7 Mitos tentang Disleksia, Tidak Perlu Dipercaya ya Moms!
Disleksia adalah serangkaian gejala yang mengakibatkan individu baik anak-anak maupun orang dewasa, mengalami kesulitan membaca dan dengan keterampilan bahasa lainnya, seperti mengeja, menulis dan mengucapkan kata-kata.
Menurut Asosiasi Disleksia Internasional, penyebab disleksia belum bisa dipastikan, namun ada sejumlah penelitian yang menyoroti adanya perbedaan dalam perkembangan otak dan fungsi mereka yang menderita disleksia.
Diperkirakan sekitar 20 persen populasi mengalami kesulitan membaca, seperti membaca lambat atau tidak akurat.
"Namun, belum tentu mereka ini menderita disleksia kata Joanne Pierson, project manager di DyslexiaHelp, University of Michigan, AS seperti dikutip dari usnews.com.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Disleksia pada Anak, Ini Ciri-cirinya
Mitos tentang Disleksia
Pierson menuturkan, anak atau orang dewasa dengan disleksia, memang kerap mengalami kesulitan untuk mempelajari materi berbasis bahasa.
Di samping itu, mereka juga sering berurusan dengan kesalahpahaman dan mitos yang merusak terkait disleksia. Misalnya, umumnya orang yang mengidap disleksia tidak terlalu cerdas.
"Padahal itu tidak akurat. Penyebab yang mendasarinya adalah proses fonologis, atau suara seseorang," tegas Pierson.
Nah, berikut sejumlah mitos tentang disleksia yang tidak perlu dipercaya ya Moms.
1. Membalikkan Huruf dan Angka
Mitos tentang disleksia yang pertama adalah anak disleksia membalikkan huruf dan angka. Meskipun membalik huruf-huruf tertentu seperti b dan d dapat menjadi tanda disleksia.
Namun, bukan berarti tidak semua anak yang membalikkan huruf mengalami disleksia. Adalah normal bagi anak-anak untuk membalikkan huruf ketika mereka sedang belajar menulis sampai usia 7 tahun.
"Tetapi jika anak-anak masih melakukan ini setelah dua tahun menulis instruksi, itu bisa menjadi tanda peringatan disleksia," papar Dr. Daniel Ganjian, dokter anak bersertifikat di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California.
2. Tidak Akan Pernah Belajar Membaca dengan Baik
Mitos tentang disleksia yang selanjutnya adalah orang degan disleksia tidak akan pernah belajar membaca dnegan baik. Menurut situs Dyskexiahelp, beberapa penderita disleksia akan menjadi pembaca hebat dengan intervensi pendidikan yang tepat.
Intervensi semacam itu sistematis, eksplisit, dan berbasis bukti. "Kami menyebutnya literasi terstruktur. Ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan individu," kata Pierson.
Pierson menuturkan, pihaknya mengajarkan mereka untuk mencocokkan bunyi dengan kombinasi huruf dan mengajari mereka pola dan aturan ejaan. Mereka juga diminta terlibat dalam studi kata dan juga diajarkam cara memisahkan kata-kata dan menyatukannya kembali.
"Kami juga mengajarkan mereka untuk menggunakan konteks sehingga mereka dapat memahami arti kata dalam konteks tertentu," tutur Pierson.
3. Sulit Membaca karena Melihat Sesuatu secara Terbalik.
Mitos tentang disleksia yang selanjutnya adalah sulit membaca karena melihat sesuatu secara terbalik. Disleksia bukanlah masalah penglihatan. Ini sangat bertentangan dengan kesalahpahaman yang umum terjadi selama ini. Orang yang tidak menderita disleksia juga membalikkam huruf dan angka ketika mereka pertama kali belajar.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics pada 2015 tidak menemukan hubungan antara masalah mata dan disleksia.
Para peneliti di Universitas Bristol di Inggris juga pernah menguji lebih dari 5.800 anak-anak berusia antara 7 dan 9 tahun untuk berbagai tantangan penglihatan, dan 3 persen penderita disleksia yang memiliki masalah membaca memiliki sedikit perbedaan dalam penglihatan mereka, dibandingkan dengan anak-anak tanpa disleksia.
