8 Pakaian Adat DKI Jakarta, Kegunaan dan Filosofinya
Meski zaman sudah serba modern, namun pakaian adat DKI Jakarta masih terus lestari sampai sekarang, lho!
Terbukti dengan makin banyak masyarakat yang menggemari pakaian adat Jakarta.
Sering dikenakan ke acara pernikahan, acara kantor ataupun event perayaan lainnya.
Ragam Pakaian Adat DKI Jakarta
Pakaian adat DKI Jakarta didominasi oleh busana tradisional Betawi, suku yang menjadi ikon kebudayaan Jakarta.
Selain itu, dari busana-busana adat tersebut memiliki sentuhan Tionghoa, India dan Arab.
Bagi Moms yang penasaran tentang ragam pakaian adat DKI Jakarta, mari simak ulasannya!
1. Kebaya Encim
Kebaya encim atau kebaya kerancang adalah pakaian adat DKI Jakarta untuk perempuan.
Kebaya khas Betawi ini banyak digemari oleh perempuan dewasa dan gadis remaja lho, Moms!
Mengutip laman Setu Babakan Betawi, di masa lalu kebaya encim dirancang dari kombinasi bahan lace atau brokat buatan Eropa, lalu ditutup dengan bordiran yang variasinya berbeda-beda.
Kebaya ini aslinya berukuran agak pendek meruncing ke bagian muka kebaya. Sementara bagian lengan kebaya melebar.
Bahan kebaya dibordir kerancang, dengan motif kembang pada bagian bawah kebaya dan pada pergelangan tangan.
Di masa sekarang, kebaya encim semakin berkembang dan modelnya dimodifikasi agar terlihat modern.
Kebanyakan kebaya encim yang dijumpai di masa kini dibuat dari bahan-bahan seperti organdi, silk, brokat, sutra alam dan lainnya.
Selain itu, umumnya dikenakan bersama rok atau celana, tidak dengan sarung seperti lazimnya.
Aksesoris pemanis berupa giwang, kalung dan perhiasan peniti rante atau peniti cangkrang, dan memakai sandal selop tutup, serta rambut sanggul.
2. Baju Sadariah
Pakaian adat DKI Jakarta khas Betawi ini diperuntukkan untuk laki-laki.
Tampak mirip dengan baju koko dan terbuat dari bahan katun dengan model krah tinggi.
Terdapat kancing dari atas sampai bawah dan memiliki kantong pada bagian muka baju, masing-masing di sisi kanan dan kiri bawah.
Ada juga baju sadariah yang dilengkapi belahan di sisi kanan dan kiri bagian samping baju, agat tidak terlalu ketat dan nyaman dikenakan.
Di masa sekarang, baju sadariah dibuat dengan macam-macam variasi bordiran pada krah, di bagian dan tengah ataupun kanan dan kiri.
Saat dikenakan baju ini dilengkapi dengan kain sarung yang dilipat dan diletakkan di bahu yang dinamakan cukin.
Selain itu, memakai peci atau kopiyah hitam polos, dan alas kaki selop terompah.
Orang tua yang memakainya juga kadang mengenakan akseroris seperti cincin batu-batuan dan gelang bahar.
Baca Juga: 10 Budaya Jakarta yang Wajib Diperkenalkan pada Anak
3. Baju Demang
Demang atau istilah lainnya jas merupakan pakaian adat DKI Jakarta khas Betawi untuk dikenakan laki-laki.
Baju Demang biasanya dipadukan dengan memakai kain ujung serong atau kain dengan panjang tidak sampai lutut, yang dibentuk menyerong atau miring.
Kaum pria Betawi dan Jakarta biasanya mengenakannya untuk menghadiri acara resmi seperti pernikahan, acara kenegaraan, dan lain sebagainya.
Baju demang yang berupa jas atau beskap umumnya dikenakan lenakap bersama peci untuk hiasan kepala.
Ini merupakan sebuah kain samping untuk lapisan atas celana panjang, dan celana panjang hitam yang seragam dengan warna beskap.
Jika berpasangan, wanitanya mengenakan kebaya encim yang disesuaikan dengan warna baju demang.
4. Baju Tikim dan Celana Pangsi
Pernah melihat pakaian berwarna serba hitam yang dikenakan pemain silat, Moms?
Pakaian tersebut merupakan baju tikim dan celana pangsi, busana tradisional Betawi.
Belakangan lebih dikenal dengan sebutan baju pangsi.
Busana ini punya ciri leher yang bulat dan berlengan panjang.
Pada badannya dibuat longgar.
Celananya dibuat menggantung agar terlihat lebih simpel.
Baju tikim dan celana pangsi merupakan pakaian yang dipengaruhi budaya Tionghoa.
Baju tikim berasal dari bahasa Hokkian "tui kim" dan celana pangsi dara kata "phang si", diadaptasi dari pakaian tradisional orang Tionghoa di Batavia.
