Kenali Berbagai Penyebab Trauma dan Cara Efektif Mengatasinya, Yuk Moms!
Trauma bukan sekadar stres semata. Ada beberapa gejala trauma yang bisa terjadi karena penyebab tertentu.
Kebanyakan, mereka yang mengalami trauma bisa sampai tidak mampu beraktivitas secara normal. Maka dari itu, perlu dilakukan penanganan yang tepat.
Dilansir dari laman Psychology Today, trauma adalah respons emosional seseorang terhadap pengalaman yang menyedihkan. Hanya sedikit orang yang dapat menjalani hidup tanpa mengalami semacam trauma.
Peristiwa traumatis cenderung tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, melibatkan ancaman serius terhadap kehidupan seseorang.
Apa saja gejala yang terlihat ketika seseorang mengalami trauma? Ingat, trauma ini bisa dialami oleh siapa saja. Baik Moms, pasangan, atau anak-anak dapat mengalami trauma. Ini ulasannya.
Baca Juga: 4 Cara Sembuh dari Trauma Persalinan
Penyebab Seseorang Mengalami Trauma
Foto: Orami Photo Stock
Ada beberapa penyebab seseorang mengalami trauma, yang mana faktornya mungkin tidak sama pada setiap orang. Beberapa faktor pemicunya, yaitu:
- Kondisi biologis: mengalami sakit yang mematikan, kecelakaan parah.
- Lingkungan: kemiskinan, tinggal di lingkungan bising, polusi, dan tidak sehat, kurang pendidikan, kurang nutrisi dan asupan gizi, penuh kekerasan, atau tingkat ekonomi rendah.
- Pengalaman hidup: mengalami kekerasan fisik atau kekerasan seksual, kehilangan orang tua di masa kanak-kanak, pernah berada di pertempuran militer/perang.
- Pola pikir: membandingkan diri dengan orang lain, merasa diri lebih rendah dari orang lain.
- Kebiasaan negatif: gaya hidup tidak sehat, merokok, kebiasaan minum minuman beralkohol, kurang olahraga.
- Dinamika kehidupan: perceraian, kematian, melahirkan, keguguran, pemecatan, konflik dengan kolega atau pasangan, terlilit utang.
Seseorang mungkin saja mengalami stres berat sebelum akhirnya berkembang menjadi trauma. Lantas, seperti apa gejala seseorang yang mengalami trauma? Simak ulasan berikutnya, ya, Moms.
Baca Juga: Trauma Setelah Hadapi Perceraian, Mungkinkah Mengalami PTSD?
Gejala Trauma pada Seseorang
Seseorang yang mengalami trauma akan merasa tidak aman dengan dunia di sekitarnya. Ia merasa bahwa malapetaka bisa datang kapan saja.
Adapun gejala trauma dapat berkisar dari ringan sampai berat. Dilansir dari laman Medical News Today, ada beberapa faktor yang menentukan peristiwa traumatis memengaruhi seseorang, yaitu:
- Karakteristik mereka.
- Kondisi kesehatan mental.
- Peristiwa traumatis yang mungkin terjadi sebelumnya.
- Jenis peristiwa yang dialami.
- Respons emosional dan psikologis.
Nah, gejala seseorang mengalami trauma dapat dibedakan menjadi gejala yang dirasakan secara emosional dan fisik.
1. Gejala Trauma secara Emosional
Foto: Orami Photo Stock
Dikutip dari laman HelpGuide, berikut ini gejala seseorang mengalami trauma yang dilihat dari segi psikologis, yaitu:
- Syok, penyangkalan, atau ketidakpercayaan.
- Mengalami kesulitan berkonsentrasi.
- Perubahan suasana hati yang begitu cepat.
- Lekas marah, cemas, dan merasa ketakutan.
- Sering menyalahkan diri sendiri.
- Merasa sedih atau putus asa.
- Menarik diri dari orang lain.
Baca Juga: 7 Trauma Masa Kecil yang akan Membayangi Anak Hingga Dewasa Nanti
2. Gejala Trauma secara Fisik
Foto: Orami Photo Stock
Seiring dengan reaksi emosional, trauma dapat menyebabkan gejala fisik, di antaranya:
- Mengalami masalah pencernaan.
- Sakit kepala terus-menerus.
- Jantung berdebar.
- Kelelahan dan merasa gelisah.
- Tubuh berkeringat.
- Kesulitan untuk tidur.
- Pada beberapa kasus, seseorang juga dapat mengalami hyperarousal, atau ketika seseorang merasa seolah-olah berada dalam keadaan waspada yang konstan.
Itulah gejala yang ditunjukkan oleh seseorang yang mengalami trauma. Tentu saja, hal ini dapat dibiarkan dan harus segera ditangani.
Dukungan dari orang-orang terdekat itu penting sekali. Namun, ketahui beberapa cara yang dapat membantu mengatasi trauma.
