16 Oktober 2024

Berhubungan saat Masa Subur Apakah Pasti Hamil? Cari Tahu!

Ketahui juga penyebab tak kunjung hamil meski sering hubungan di masa subur

Bagi Moms dan Dads yang sedang merencanakan kehamilan, pertanyaan berhubungan saat masa subur apakah pasti hamil selalu menjadi hal yang ingin diketahui.

Memiliki momongan merupakan impian sebagian besar pasangan suami istri.

Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan sang buah hati sebagai pelengkap keluarga.

Salah satunya dengan melakukan hubungan pada masa subur yang dipercaya sebagai cara cepat mendapatkan kehamilan.

Baca Juga: Begini Cara Menghitung Masa Subur setelah Haid, Wajib Tahu!

Berhubungan saat Masa Subur Apakah Pasti Hamil?

Berhubungan saat Masa Subur (Orami Photo Stock)
Foto: Berhubungan saat Masa Subur (Orami Photo Stock)

Jika ditanya berhubungan saat masa subur apakah pasti hamil? Jawabannya bisa iya, bisa tidak.

Seorang wanita memiliki peluang hamil sekitar 15-30% setiap bulannya.

Namun peluang kehamilan paling tinggi berada pada masa subur terutama saat hari ovulasi, yakni proses ketika sel telur yang sudah matang dikeluarkan menuju tuba falopi dan siap untuk dibuahi oleh sel sperma.

Apabila sel sperma dalam keadaan sehat dan berhasil bertemu dengan sel telur, maka terjadilah pembuahan.

Bagaimana cara kita tahu kapan ovulasi terjadi? Salah satu caranya adalah dengan menghitung masa subur.

Menurut studi yang diterbitkan jurnal Human Reproduction, mengatur waktu berhubungan dapat membantu wanita mendapatkan peluang kehamilan.

Studi ini melibatkan 346 wanita dengan rentang usia antara 20 hingga 44 tahun.

Hasilnya 38% kemungkinan hamil dalam satu siklus, 68% kemungkinan dalam tiga siklus, 81% dalam enam siklus, dan 92% kemungkinan hamil dalam 12 siklus.

Selain dengan menghitung masa subur, opsi lain yang dapat dilakukan untuk memperkirakan waktu ovulasi dengan lebih akurat adalah dengan alat prediksi kesuburan.

Alat ini bekerja dengan mengukur kandungan LH (luteinizing hormone ) dalam urin.

Hormon ini biasanya mengalami kenaikan jumlah sekitar 14-15 hari pasca haid, sedangkan ovulasi bisa terjadi sekitar 10 hingga 12 jam setelah LH terdeteksi meningkat.

Baca Juga: Mengenal Tanda Ovulasi Gagal dan Pembuahan Gagal

Cara Menghitung Masa Subur

Cara Menghitung Masa Subur (Orami Photo Stock)
Foto: Cara Menghitung Masa Subur (Orami Photo Stock)

Setelah mengetahui kemungkinan berhubungan saat masa subur apakah pasti hamil, selanjutnya Moms bisa mencari tahu bagaimana menghitung masa subur.

Menurut National Health Service di Inggris, wanita yang memiliki siklus menstruasi normal dan teratur umumnya mengalami ovulasi pada 12-14 hari atau sekitar dua minggu sebelum tanggal menstruasi berikutnya.

Namun waktu tersebut tidak dapat dipastikan akan sama setiap bulannya, karena ada beberapa kemungkinan siklus ovulasi berubah.

Misalnya sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, sedang menyusui, kondisi medis seperti polycystic ovary syndrome (PCOS), diet ketat, hingga stres.

Umumnya wanita memiliki siklus menstruasi 28 hari, namun tak sedikit dari mereka mempunyai siklus yang lebih pendek yakni 21 hari atau bahkan siklus yang lebih panjang sekitar 35 hari.

Untuk mempermudah, Moms bisa memanfaatkan aplikasi penghitung masa subur yang bisa diunduh lewat ponsel.

Baca Juga: Cek Masa Subur Melalui 5 Jenis Lendir Serviks Berikut Ini!

Kenapa Belum Hamil Padahal Sudah Berhubungan saat Masa Subur?

