27 Juni 2024

Begini Pemeriksaan Typhoid, Pengobatan dan Pencegahannya!

Yuk deteksi gejalanya, jangan sampai telat!

Pemeriksaan typhoid adalah proses medis untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri Salmonella typhi yang menyebabkan penyakit tifoid.

Mungkin dari kalian masih ada yang belum kenal dengan penyakit tifoid, penyakit tifoid atau orang Indonesia menyebutnya dengan penyakit tipes atau tifus, meskipun ada perbedaan dalam arti medisnya.

Istilah "tipes" biasanya merujuk pada infeksi bakteri Salmonella typhi, yang menyebabkan penyakit tifoid.

Ini adalah penyakit infeksius yang ditandai oleh demam tinggi, sakit kepala, nyeri perut, dan gejala-gejala lainnya.

Sedangkan istilah Tifus sebenarnya merujuk pada beberapa jenis penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri dari genus Salmonella, termasuk Salmonella typhi (yang menyebabkan tifoid) dan Salmonella paratyphi (yang menyebabkan paratifoid).

Namun, dalam penggunaan sehari-hari, istilah "tifus" sering digunakan secara tidak tepat untuk menyebut tifoid.

Meskipun ada perbedaan dalam arti medisnya, kedua istilah tersebut sering digunakan secara bergantian oleh masyarakat umum untuk merujuk pada penyakit tifoid.

Bakteri typhoid ini biasanya menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi atau melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Baca Juga: Adakah Susu untuk Penderita Tipes? Ini Jawabannya!

Penyebab Utama Penyakit Typhoid

pemeriksaan typhoid
Foto: pemeriksaan typhoid (pixabay.com)

Berikut adalah beberapa penyebab utama penyakit tifoid:

1. Bakteri Salmonella Typhi

Bakteri ini adalah penyebab utama penyakit tifoid.

Mereka dapat hidup dalam saluran pencernaan manusia dan dilepaskan ke lingkungan melalui tinja orang yang terinfeksi.

2. Kontaminasi Makanan atau Minuman

Penyakit tifoid sering kali menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi.

Ini bisa terjadi jika makanan atau minuman tersebut disiapkan oleh seseorang yang terinfeksi dan tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan toilet.

3. Kontak Langsung

Bakteri tifoid juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Hal ini terutama terjadi jika seseorang tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan toilet atau sebelum menyiapkan makanan.

Karena itu, pastikan Moms tahu langkah mencuci tangan dengan benar, ya.

4. Fomite

Bakteri tifoid juga dapat menyebar melalui fomite, yang merupakan objek atau permukaan yang terkontaminasi oleh tinja atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.

Misalnya, jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mulutnya tanpa mencuci tangan, mereka dapat terpapar bakteri.

5. Air Terkontaminasi

Air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penularan tifoid, terutama jika air tersebut digunakan untuk minum atau mencuci makanan.

Penyakit typhoid atau tifoid dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak diobati dengan benar.

Termasuk Infeksi tifoid dapat menyebabkan terbentuknya lubang atau perforasi pada dinding usus, yang memungkinkan bakteri dan kotoran usus bocor ke dalam rongga perut.

Selain itu merusak dinding usus dan menyebabkan perdarahan dalam usus.

Yang lebih parahnya lagi, bisa menjadi kerusakan otak yang disebabkan oleh toksin bakteri.

Gejalanya dapat mencakup kebingungan, delirium, atau kejang.

Oleh karena itu, penting untuk segera mencari perawatan medis jika Moms memiliki gejala yang mencurigakan atau telah terpapar bakteri tifoid.

Baca Juga: Sudah Minum Paracetamol tapi Demam Tidak Turun, Kenapa Ya?