Baca Juga: 5 Tahapan Berduka yang Pasti Dialami Ketika Kehilangan Orang Tersayang
Cara Mengatasi Trauma
Setiap orang punya cara yang berbeda dalam mengelola stres dan trauma. Ada yang memilih untuk curhat ke teman atau mengunjungi psikolog. Hal ini sebenarnya tergantung pada trauma yang dialami, apakah jangka pendek atau jangka panjang.
Berikut ini beberapa cara mengatasi trauma yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Mengubah Gaya Hidup
Foto: Orami Photo Stock
Cara mengatasi trauma yang bisa dipertimbangkan, yaitu mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Hal yang bisa dilakukan, yaitu menerapkan pola makan sehat, berolahraga, menghindari alkohol dan obat-obatan, serta kualitas tidur yang terjaga dengan baik.
Cobalah rutin berolahraga selama 30 menit atau lebih, setidaknya 3 kali seminggu. Atau jika lebih mudah, 3 kali latihan 10 menit per hari sama baiknya. Moms juga dapat mencoba olahraga sekaligus meditasi, seperti yoga untuk mampu menenangkan pikiran.
Baca Juga: Kenapa Merasa Trauma setelah Melahirkan secara Caesar?
2. Hindari Isolasi Diri
Foto: Orami Photo Stock
Moms, jangan pernah mengisolasi diri ketika membutuhkan bantuan. Memiliki waktu yang berkualitas dengan bertemu orang yang dicintai secara teratur dan menekankan perawatan diri juga membantu meringankan gejala trauma.
Meskipun Moms tidak perlu membicarakan trauma itu sendiri, penting bagi Moms untuk memiliki seseorang untuk berbagi perasaan secara langsung, seseorang yang akan mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi.
3. Psikoterapi
Foto: Orami Photo Stock
Jika Moms merasa butuh, psikoterapi dapat dilakukan untuk mengatasi trauma. Psikoterapi dapat membantu seseorang membangun ketahanan, mengembangkan keterampilan mengatasi, dan mengatasi perasaan yang belum terselesaikan yang membuat mereka terjebak.
Terapi pemaparan dan terapi penilaian ulang kognitif adalah dua perawatan yang lebih andal untuk trauma dan PTSD.
4. Metode TRE
Foto: Orami Photo Stock
Salah satu cara lainnya mengatasi trauma yang cukup efektif, yaitu TRE alias Tension, Stress, and Trauma Release Exercise.
Sadarkah Moms, jika memiliki orang tua yang sering memarahi Moms, nantinya Moms juga akan bersikap serupa pada anak. Hal itu diakibatkan trauma masa lalu yang masih membekas pada diri Moms dan belum bisa dilepaskan sepenuhnya.
Metode ini ditemukan oleh ahli penanganan trauma dan penyelesaian konflik, David Berceli, Ph.D. TRE adalah sebuah teknik yang mengunggulkan getaran untuk melepaskan stres dan ketegangan pada tubuh.
Saat stres dan mengalami trauma, tubuh menjadi tegang karena otot kerangka dirancang untuk berkontraksi pada saat berbahaya dan akan rileks saat aman.
Makanya Moms sering kali merasa badan yang terasa sakit dan tegang ketika sedang mengalami suatu masalah atau tekanan.
TRE terdiri dari enam latihan sederhana yang membuat lelah otot kerangka tersebut. Respon TRE pada tubuh akan berbentuk tremor neurogenic, yakni getaran kuat pada beberapa bagian tubuh tertentu.
Baca Juga: 5 Ide Aktivitas Fisik Bermanfaat dengan Anak-Anak, Bikin Sehat dan Senang!
Tidak usah khawatir jika otot bergetar kencang, karena getaran tersebut terjadi secara otomatis dan alami.
TRE terbukti bisa melepaskan trauma, masalah kepanikan, kecemasan, maupun stres yang timbul akibat tekanan hidup sehari-hari.
Namun, pelatihan TRE tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada serangkaian pelatihan yang harus Moms jalani bersama para profesional. Dari situ, barulah Moms bisa mencobanya sendiri.
Bagi Moms yang sudah melakukan berbagai cara untuk meredakan stres dan trauma, mungkin TRE adalah cara yang bisa dicoba.
Di Indonesia, TRE Indonesia adalah lembaga resmi yang telah melakukan banyak seminar TRE keliling Indonesia bersama para pakar. Apakah Moms tertarik untuk mencobanya?
Itulah penjelasan tentang gejala dan penyebab seseorang mengalami trauma, serta beberapa penanganan yang bisa dilakukan. Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, ya, Moms!
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/trauma#symptoms
- https://www.psychologytoday.com/us/basics/trauma#types-of-trauma
- https://www.helpguide.org/articles/ptsd-trauma/coping-with-emotional-and-psychological-trauma.htm
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.