19 September 2024

Perjanjian Roem Royen: Latar Belakang dan Isi Perjanjiannya

Simak juga tokoh penting yang terlibat dalam perjanjian Roem Royen!
Perjanjian Roem Royen: Latar Belakang dan Isi Perjanjiannya

Foto: Dictio.id

Perjanjian Roem Royen adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang dibuat pada 7 Mei 1949 untuk menyelesaikan konflik di awal kemerdekaan.

Latar belakang perjanjian Roem Royen adalah agresi militer II yang terjadi antara Indonesia dan Belanda.

Perjanjian ini bertujuan untuk mendamaikan kembali hubungan antara kedua negara setelah konflik tersebut.

Perundingan ini juga merupakan buntut dari perjanjian Renville pada 8 Desember 1947, di mana kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat.

Perjanjian ini juga menetapkan bahwa Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia.

Ingin tahu lebih lanjut tentang isi perjanjian ini? Simak sampai akhir, ya!

Baca Juga: Konferensi Meja Bundar: Latar Belakang, Tujuan, dan Hasilnya

Latar Belakang Perjanjian Roem Royen

Perjanjian Roem Royen
Foto: Perjanjian Roem Royen (Zonareferensi.com)

Perjanjian Roem Royen adalah sebuah perjanjian yang ditandatangani antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 7 Mei 1949.

Perjanjian ini bermula dari konflik militer yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda II.

Tujuan utama dari perjanjian ini adalah merestorasi hubungan kedua negara setelah konflik yang terjadi.

Perundingan ini juga merupakan kelanjutan dari Perjanjian Renville yang telah disepakati pada tanggal 8 Desember 1947.

Dalam perjanjian Renville, disepakati bahwa kedaulatan akan sepenuhnya diserahkan kepada Indonesia tanpa syarat.

Perundingan Roem-Royen dihadiri oleh wakil Presiden Moh. Hatta dan Menteri Pertahanan RI Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Pada awalnya, perundingan ini mengalami kesulitan karena masing-masing pihak bersikukuh pada pendiriannya sendiri.

Namun, dengan kehadiran kedua wakil tersebut, perundingan akhirnya mencapai kesepakatan yang memungkinkan penyelesaian konflik yang berkepanjangan.

Baca Juga: Pertempuran Surabaya: Penyebab, Kronologi, dan Faktanya

Berlangsungnya Perjanjian Roem Royen

Perundingan Perjanjian Roem Royen antara Indonesia dan Belanda berlangsung dalam beberapa tahap yang penting.

Awalnya, perundingan dimulai pada tanggal 14 April 1949 di Jakarta.

Pada tanggal 25 April 1949, terjadi pertemuan informal antara Wakil Presiden Moh. Hatta dan ketua delegasi Belanda, Dr. Van Royen.

Perundingan berlanjut selama hampir sebulan dengan perdebatan yang sengit dari kedua belah pihak.


Hasil dari perundingan ini adalah penandatanganan Perjanjian Roem-Royen pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.

Isi perjanjian mencakup beberapa poin penting, termasuk penghentian kegiatan perang, penyerahan kedaulatan penuh oleh pemerintah Belanda kepada Indonesia, pembebasan tahanan perang dan politik, pendirian persekutuan bersama, serta partisipasi dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Nama perjanjian ini diambil dari kedua pemimpin delegasi, yaitu Mohammad Roem dari Indonesia dan Herman van Roijen dari Belanda.

Perjanjian Roem-Royen memiliki dampak sejarah yang signifikan. Itu membuka jalan bagi terbentuknya Negara Indonesia Serikat (NIS), yang merupakan langkah awal menuju negara kesatuan Republik Indonesia yang kita kenal saat ini.

Lebih lanjut, perjanjian ini menandai berakhirnya agresi militer Belanda dan dimulainya era perdamaian antara Indonesia dan Belanda.

Perjanjian Roem-Royen juga memegang peran penting dalam proses pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dan negara-negara lain, yang mengakhiri konflik yang telah berkepanjangan antara kedua negara.