Pemeriksaan Typhoid

periksa tipes
Foto: periksa tipes (pixabay.com)

Dalam pemeriksaan typhoid, biasanya dokter akan melakukan beberapa langkah, termasuk:


1. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi seperti demam tinggi, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri perut, dan tanda-tanda lainnya. Pemeriksaan ini meliputi

  • Pengukuran Suhu Tubuh: Dokter akan mengukur suhu tubuh Moms untuk memeriksa apakah Moms mengalami demam. Demam tinggi adalah salah satu gejala utama infeksi tifoid.
  • Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening: Dokter akan memeriksa kelenjar getah bening untuk melihat apakah ada pembesaran atau pembengkakan, yang bisa menjadi tanda infeksi.
  • Pemeriksaan Abdomen: Dokter mungkin melakukan palpasi abdomen untuk mencari nyeri atau ketegangan yang tidak biasa, yang dapat menunjukkan peradangan atau infeksi dalam perut.
  • Pemeriksaan Kulit: Dokter mungkin mencari tanda-tanda ruam atau bintik-bintik merah pada kulit, yang dapat terjadi pada beberapa kasus infeksi tifoid.
  • Evaluasi Umum: Selain itu, dokter juga akan melakukan evaluasi umum lainnya, seperti memeriksa tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan, untuk menilai kondisi keseluruhan Moms.

2. Anamnesis

Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami, riwayat perjalanan terkini.

Termasuk apakah Moms baru-baru ini melakukan perjalanan ke daerah dengan risiko tinggi tifoid, serta riwayat kontak dengan orang yang menderita tifoid.

3. Tes Penunjang Tambahan

Terkadang, dokter mungkin memesan tes penunjang tambahan, seperti tes urin atau pemindaian pencitraan (seperti CT scan), terutama jika ada komplikasi atau kecurigaan infeksi menyebar ke organ lain.

4. Tes Laboratorium

Tes ini yang sering dilakukan untuk mendiagnosis infeksi tifoid, tes laboratorium ini ada dua jenis tes diantaranya tes widal dan tes tubex.

Tes Widal adalah tes serologis yang digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi dalam sampel darah pasien.

Tes ini mengukur tingkat antibodi spesifik, seperti antibodi O dan H, yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap infeksi tifoid.

Hasil positif dari tes Widal dapat mengindikasikan infeksi tifoid. Namun, tes ini memiliki kelemahan, termasuk tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang rendah, dan hasilnya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Dalam tes ini, antibodi yang diukur adalah antibodi terhadap antigen O dan H dari bakteri tersebut.

Antigen O adalah senyawa yang terdapat pada permukaan sel atau badan bakteri.

Dalam Tes Widal, antibodi yang diukur terhadap antigen O mengindikasikan paparan terhadap bakteri Salmonella typhi.

Kadar antibodi yang tinggi terhadap antigen O menunjukkan respons tubuh terhadap infeksi tifoid. Antigen H merupakan bagian ekor atau flagel dari bakteri.

Antibodi terhadap antigen H juga diukur dalam Tes Widal untuk mengetahui respons imun tubuh terhadap bakteri tifoid.

Kombinasi hasil antibodi terhadap antigen O dan H dapat memberikan petunjuk kepada dokter untuk mendiagnosis infeksi tifoid.

Namun, penting untuk dicatat bahwa hasil Tes Widal harus dievaluasi bersama dengan gejala klinis pasien dan tes tambahan jika diperlukan untuk membuat diagnosis yang akurat.

Tes Tubex adalah tes cepat yang juga digunakan untuk mendeteksi infeksi tifoid. Tes ini mengukur reaksi antigen-antibodi yang terjadi ketika sampel darah pasien dicampur dengan antigen Salmonella typhi.

Jika antibodi spesifik terhadap bakteri tifoid hadir dalam sampel darah, reaksi positif akan terjadi, menunjukkan kemungkinan adanya infeksi tifoid.

Tes Tubex umumnya dianggap lebih cepat daripada tes Widal dan dapat memberikan hasil dalam waktu beberapa jam.

Baik tes Widal maupun tes Tubex dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mendiagnosis infeksi tifoid, tetapi hasilnya harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan klinis lainnya dan, jika perlu, tes tambahan.

