Mengenal Gangguan Disosiatif: Gejala, Jenis dan Penyebabnya
Pernahkah mendengar tentang gangguan disosiatif, Moms?
Ini adalah masalah kesehatan mental yang ditandai dengan pemutusan antara pengalaman sensorik seseorang, dengan pikiran, rasa diri, atau sejarah pribadi.
Orang dengan gangguan ini mungkin merasakan perasaan tidak nyata dan kehilangan hubungan mereka dengan waktu, tempat, dan identitas.
Secara sederhana, mereka seperti terpisah dengan kesadaran, identitas, dan ingatan mereka. Ingin tahu lebih lanjut tentang masalah kesehatan mental ini?
Yuk, simak pembahasannya, Moms!
Baca Juga: Binge Eating Disorder: Gejala hingga Penyebab Gangguan Makan yang Berbahaya
Gejala Gangguan Disosiatif yang Perlu Diketahui
Seperti disebutkan di awal tadi, gangguan disosiatif ditandai dengan perasaan “terputus” dari diri sendiri. Beberapa gejala yang mungkin dialami adalah:
- Sering mengalami kilas balik ke peristiwa traumatis
- Merasa kehilangan kontak dengan peristiwa yang terjadi di sekitar (mirip dengan melamun)
- Perasaan kosong atau tidak dapat mengingat apa pun untuk jangka waktu tertentu
- Kehilangan ingatan tentang peristiwa, orang, informasi, atau periode waktu tertentu
- Merasa terputus atau terlepas dari emosi
- Merasa bahwa dunia di sekitar tidak nyata dan terdistorsi
- Merasa mati rasa atau jauh dari diri sendiri dan lingkungan sekitar
- Merasa waktu dan tempat berubah
Orang yang mengalami gangguan disosiatif mungkin juga mengalami gejala tambahan yang disebut depersonalisasi dan derealisasi.
Memiliki salah satu dari gejala ini adalah masalah kesehatan yang serius.
Depersonalisasi dan derealisasi seringkali merupakan respons terhadap peristiwa traumatis yang luar biasa yang tidak dapat dihindari, seperti pelecehan anak dan trauma perang.
Hal ini muncul agar orang tersebut tetap berfungsi pada saat mengalami trauma berat.
Baca Juga: Depersonalisasi, Gangguan Kesehatan Mental Seolah Tubuh Terpisah dari Jiwa
Berbagai Penyebab Gangguan Disosiatif
Sama halnya seperti masalah kesehatan mental lain, penyebab gangguan disosiatif juga tidak bisa diketahui dengan jelas.
Namun, ada beberapa hal yang diduga bisa jadi pemicu gangguan ini, yaitu:
1. Trauma
Sebuah studi pada 2015 di European Journal of Psychotraumatology mengungkapkan bahwa gangguan disosiatif sering terjadi sebagai reaksi terhadap trauma.
Ini mungkin sebagai cara untuk membantu seseorang menjauhkan diri dari situasi traumatis.
Beberapa pengalaman traumatis yang bisa jadi pemicu beragam.
Penyerangan, pelecehan, kecelakaan, bencana alam, dan pertempuran militer adalah semua sumber trauma yang dapat menyebabkan disosiasi.
2. Penggunaan Obat-obatan Terlarang
Penggunaan zat atau obat-obatan terlarang juga dapat memicu terjadinya gangguan disosiatif.
Studi pada 2011 di Journal of Trauma & Dissociation menunjukkan adanya gangguan disosiatif tingkat tinggi pada wanita dengan gangguan penggunaan zat dan PTSD.
Namun, penelitian lebih lanjut tentang ini masih diperlukan.
3. Kondisi Mental Lainnya
Masalah kesehatan mental lain juga bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan disosiatif. PTSD misalnya, sering ditandai dengan gejala disosiasi dan detasemen.
