi ini juga dapat terjadi pada orang yang telah terpapar bakteri penyebab TBC.
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, bentuk meningitis ini disebabkan oleh bakteri spesifik yang dikenal sebagai Mycobacterium tuberculosis.
Umumnya, meningitis TB ditemukan pada anak usia 1-5 tahun, namun sebenarnya kondisi ini dapat terjadi pada semua kalangan usia.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini biasanya mencakup pemeriksaan cairan serebrospinal.
Perlu dipahami, meningitis TB adalah penyakit yang langka terjadi. Namun, kondisi ini dapat berakibat fatal, ya, Moms.
Dilansir dari laman Meningitis Research Foundation, meningitis TB cenderung lebih parah daripada bentuk meningitis lainnya.
Meskipun 70-85 persen dari mereka yang terkena dampak akan bertahan, hingga seperempat dari mereka mungkin memiliki efek jangka panjang setelahnya.
Hal ini terutama karena sangat sulit untuk mengenali penyakit pada tahap awal.
Pada saat pengobatan dimulai, sering kali dapat terjadi kerusakan pada jaringan otak serta saraf dan pembuluh darah di daerah sekitar otak.
Jika pengobatan dimulai sebelum pasien menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak, ada kemungkinan besar untuk sembuh total.
Sebaiknya, Moms menyimak gejala yang dapat ditimbulkan dari meningitis TB.
Baca Juga: Meningitis Bisa Terjadi Pada Bayi, Ini Gejalanya!
Gejala pada Pengidap Meningitis TB
Penting sekali untuk melihat gejala dari meningitis TB, karena biasanya gejala muncul secara bertahap. Terlebih lagi, gejala awal kadang tidak dapat terdeteksi dengan baik.
Meningitis TB biasanya dimulai dengan gejala nyeri yang tidak jelas spesifik dan tidak diketahui penyebabnya.
Perlu dipahami, meningitis TB melibatkan sistem saraf pusat.
Selain itu, beberapa gejala meningitis TB lainnya, seperti
- Demam ringan
- Leher terasa kaku
- Sensitivitas terhadap cahaya
- Merasa tidak enak badan
- Tubuh kelelahan
- Mudah tersinggung
- Tidak dapat tidur atau makan dengan benar
- Muntah-muntah
- Merasakan sakit kepala yang semakin parah secara bertahap
Kondisi ini dapat berlangsung selama 2-8 minggu.
Pada orang yang berusia tua, beberapa gejalanya bahkan lebih tidak terlihat. Namun, ada beberapa hal yang sering terjadi, seperti:
- Sering mengantuk
- Merasa tidak enak badan
- Mudah marah
- Menjadi mudah bingung
- Sering mengalami pingsan
- Mungkin dapat menyebabkan koma
Jika kondisi meningitis TB tidak segera diobati, gangguan ini dapat menyebabkan kejang, hidrosefalus (penumpukan cairan di rongga otak), tuli, keterbelakangan mental, kelumpuhan satu sisi tubuh, dan juga kelainan neurologis lainnya.
Baca Juga: Ikuti 4 Gaya Hidup Sehat Ini Agar Terhindar dari Obesitas
Pencegahan Penyakit Meningitis TB
Bakteri penyebab tuberkulosis dapat menular apabila dikeluarkan ke udara melalui percikan dahak (droplets) yang keluar saat pengidap TBC batuk, bersin, atau berbicara.
Ketika infeksi penyebab TBC menyerang selaput otak, dapat terjadi yang namanya meningitis TB. Jadi, penyakit ini dapat menular.
Orang dengan infeksi TB hanya menimbulkan risiko bagi orang lain jika hasil pemeriksaan dahaknya positif.
Artinya bakteri terdapat dalam dahak yang dihasilkan oleh batuk.
Selain itu, kontak serumah dalam waktu lama biasanya diperlukan untuk penularan meningitis TB.
Kontak serumah dengan pengidap TB biasanya diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Lalu, adakah cara untuk mencegah terjadinya meningitis TB?
Cara terbaik untuk mencegah meningitis TB tentunya dengan mencegah infeksi TB itu sendiri.