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada tes tunggal yang 100% akurat, jadi diagnosa tifoid biasanya melibatkan serangkaian evaluasi medis dan pemeriksaan.

Dengan hasil tes dan evaluasi yang tepat, dokter dapat membuat diagnosis tifoid dan meresepkan pengobatan yang sesuai.

Penting untuk segera mencari perawatan medis jika Moms memiliki gejala yang mencurigakan atau telah terpapar bakteri tifoid.

Semakin cepat diagnosis ditegakkan, semakin baik peluang pemulihan dan pengobatan yang efektif.

Baca Juga: Gejala Tipes pada Dewasa, Begini Cara Mencegah dan Mengobatinya


Pengobatan Typhoid

Gejala Tipes
Foto: Gejala Tipes (pixabay.com)

Setelah melakukan pemeriksaan typhoid, masuk ke tahapan pengobatan dan pencegahan yang melibatkan beberapa langkah, yaitu:

1. Antibiotik

Pengobatan utama untuk infeksi tifoid adalah antibiotik.

Dokter akan meresepkan antibiotik yang sesuai berdasarkan sensitivitas bakteri Salmonella typhi terhadap antibiotik tertentu.

Contoh antibiotik yang umum digunakan termasuk ciprofloxacin, azithromycin, dan ceftriaxone.

Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dan menyelesaikan seluruh kursus antibiotik, meskipun gejalanya sudah mereda.

2. Pengobatan Simptomatik

Dokter juga dapat meresepkan obat untuk mengatasi gejala, seperti obat penurun demam untuk mengurangi demam, obat anti-diare, atau obat anti-mual jika diperlukan.

Selain itu, penting untuk istirahat yang cukup dan menjaga asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.

Dengan pengobatan yang tepat dan pemantauan yang baik, sebagian besar pasien dengan infeksi tifoid pulih sepenuhnya.

Dan juga pengobatan yang diberikan lebih awal dapat meningkatkan peluang pemulihan yang sukses.

Pencegahan Tifoid

pemeriksaan tifoid
Foto: pemeriksaan tifoid (pixabay.com)

Selain pemeriksaan typhoid dan juga pengobatan, pencegahan juga tak kalah penting agar penyakit tifoid bisa dihindari. Apa saja yang perlu dilakukan?

1. Vaksinasi

Vaksin tifoid tersedia dan direkomendasikan untuk orang yang tinggal di atau bepergian ke daerah dengan risiko tinggi tifoid.

Vaksin tifoid biasanya diberikan sebagai suntikan dan memberikan perlindungan sebagian terhadap infeksi tifoid.

Namun, vaksin tidak memberikan perlindungan 100%, jadi praktik kebersihan pribadi tetap penting.

2. Praktik Kebersihan Pribadi

Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih secara teratur, terutama sebelum menyiapkan makanan atau makan, dapat membantu mencegah penularan tifoid.

Hindari makanan atau minuman yang tidak dimasak dengan baik atau yang mungkin terkontaminasi oleh bakteri tifoid.

3. Keamanan Air dan Makanan

Mengonsumsi air bersih yang aman dan memasak makanan dengan baik juga penting untuk mencegah tifoid.

Hindari mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak diproses dengan benar atau yang mungkin terkontaminasi oleh bakteri.

Menerapkan langkah-langkah pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko infeksi tifoid.

Baca Juga: Adakah Susu untuk Penderita Tipes? Ini Jawabannya!

Menerapkan langkah-langkah pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko infeksi tifoid.

Jika Moms memiliki rencana perjalanan ke daerah dengan risiko tinggi tifoid, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau spesialis perjalanan untuk mendiskusikan langkah-langkah pencegahan yang tepat.

  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/typhoid
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/typhoid-fever/diagnosis-treatment/drc-20378665
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17730-typhoid-fever
  • https://www.webmd.com/a-to-z-guides/typhoid-fever
  • https://health-e.in/blog/widal-test/
  • https://microbiologie-clinique.com/en/widal-test.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.