Baca Juga: Anak Deddy Corbuzier Jadi Lulusan Terbaik, Ternyata Ini 5 Kelebihan Anak Disleksia
4. Malas dan Harus Berusaha Lebih Keras.
Mitos tentang disleksia yang selanjutnya adalah malas dan harus berusaha lebih keras. Kurangnya kesadaran tentang gangguan membaca atau disleksia di beberapa kalangan pendidik dan juga orang tua, telah mengakibatkan anak-anak ini dicap malas.
Dampaknya, anak-anak ini sudah berpikir bahwa mereka akan gagal dalam tugas membaca, mengeja dan menulis.
"Mereka pun akhirnya menahan diri dari mencoba atau berusaha keras pada studi mereka, untuk menghindari kegagalan," kata Pierson,
5. Lebih Banyak Anak Laki-laki
Mitos tentang disleksia yang selanjutnya adalah disleksia lebih banyak dialami oleh anak laki-laki. Adalah benar bahwa ketidakmampuan membaca diidentifikasi pada anak laki-laki lebih sering daripada anak perempuan. Namun penelitian menunjukkan bahwa identifikasi semacam itu sebenarnya bias.
Prevalensi gangguan ini hampir identik pada kedua jenis kelamin. Ketika anak laki-laki menghadapi ujian, mereka lebih reaktif dalam tindakan saat mereka merasa frustasi karena tidak dapat melakukan ujian tersebut.
Berbeda dengan anak perempuan, dengan ujian yang sama, mereka cenderung diam dan memilih duduk di kursi belakang agar tak terlihat.
6. Dapat Diredakan dengan Minyak Ikan, Kacamata dengan Lensa Berwarna, atau Latihan Keseimbangan
Mitos tentang disleksia yang selanjutnya adalah disleksia dapat dieredakan dengan minyak ikan, kacamata dengan lensa berwarna, atau latihan keseimbangan.
Tidak ada bukti ilmiah bahwa pendekatan ini berhasil. Menurut Dyslexiahelp, orang dengan disleksia memerlukan instruksi eksplisit dan sistematis tentang kesadaran fonologis, fonik, membaca kata dan pola ejaan dan aturan.
Siswa dengan disleksia mungkin perlu strategi untuk mengembangkan kosakata mereka, pemahaman membaca dan menulis serta ekspresi verbal dan pencarian kata.
"Banyak orang mengklaim bagaimana mengobati disleksia, tetapi satu-satunya cara adalah melalui pendekatan keaksaraan terstruktur," kata Pierson.
Baca Juga: Seru! 5 Ide Aktivitas Bermain Sambil Belajar Untuk Balita Disleksia
7. Memiliki Kecerdasan Rendah
Mitos tentang disleksia yang selanjutnya adalah anak dengan disleksia memiliki kecerdasan rendah. Sebaliknya, anak-anak ini biasanya memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata.
Seperti anak-anak lain dengan ketidakmampuan belajar, siswa dengan disleksia memiliki kesenjangan antara potensi belajar mereka, misalnya, diukur dengan skor IQ yang lebih tinggi dan prestasi mereka yang sebenarnya yang biasanya lebih rendah dari yang diharapkan.
Karena disleksia memengaruhi bagian otak tertentu, anak-anak ini dapat melakukannya dengan sangat baik di bidang lain. Dan itulah salah satu alasan mengapa begitu banyak yang tidak terdiagnosis.
“Mereka mungkin hadir sebagai artikulasi oral atau memiliki bidang kekuatan lain. Kadang-kadang mereka bersinar dalam keterampilan spasial-visual, penalaran, atau matematika,” kata Eileen Busbice, seorang spesialis bilingual K – 5 di Birdville Independent School District di Texas seperti dilansir dari scholastic.com.
Itulah beberapa mitos tentang disleksia yang tidak perlu Moms percayai. Anak-anak dengan disleksia sering kali merupakan pemikir yang intuitif dan out-of-the-box. Mereka biasanya adalah pemecah masalah yang hebat.
Tidak heran jika daftar panjang individu yang sukses dengan disleksia termasuk orang-orang ternama seperti sutradara Steven Spielberg, aktris Whoopi Goldberg, penulis Dav Pilkey, dan pendiri Apple Steve Jobs.
(SERA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.