Faktor yang Pengaruhi Peluang Kehamilan (Orami Photo Stock)
Foto: Faktor yang Pengaruhi Peluang Kehamilan (Orami Photo Stock)

Ada beberapa alasan mengapa pasangan belum hamil meskipun sudah sering berhubungan di masa subur. Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:

1. Kualitas dan Waktu Ovulasi

Wanita mungkin tidak selalu mengalami ovulasi secara teratur, sehingga sulit menentukan waktu yang tepat.

Pola ovulasi bisa terpengaruh oleh stres, perubahan hormon, atau kondisi kesehatan tertentu seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS).

2. Kualitas Sperma Kurang Prima

Kualitas dan jumlah sperma mempengaruhi peluang kehamilan.

Dr. Marjorie Dixon, seorang spesialis pengobatan reproduksi yang berbasis di Toronto, mengatakan terjadinya kehamilan tidak hanya dipengaruhi oleh sel telur, namun juga kualitas sperma, seperti dikutip dari Today's Parent.

“Setidaknya 50% masalah ketidaksuburan dapat disebabkan oleh faktor ketidaksuburan pria,” kata Dixon.

Masalah reproduksi yang disebabkan oleh kualitas sperma mencakup jumlah sperma sedikit, bentuk sperma (beberapa sperma yang memiliki dua kepala), hingga kecepatan sperma berenang menuju tuba falopi.

Selain masalah genetis, penurunan kualitas sperma bisa terjadi akibat beberapa faktor seperti konsumsi minuman keras, merokok, dan berendam air panas ataupun sauna.

Meski demikian, Dixon mengatakan jika faktor eksternal yang mengakibatkan menurunnya kualitas sperma tidak bersifat permanen.

Kualitas sperma juga menurun secara bertahap pada pria di usia lebih tua.

3. Frekuensi Hubungan Tidak Optimal

Meski sering berhubungan, waktu hubungan mungkin tidak selalu tepat di masa ovulasi.

Peluang terbaik terjadi jika hubungan dilakukan dalam 2-3 hari menjelang ovulasi.

Sering tidaknya berhubungan juga menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya kehamilan, selain berhubungan saat masa subur apakah pasti hamil.

Terlalu sering berhubungan dan juga ejakulasi dapat menurunkan kualitas sperma.

Sedangkan terlalu jarang berhubungan dapat berpotensi melewatkan timing yang pas saat terjadinya ovulasi.

Berhubungan selama beberapa hari setelah masa menstruasi selesai dipercaya dapat meningkatkan keberhasilan kehamilan.

Selain dapat bertepatan dengan matangnya sel telur atau ovulasi, sel sperma bisa jadi dalam keadaan yang baik.

4. Masalah Kesehatan Reproduksi

Kondisi seperti endometriosis, PCOS, gangguan tiroid, atau penyumbatan saluran tuba bisa menjadi penghalang.

Pada pria, gangguan seperti varikokel juga dapat menurunkan peluang kehamilan.


5. Stres dan Faktor Psikologis

Stres berkepanjangan bisa mempengaruhi hormon yang dibutuhkan untuk proses ovulasi dan spermatogenesis.

Faktor psikologis dapat menyebabkan ketegangan dan mengurangi frekuensi hubungan atau kualitasnya.

6. Usia dan Fertilitas

Kesuburan wanita menurun seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 35 tahun.

Dikutip dari Today's Parent, dokter kandungan, dr. Yolanda Kirkham mengatakan kalau usia turut menentukan seberapa besar peluang hamil terjadi setiap bulannya.

  • Wanita berusia di bawah 35 tahun memiliki persentase kehamilan 25-30 persen.
  • Wanita berusia 35-39 tahun memiliki kemungkinan delapan hingga 15 persen.
  • Wanita berusia 40-42 tahun memiliki kemungkinan hamil sebesar lima persen.
  • Wanita berusia 43 tahun memiliki peluang satu hingga dua persen saja.

Usia bukan hanya memengaruhi tingkat kesuburan, tetapi juga risiko keguguran yang meningkat menjadi 15% setelah usia 35 hingga 50% pada usia 45 tahun.

7. Gaya Hidup dan Kebiasaan Tidak Sehat

Kurang tidur, konsumsi makanan tidak seimbang, atau paparan bahan kimia tertentu juga bisa berdampak pada kesuburan.

Gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan konsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan masalah infertilitas.

Pada pria, merokok bisa menurunkan produksi sperma, menurunkan motilitas atau pergerakan sperma, dan morfologi atau bentuk sperma normal.

