21 Agustus 2019

Paniknya Saya sebagai Ibu Baru saat Melihat Anak Kejang karena Demam

Saya merasa tertohok ketika ditanya dokter jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang saat demam

Oleh Waritsa (28 th), Ibu dari Arraya Izma Ramadhan (1 th 2 bln), Member WAG Orami Toddler (3)

Masih melekat dalam ingatan, ketika bayi mungil saya yang baru saja berusia satu tahun ini secara mendadak mengalami kejang karena demam.

Siapa yang menyangka jika Arraya (Air) akan mengalami kejang? Baik saya maupun suami tak pernah terpikirkan, hingga mengalaminya pada Sabtu (15/6) lalu.

Air memang sedang menjalani rawat jalan selepas menderita disentri melakukan kontrol ke dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta.

Sewaktu kontrol, Air sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mengalami demam ataupun sakit. Tapi, saya memang merasa sedikit terganjal ketika dirinya buang air besar hingga tiga kali dan berwarna hijau.

Walaupun begitu, sang dokter menyimpulkan secara sementara bahwa Air kemungkinan mengalami alergi makanan. Saya pun diminta untuk mengingat kembali makanan yang dikonsumsi selama beberapa hari terakhir sebelum ke dokter.

Dokter menuliskan beberapa pantangan seperti ikan laut, kacang-kacangan, telur ayam, dan produk sapi berupa susu, keju, kecuali dagingnya.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasannya Sup Ayam Dapat Sembuhkan Batuk dan Demam

Arraya Mulai Tidak Nafsu Makan dan Badannya Mulai Panas

Kejang Karena Demam pada Bayi-2
Foto: Kejang Karena Demam pada Bayi-2 (Orami/Waritsa)

Orami/Waritsa

Usai berkonsultasi dengan dokter, saya dan suami hendak makan siang di tempat yang sejalur dengan jalan rumah. Namun, Air menunjukkan gejala lesu dan tidak mau makan.

Padahal, sebelumnya Air gemar memakan apapun selepas sakit. Saya pun melihat wajah sekaligus menyentuh bibir Air yang ternyata panas. Kami langsung menuju rumah.

Ketika sampai di rumah dan mengecek suhu tubuh, Air demam hingga menyentuh angka 38 derajat Celcius.

Air mulai merengek, dan ia harus meminum obat penurun demam. Kemudian, saya lanjut melakukan skin-to-skin dengan menyusui secara terus menerus dengan harapan demamnya turun.

Air masih merengek, tapi mulai berubah ketika orang tua saya datang menjenguk. Ia langsung semangat dan sempat bercanda dengan Eyang.

Saya langsung menyusui kembali untuk membantu menurunkan demam. Tapi, demam Air naik menjadi 38,9 derajat Celcius.

Secara mendadak, Air melepaskan bibirnya saat menyusui disusul dengan seluruh tubuhnya yang mengeras serta mengejang. Matanya pun membelalak besar seperti orang yang kerasukan.

"Bu, Air kejang!" ujar saya dengan spontan kepada ibu saya.

Sekejap, ibu saya langsung mengambil air dingin di lemari es. Saya tetap memegang Air agar dia tidak melukai dirinya. Tubuhnya kian bergetar seperti yang tidak kuat menahan panas tubuhnya.

Air pun disiram dengan air dingin untuk menurunkan suhu tubuhnya mulai dari kepala hingga ke bagian tubuh lainnya.

Ibu saya meminta bantuan kepada tetangga untuk mengantarkan ke Unit Gawat Darurat (UGD). Saya merapikan perlengkapan yang dibutuhkan. Mulai dari baju ganti, popok, hingga buku kontrol anak yang masih tersimpan di dalam tas.

Baca Juga: Kejang Pada Bayi, Apa Benar Pengaruhi Kecerdasan Otaknya?

Masuk ke Unit Gawat Darurat

Kejang Karena Demam pada Bayi-1
Foto: Kejang Karena Demam pada Bayi-1 (Orami/Waritsa)

Orami/Waritsa

Saat kami berangkat, Air sudah mulai sadar sambil ia menangis sesunggukan. Ia berangkat dengan keadaan basah menuju UGD.

Sesampainya di ruang UGD, hal pertama yang ditanya oleh dokter jaga adalah, “Kenapa bayinya?”

Saya langsung menjawab, "Kejang, Dok."

Saat itu juga, Air dibawa ke kasur UGD, pihak medis langsung melakukan tindakan seperti memasangkan infus, selang oksigen yang ditakutkan kejangnya mengganggu pernapasan, hingga memasukkan obat anti kejang ke bagian anusnya.

Dokter jaga lalu lanjut bertanya kejang karena apa, kemungkinan berapa menit Air mengalami kejang, hingga satu pertanyaan yang menohok saya yaitu, "Apa ada keluarganya yang pernah kejang karena demam?," tanyanya.

Saya sempat diam tapi langsung menjawab, "Saya, Dok. Kata ibu saya, sewaktu bayi saya sempat mengalami kejang hingga dua kali ketika di bawah usia lima tahun,” jawab saya.

Tanpa ragu, saya bertanya, "Memangnya kejang bisa turun-temurun, Dok?"

Dokter menjawab bahwa ada kemungkinan tinggi bayi kejang, ketika anggota keluarga lain seperti orang tua, paman, bibi, atau kakek dan nenek pernah mengalami kejang akibat demam.

"Adek bayi sekarang memiliki kemungkinan kembali untuk mengalami kejang walaupun sudah ditangani medis. Terutama ada riwayat keluarga dengan kejang demam sebelum berusia 18 bulan," ungkap Dokter.

Baca Juga: 4 Perawatan di Rumah yang Bisa Dilakukan Saat Anak Demam

Cari Informasi dari Berbagai Sumber

Kejang Karena Demam pada Bayi 1.jpeg
Foto: Kejang Karena Demam pada Bayi 1.jpeg

Saat menulis ini, saya lalu mencari berbagai artikel tentang kejang, di antaranya mengutip dari Orami Parenting.

Ajay Gupta, M.D, dokter ahli saraf sekaligus Kepala Seksi Epilepsi Pediatri di Pusat Epilepsi/Pusat Neurologi Cleveland Clinic, Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa kejang terjadi saat banyak sel otak yang tidak normal menjadi aktif di waktu bersamaan.

Kondisi tersebut akan menganggu sinyal normal listrik di otak. Aktivitas listrik yang berlebihan akan menyebabkan perubahan perilaku, kesadaran, dan gerakan tubuh.

Apabila, Air mengalami kejang karena demam di bawah 15 menit, maka tidak akan merusak otak dan tidak mengganggu kecerdasannya.

Bahkan, kondisi tersebut akan menghilang seiring bertambahnya usia Air. Namun bila lebih dari 15 menit, Air harus mendapatkan perawatan lebih lanjut terutama dilakukan pemeriksaan CT scan.

Hal ini untuk melihat dampak yang terjadi di otaknya, karena khawatir bahwa ini bukan sekadara kejang karena demam, tapi bisa saja adanya kelainan lain.

Usai mendapat penanganan dari dokter, Air disarankan melakukan rawat inap setelah berkonsultasi dengan dokter anak. Suami dan Ayah saya pun datang ke rumah sakit. Saya menjadi lebih tenang setelahnya.

Di luar sana, mungkin banyak orang tua baru yang juga mengalami pengalaman seperti saya. Tapi, percayalah, bagi orang tua baru seperti saya, pengalaman ini menakutkan sekaligus menegangkan. Semoga Air terus sehat dan tumbuh dengan baik.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.