Baju tikim dan celana pangsi yang digunakan masyarakat tradisional Betawi di masa lalu, umumnya dipakai oleh para petani, pendekar, jawara, jago silat atau main pukulan.
Di masa sekarang, selain pemain silat, baju ini masih dikenakan oleh orang tua keturunan Betawi sebagai pakaian sehari-hari.
Warna-warnanya pun sudah bervariasi, selain hitam juga ada merah dan hijau.
5. Busana Pengantin
Pakaian adat DKI Jakarta khas Betawi yang dikenakan pengantin merupakan pembauran budaya Tionghoa, Arab dan Barat.
Mengutip laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia, pakaian pengantin pria disebut Dandanan Penganten Care Haji dan pakaian pengantin perempuan disebut Dandanan Care None Penganten Cine.
- Dandanan Penganten Care Haji
Busana yang digunakan oleh pengantin pria terdiri atas:
- Jubah, atau jube, yaitu pakaian luar yang longgar dan besar serta terbuka pada bagian tengah depan dari leher sampai ke bawah.
- Gamis polos merupakan pakaian dalam jube berwarna muda, kalem, dan lembut yang tidak terlalu kontras dengan warna jubahnya.
- Selempang sebagai tanda kebesaran, dipakai di bagian dalam jubah, diselempangkan pada pundak kiri menuju pinggang kanan.
- Alpie, yaitu tutup kepala khas sorban haji setinggi 15-20 cm, dililit sorban putih atau emas. Alpie dihias dengan ronce melati tiga untai.
- Alas kaki berupa sepatu pantofel.
- Sirih dare, berupa 5-7 lembar daun sirih dilipat terbalik yang ujung atau batangnya tidak dibuang. Di dalamnya diselipkan bunga mawar merah dan uang sembe merupakan lambang kasih sayang.
- Dandanan Care None Penganten Cine
Busana pengantin wanita Betawi terdiri atas:
- Tuaki, yaitu baju bagian atas yang terbuat dari bahan yang gemerlap.
- Kun merupakan rok bagian bawah yang dibuat agak lebar.
- Roban tipis, penutup kepala
- Teratai Betawi sebagai hiasan penutup dada, dikenakan sehelai kain bertatahkan emas yang dibuat mengelilingi leher dan berkancing di belakang yang disebut delime.
- Tusuk konde dipasang dengan cara menusukkan pada siangko kecil yang berfungsi sebagai penutup simpul tali cadar.
- Siangko bercadar adalah penutup wajah yang mirip cadar, namun tidak menutupi wajah sepenuhnya. Biasanya, siangko dibuat dari emas atau perak dengan panjang sekitar 30 cm, menjuntai di depan wajah.
- Kembang goyang berjumlah dua puluh buah dan digunakan sebagai hiasan kepala untuk mempercantik penampilan pengantin.
- Hiasan "kembang besar," yang terdiri dari empat buah dengan bentuk yang menyerupai burung Phoenix.
- Kalung tebar, salah satu perhiasan pengantin yang dapat memperkaya penampilan, dengan desain yang tersebar di area leher.
- Sumping atau sunting telinga, dikenakan di telinga mempelai wanita untuk melengkapi penampilan dan menambah kesan anggun.
- Kerabu, yaitu perpaduan antara anting dan giwang, yang digunakan sebagai perhiasan telinga untuk mempelai wanita.
- Alas kaki atau penutup kaki berupa selop berbentuk perahu kolek, dan diperindah dengan tatahan emas dan manik-manik disebut selop kasut.
6. Kain Batik Betawi
Pakaian adat DKI Jakarta juga identik dengan kain batik khas Betawi.
Biasanya dijadikan sebagai bawahan atau cukin, sarung dilipat dan diselempangkan di leher atau hanya diletakkan saja di pundak.
Meski tidak sepopuler batik Jawa, namun batik Betawi memiliki karakteristik yang khas.
Motif dan coraknya memiliki unsur simbol-simbol yang identik kebudayaan Betawi. Misalnya saja, ada ondel-ondel, jali-jali, ngaronjeng, dan lainnya.
Warna yang digunakan pun lebih terang, seperti merah, hijau, kuning, dan biru yang cerah.
Di balik batik Betawi ada filosofi yang sarat makna lho, Moms yaitu sebagai keseimbangan alam semesta dalam memenuhi hidup yang sejahtera dan berkah.
Kalau Moms jalan-jalan ke Jakarta, pada hari tertentu akan melihat pakaian adat DKI Jakarta, yang dipadukan kain batik Betawi dikenakan oleh para petugas pemerintahan.
7. Kebaya None
Kebaya None adalah salah satu pakaian adat DKI Jakarta.