Selain itu, kerusakan DNA sperma pun mungkin juga terjadi.

Sedangan pada wanita, merokok dapat menimbulkan ketidakseimbangan hormon dan juga mempengaruhi kualitas sel telur.

Sementara itu, menurut laman Your Fertility, kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol dapat menyebabkan impotensi, mengurangi libido atau gairah seks, dan menurunkan kualitas sel sperma.

Kebiasaan ini juga memiliki pengaruh negatif bagi reproduksi wanita seperti meningkatkan angka keguguran, menurunkan peluang penempelan janin pada rahim, gangguan ovulasi, dan perkembangan embrio yang tidak normal.

8. Tidak Berolahraga

Kata Dr. Marjorie Dixon, aliran darah yang baik dapat mengoptimalkan peluang hamil dan hal ini bisa didapatkan dengan olahraga secara teratur.

"Aliran darah pada otot juga berarti aliran darah ke organ, termasuk ovarium Anda. Dan dibutuhkan pembuluh darah yang baik untuk menghasilkan telur yang sehat," jelasnya.

Namun olahraga yang dilakukan harus proporsional.

Karena olahraga berlebihan dengan intensitas, frekuensi, dan durasi tinggi lebih dari 4 jam seminggu justru akan menimbulkan efek sebaliknya.

Tubuh akan mengalami ketidaksimbangan apabila energi yang dikeluarkan untuk berolahraga jauh lebih besar daripada nutrisi yang masuk.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan hormon di otak atau disfungsi hipotalamus yang mengakibatkan siklus mentsruasi tak teratur.

Pada pria, olahraga dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang tinggi lebih dari 5 jam per minggu dapat menyebabkan penurunan kesuburan.

Jenis olahraga yang dimaksud salah satunya adalah kardio seperti aerobik dan bersepeda.

Tips lainnya yang bisa memperbesar peluang hamil selain berhubungan saat masa subur adalah tidur cukup dan nyenyak.

Alasannya, karena ovulasi biasanya terjadi pada malam hari. Sehingga tidur cukup dan berkualitas penting untuk menjaga tubuh tetap prima.

9. Berat Badan Kurang Ideal

Melansir jurnal Medicine, indeks massa tubuh (IMT) memiliki kolerasi dengan kesuburan dan kualitas sperma pada pria.

Pria yang memiliki IMT rendah (di bawah 20) dapat memperbesar kemungkinan infertilitas.

Sementara, obesitas pada pria dapat memicu disfungsi ereksi dan meningkatkan kerusakan DNA serta sperma.

Berat badan menjadi faktor yang perlu diperhatikan selain berhubungan saat masa subur.

Tak hanya pria, pada wanita yang mengalami obesitas, masalah kesuburan dapat dipicu ketidakseimbangan hormonal dan gangguan ovulasi.

10. Gangguan Kondisi Psikologis

Secara ilmiah, belum ada bukti kuat yang secara langsung menyatakan kesehatan reproduksi dan tingkat kesuburan dipengaruhi oleh kondisi psikologis seperti salah satunya stres.

Namun, sebuah penelitian Dialogues in Clinical Neuroscience, stres dan tekanan psikologis pada wanita memiliki pengaruh terhadap sistem imun, sistem hormonal, dan sistem saraf otonom.

Secara tak langsung, hal ini berkaitan pula dengan sistem reproduksi wanita.

Studi tersebut melibatkan 122 wanita yang mendatangi klinik kesuburan.

Hasilnya sekitar 40% dari mereka mengalami masalah psikologis seperti depresi, gangguan kecemasan, atau keduanya.

Itu dia Moms, penjelasan mengenai berhubungan saat masa subur apakah pasti hamil serta apa saja faktor yang memengaruhi kehamilan.

Jika setelah satu tahun berusaha belum ada tanda kehamilan (atau 6 bulan bagi pasangan di atas 35 tahun), sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan rekomendasi tindakan yang diperlukan.

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6016043/#ref10
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6709190/
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12923157/
  • https://www.nhs.uk/common-health-questions/pregnancy/can-i-get-pregnant-just-after-my-period-has-finished/
  • https://www.todaysparent.com/getting-pregnant/trying-to-conceive/what-are-your-odds-of-getting-pregnant-each-month/
  • https://www.yourfertility.org.au/everyone/lifestyle/alcohol

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.