Baca Juga: Tips Berdamai dengan Diri Sendiri, Bantu Tenangkan Jiwa dan Pikiran
Jenis-jenis Gangguan Disosiatif
The Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders (DSM-5) mengidentifikasi 3 jenis gangguan disosiatif, yaitu:
- Gangguan depersonalisasi-derealisasi: Terjadi ketika seseorang merasa terlepas dari tubuh dan pikirannya sendiri
- Gangguan identitas disosiatif atau gangguan kepribadian ganda, kondisi ini ditandai dengan adanya 2 atau lebih kepribadian
- Amnesia disosiatif yang ditandai dengan melupakan informasi pribadi dan ingatan akan peristiwa tertentu
Selain berbagai jenis gangguan disosiatif tersebut, gangguan ini juga dapat terjadi sebagai gejala dari kondisi lain, seperti:
- Gangguan stres akut
- Gangguan afektif
- Gangguan kepribadian ambang (BPD)
- Depresi
- Gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
- Fobia
- Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
- Skizofrenia
- Gangguan penggunaan zat
Baca Juga: Penyebab dan Gejala Agitasi, Gelisah Berlebihan Tanpa Sebab
Penanganan dan Terapi
Tidak ada obat yang secara khusus bisa mengatasi gangguan disosiatif. Namun, dokter biasanya merekomendasikan beberapa pengobatan berikut ini untuk mengelola gejala:
1. Psikoterapi
Ada beberapa jenis psikoterapi yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan disosiatif, yaitu:
- Terapi perilaku kognitif (CBT) yang berfokus pada membantu penderita mengidentifikasi serta mengubah pikiran dan perilaku negatif
- Terapi perilaku dialektis (DBT) untuk membantu seseorang mempelajari keterampilan mengelola emosi dengan lebih baik dan menghentikan perilaku berbahaya
- Desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR) untuk membantu mengurangi tekanan psikologis
2. Obat-obatan
Bila dirasa perlu, psikiater mungkin juga meresepkan beberapa obat seperti antidepresan, alat bantu tidur, dan obat anti-kecemasan.
Hal ini untuk membantu mengatasi masalah suasana hati, kecemasan, atau gangguan tidur.
Bila penyebabnya adalah skizofrenia, dokter mungkin juga akan meresepkan obat antipsikotik.
3. Perawatan Rumahan
Selain pengobatan medis, ada beberapa perawatan rumahan yang bisa dilakukan untuk mengelola gejala, yaitu:
- Tidur yang cukup setiap malam
- Melakukan relaksasi untuk membantu mengatasi stres
- Melakukan olahraga secara teratur
- Mengonsumsi makanan yang sehat
- Mengenali, menghindari atau mengelola hal yang bisa jadi pemicu
- Mempraktikkan teknik grounding yang dapat membantu membawa pikiran kembali ke realita
Kenali berbagai tanda gangguan disosiatif, karena mungkin saja kondisi ini dialami tanpa disadari.
Perubahan suasana hati yang tiba-tiba, kesulitan mengingat detail pribadi tentang diri atau hidup, dan perasaan terputus adalah tanda-tanda gangguan ini yang perlu diwaspadai.
Sekian pembahasan mengenai gangguan disosiatif, mulai dari jenis, gejala, penyebab, hingga cara penanganannya.
Dapat diketahui bahwa masalah kesehatan mental yang satu ini bisa menimbulkan gejala yang mengganggu, dan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Namun, karena gejalanya bisa terjadi tanpa disadari, Moms perlu waspada.
Bila merasa ada yang salah, segera pergi ke psikolog atau psikiater bisa jadi solusi terbaik.
Sebab, semakin cepat kondisi ini dideteksi dan ditangani, peluang untuk bisa sembuh akan meningkat.
- https://doi.org/10.3402/ejpt.v6.27905
- https://doi.org/10.1080/15299732.2011.608781
- https://www.verywellmind.com/dissociation-2797292
- https://www.webmd.com/mental-health/dissociation-overview
- https://www.mind.org.uk/information-support/types-of-mental-health-problems/dissociation-and-dissociative-disorders/about-dissociation/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.