Pemberian vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG) dapat membantu mengendalikan penyebaran penyakit. Vaksin ini efektif untuk mengendalikan infeksi TB pada anak kecil.
Vaksin BCG mengandung bentuk bakteri (kuman) yang menyebabkan TBC.
Karena bakteri ini dilemahkan, bakteri ini tidak menyebabkan TB dalam diri orang yang sehat, sebaliknya berguna untuk membentuk perlindungan (imunitas) terhadap TB.
BCG bekerja paling efektif pada bayi dan anak-anak kecil. BCG hanya membutuhkan satu vaksin dosis.
Baca Juga: Menderita TBC Saat Hamil dan Menyusui, Apa Dampak dan Risikonya?
Cara Mengatasi Meningitis TB
Menurut studi yang diungkap dalam Jurnal Respirasi dari Universitas Airlangga, penyakit meningitis TB adalah penyakit infeksi yang membutuhkan penanganan dengan cepat dan tepat.
Pengobatan lebih awal dengan obat anti TB yang efektif sangat menentukan keberhasilan pengobatan meningitis TB.
Keterlambatan diagnosis akan memperburuk prognosis bahkan bisa berakibat fatal, yaitu hingga kematian.
Beberapa pengobatan untuk meningitis TB mencakup:
1. Obat Antibiotik
Meningitis TB biasanya diobati dengan obat antibiotik yang digunakan untuk melawan bakteri penyebab infeksi. Ini mungkin termasuk isoniazid, rifampisin, streptomisin, dan etambutol.
Perawatan harus berlangsung setidaknya selama 9 bulan hingga satu tahun. Obat kortikosteroid seperti prednison mungkin juga bermanfaat.
Baca Juga: Mengenal Infeksi Amoeba Pemakan Otak yang Gejalanya Mirip Meningitis, Waspada!
2. Terapi Antimikroba
Dilansir dari jurnal Hindawi, beberapa pengobatan yang bisa dilakukan harus disesuaikan dengan tingkat keparahan dari penyakit itu sendiri.
Beberapa cara untuk mengatasi meningitis TB, yaitu terapi antimikroba yang harus dilakukan secara tepat waktu untuk meningkatkan keberhasilan pengobatannya.
Selanjutnya, terapi kortikosteroid tambahan bisa lakukan.
Sebab, sebagian besar gejala neurologis dari meningitis TB dianggap karena respon inflamasi yang berlebihan yang menyebabkan cedera jaringan dan edema otak.
3. Tindakan Bedah
Pengobatan meningitis TB berikutnya bisa dilakukan, yaitu tindakan bedah. Penanganan ini dilakukan apabila penyakit ini sudah menyebabkan komplikasi, yaitu hidrosefalus.
Bisa dikatakan, hidrosefalus adalah komplikasi umum dari meningitis TB. Hidrosefalus adalah kondisi terjadinya penumpukan cairan cerebrospina (CSF) berlebih di dalam ventrikel otak.
Cairan berlebih yang seharusnya diserap ke pembuluh darah membuat ventrikel otak membesar.
Tekanannya bisa menyebabkan kerusakan jaringan halus otak serta gangguan pada berbagai fungsi otak.
Melihat berbagai cara pengobatan meningitis TB yang bisa dilakukan, sebaiknya segera lakukan diagnosis setelah mendapati mengalami gejala.
Diagnosis meningitis TB bisa dikatakan lebih sulit dibandingkan dengan bentuk meningitis bakteri lainnya.
Hal ini karena gejala yang tidak datang tiba-tiba, berbeda dengan gejala meningitis klasik.
Untuk itu, sebaiknya Moms dapat memerhatikan gejala yang sudah diungkapkan sebelumnya agar menemukan langkah selanjutnya yang tepat.
- https://www.hindawi.com/journals/trt/2011/798764/
- https://e-journal.unair.ac.id/JR/article/download/12310/7117
- https://rarediseases.org/rare-diseases/meningitis-tuberculous/
- https://www.meningitis.org/meningitis/causes/tb-(tuberculosis)-meningitis
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.