Kebaya None merupakan kebaya khas Betawi, suku asli yang mendiami daerah Jakarta.
"None" sendiri adalah bahasa Betawi yang berarti "wanita".
Kebaya None memiliki ciri khas berupa kebaya dengan model yang sederhana dan elegan.
Kebaya ini terbuat dari bahan kain yang halus seperti sutra atau katun, dengan warna yang cerah dan motif yang khas.
Biasanya, Kebaya None memiliki lengan pendek atau tanpa lengan (sleless) serta ukiran atau sulaman yang indah di bagian depan kebaya.
Selain kebaya, Kebaya None juga dipadukan dengan kain sarung Betawi yang disebut "kain jarik" atau "kain batik".
Kain jarik ini biasanya memiliki motif batik yang khas, seperti motif bunga atau motif geometris.
Berbeda dengan kebaya Encim, kebaya ini merupakan kebaya khas suku Betawi di Jakarta sedangkan kebaya Encim berasal dari budaya Tionghoa Peranakan di Jawa.
8. Pakaian Bangsawan Ujung Serong
Selanjutnya, terdapat pakaian adat DKI Jakarta yang dikenakan oleh bangsawan dan demang.
Pakaian ini disebut Pakaian Bangsawan atau Ujung Serong, dan umumnya hanya dikenakan oleh para pria.
Pakaian adat DKI Jakarta ini sering digunakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor pemerintah, sebagai tamu atau wali dalam acara pernikahan, dalam peringatan hari besar, untuk menyambut tamu istimewa, dan dalam acara resmi lainnya.
Sebagai lapisan dalam, pria Betawi mengenakan kemeja putih.
Kemudian, jas tutup berwarna hitam atau gelap dipakai di atas kemeja putih.
Sebagai bagian bawah, mereka mengenakan celana pantalon yang memiliki warna serupa dengan jas yang dipakai di atasnya.
Di pinggang, mereka melilitkan kain batik yang telah diatur dengan rapi, dengan panjangnya sampai ke paha.
Alas kaki yang serasi adalah sepatu pantofel.
Untuk memberikan kesan bangsawan yang berkelas, mereka juga memakai jam tangan emas.
Terakhir, sebagai penutup kepala, mereka mengenakan peci untuk menambah kesan berwibawa.
Baca Juga: 4 Jenis Rumah Adat Betawi dan Makna Filosofisnya
Makna Filosofi dari Ragam Pakaian Adat DKI Jakarta
Makna filosofi yang terkandung dalam ragam pakaian adat Betawi (DKI Jakarta) memiliki beberapa penafsiran, antara lain:
1. Baju Warna Putih
Pakaian dengan warna putih yang digunakan oleh pria memiliki makna kesucian.
Setiap orang Betawi mengharapkan kehidupan yang baik sesuai dengan nilai-nilai agama dan tata tertib negara.
Warna putih juga melambangkan harapan untuk senantiasa memiliki sikap bijaksana.
2. Aksesoris untuk Pengantin Wanita
Berbagai aksesoris yang dikenakan oleh pengantin wanita Betawi mencerminkan kecantikan dan keindahan seorang wanita.
Wanita dianggap sebagai sosok yang anggun dan berhak mendapatkan penghormatan yang pantas.
3. Sandal
Penggunaan sandal atau terompah sebagai alas kaki melambangkan sifat kesederhanaan dalam menjalani kehidupan.
Ketika menginjakkan kaki di bumi, seorang manusia diharapkan untuk menghormati alam semesta dan hidup dengan sederhana tanpa merasa lebih tinggi dari orang lain.
4. Warna Polos pada Baju Pangsi Betawi
Pangsi Betawi, yang merupakan pakaian yang identik dengan jawara, tetap mencerminkan kesederhanaan dan rendah hati.
Hal ini tercermin pada pakaian pangsi Betawi yang memiliki warna polos.
Pesan yang disampaikan adalah meskipun memiliki prestasi atau kedudukan yang tinggi, seseorang harus tetap menjaga sikap rendah hati.
Pakaian adat Betawi (DKI Jakarta) merupakan warisan budaya yang masih dijaga oleh masyarakat.
Meskipun jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, pakaian adat ini sering dipakai dalam acara-acara khusus seperti pernikahan, kompetisi silat, dan acara kenegaraan yang formal.
Baca Juga: 28 Oleh-Oleh Khas Jakarta yang Kekinian, Wajib Beli!
Itulah ragam pakaian adat DKI Jakarta yang didominasi busana khas Betawi.
Modelnya yang sederhana dan tampak casual, membuat pakaian adat ini cocok dikenakan untuk kondangan maupun acara kantor lho, Moms!
- https://sejarahjakarta.com/2019/05/24/sekelumit-kisah-baju-tikim-dan-celana-pangsi/
- http://www.setubabakanbetawi.com/busana-sadariah-2/
- https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.