Baca Juga: Kisah Perang Badar, Pertempuran Besar di Bulan Ramadan

Tokoh yang Terlibat

Perjanjian Roem Royen
Foto: Perjanjian Roem Royen (Urusandunia.com)

Berikut beberapa tokoh yang terlibat dalam Perjanjian Roem Royen antara Indonesia dan Belanda:

  1. Mohammad Roem: Pemimpin delegasi Indonesia.
  2. Dr. Herman van Roijen: Ketua Delegasi Belanda.
  3. Mohammad Hatta: Wakil Presiden Indonesia yang menghadiri perjanjian dari pengasingan di Bangka.
  4. Sri Sultan Hamengkubuwono IX: Raja Yogyakarta yang hadir untuk memperkuat sikapnya terhadap Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta.
  5. Mr. Ali Sastroamijoyo: Wakil Ketua Delegasi Indonesia.
  6. Dr. Leimena: Anggota delegasi Indonesia.
  7. Ir. Djuanda: Anggota delegasi Indonesia.
  8. Prof. Dr. Soepomo: Anggota delegasi Indonesia.
  9. Mr. Latuharhary: Anggota delegasi Indonesia.
  10. Mr. NS Blom: Anggota delegasi Belanda.
  11. Mr. A Jacob: Anggota delegasi Belanda.
  12. Dr. JJ van der Velde: Anggota delegasi Belanda.

Perjanjian Roem-Royen melibatkan tokoh-tokoh penting dari kedua belah pihak.

Mohammad Roem memimpin delegasi Indonesia, sementara Herman van Roijen memimpin delegasi Belanda.

Perjanjian ini juga melibatkan tokoh seperti Mohammad Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang hadir untuk memberikan dukungan dan memperkuat sikap terhadap Pemerintahan Republik Indonesia.

Baca Juga: Tujuan Dibentuknya PPKI beserta Sejarah, Tokoh, dan Tugasnya

Isi Perjanjian Roem Royen

Pada tanggal 7 Mei 1949, Perjanjian Roem-Royen yang bertujuan untuk mengakhiri konflik di awal kemerdekaan, ditandatangani antara Indonesia dan Belanda.

Perjanjian ini berisi serangkaian kesepakatan penting, yakni:

  1. Penghentian Kegiatan Militer dan Pembebasan Tahanan Politik: Pemerintah Belanda setuju untuk menghentikan seluruh kegiatan militer dan membebaskan tahanan politik perang Indonesia tanpa syarat apa pun.
  2. Penyerahan Kedaulatan Penuh: Belanda akan menyerahkan kedaulatan Indonesia secara penuh dan tanpa syarat, mengakui kemerdekaan Indonesia.
  3. Pendirian Persekutuan Sukarela: Pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat untuk mendirikan persekutuan dengan dasar persamaan hak dan secara sukarela.
  4. Pengakuan Republik Indonesia: Belanda setuju akan adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat (NIS).
  5. Pengembalian Pemerintahan Indonesia di Yogyakarta: Belanda akan mengembalikan dan mengizinkan aktivitas pemerintahan Indonesia di kota Yogyakarta sebagai ibu kota sementara pada 24 Juni 1949. Hal ini menandakan pengakuan terhadap eksistensi pemerintahan Indonesia.
  6. Penghentian Aktivitas Perang Gerilya: Angkatan perang dan senjata Republik Indonesia akan menghentikan semua kegiatan perang gerilya.
  7. Partisipasi dalam Konferensi Meja Bundar (KMB): Indonesia dan Belanda setuju untuk sama-sama menghadiri perundingan selanjutnya, yaitu Konferensi Meja Bundar (KMB), yang akan dilaksanakan di Den Haag. KMB kemudian menghasilkan kesepakatan penting mengenai pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada akhir tahun 1949, kecuali wilayah Papua yang masih menjadi perdebatan.

Demikian penjelasan penting tentang Perjanjian Roem Royen dan dampaknya bagi Indonesia.

Semoga informasi ini dapat memperkaya wawasan kita, ya!

Sumber

  • https://fahum.umsu.ac.id/perjanjian-roem-royem/
  • https://munasprok.go.id/Web/baca/147
  • https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Perjanjian_Roem-Roijen
  • https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/jwp/article/download/388/347

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.