7 Dampak Memukul Anak pada Kondisi Mentalnya saat Dewasa
Beberapa orang tua menggunakan cara memukul anak untuk mengajarkan kedisiplinan.
Misalnya, ketika anak tidak menuruti perkataan orang tua atau melakukan sesuatu yang salah.
Meskipun Moms mungkin selanjutnya meminta maaf kepada Si Kecil, namun jika kerap dilakukan akan memengaruhi kondisi mental dan psikologis anak saat ia tumbuh besar nanti.
Dampak memukul anak cukup besar, lho, Moms.
Berikut ini Orami sudah merangkum informasi seputar dampak memukul anak serta bagaimana hukum dan agama melihat tindakan ini.
Jangan diabaikan, ya, Moms!
Baca Juga: Tips Mendisiplikan Anak Tanpa Iming-Iming Maupun Hukuman
Dampak Memukuk Anak
Foto: Bahaya Memukul Anak (shutterstock.com)
Melansir Pediatrics Journal, penelitian menyelidiki hubungan antara hukuman fisik dan kondisi anak.
Beberapa bentuk hukuman fisik yang dimaksud, misalnya:
- Mendorong
- Meraih
- Menampar
- Memukul
- Gangguan mental Axis I dan II
Sebagai catatan, penelitian ini meniadakan faktor kekerasan yang lebih parah, seperti:
- Pelecehan fisik
- Pelecehan seksual
- Pelecehan emosional
- Penelantaran
- Pengabaian emosional
Hasilnya disebutkan bahwa hukuman fisik keras tanpa adanya perlakuan buruk terhadap anak berhubungan dengan:
- Gangguan suasana hati
- Gangguan kecemasan
- Penyalahgunaan zat/ketergantungan
- Gangguan kepribadian pada sampel populasi umum
Selain kemungkinan di atas, dampak dari memukul anak secara rinci dan lengkap adalah sebagai berikut:
1. Anak Tidak Memiliki Kendali Atas Dirinya
Anak harus bisa mengendalikan sendiri tubuhnya.
Sangat penting untuk mengajarkan anak mengenai hubungan yang sehat dan penuh rasa hormat.
Pemahaman anak terhadap hal ini akan sangat dipengaruhi oleh hubungan orang tua dengannya.
Bila orang tua sering memukul anak, maka itu artinya orang tua mengambil kendali atas tubuh anak tanpa persetujuannya.
Tanpa disadari Moms dan Dads sedang mengajarkan kepada anak kalau persetujuan bukanlah hal yang penting.
2. Anak Mengalami Trauma
Mengutip The American Academy of Pediatric, trauma dapat terjadi akibat Moms sering memarahi dan memukul anak.
Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan post-traumatic stress disorder (PTSD).
Jika mengalami PTSD, anak akan mengalami beberapa gejala seperti:
- Susah tidur
- Mudah marah dan meledak-ledak
- Konsentrasi menurun
- Daya ingat terganggu
- Mudah terkejut
- Sering melamun
- Selalu merasa curiga dan ketakutan
Baca Juga: Efek Mengejutkan Trauma Emosional pada Anak
3. Anak Tumbuh Menjadi Agresif
Meski terlihat efektif dalam mendisiplinkan anak, cara memarahi dan memukul anak justru berdampak pada masalah perilaku mereka untuk jangka panjang.
Dilansir dari studi yang dikutip Healthy Children, hukuman fisik dan verbal yang diberikan para orang tua, akan membentuk anak memiliki perilaku agresif saat dewasa.
Tidak ada perbedaan khusus jika disiplin keras tersebut dilakukan oleh ayah atau ibu.
Studi menemukan hasil yang sama terkait masalah perilaku menjadi lebih buruk.
4. Mengubah Cara Otak Mereka Berkembang
Teknik pengasuhan yang keras seperti membentak dan memukul anak benar-benar dapat mengubah cara otak anak berkembang.
Ini disebabkan, karena manusia umumnya memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh daripada yang baik. Hal ini dibuktikan dalam studi Monitor on Psychology.
Studi ini membandingkan pemindaian MRI otak orang-orang dengan riwayat pelecehan verbal di masa kanak-kanak dengan pemindaian mereka yang tidak memiliki riwayat tersebut.
Hasilnya, mereka menemukan perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berperan untuk memproses suara dan bahasa.
Baca Juga: 7 Trauma Masa Kecil yang Akan Membayangi Anak Hingga Dewasa Nanti
5. Anak Sulit Belajar
Tidak hanya pada balita, penurunan kinerja otak juga dapat terjadi akibat memukul anak di usia sekolah. Akibatnya, ia menjadi sulit memahami pelajaran.
Menurut studi Human Brain Mapping, memukul anak dapat mengurangi gray matter yaitu jaringan penghubung abu-abu pada otak yang merupakan bagian penting untuk belajar.
Selain itu, akibat sering dipukul dan dimarahi, anak menjadi sulit mengembangkan diri. Ini karena ia takut mencoba hal-hal yang baru dan khawatir berbuat salah.
6. Menurunkan Kepercayaan Diri
Sering memukul anak akan menimbulkan rasa sakit secara fisik, walau mungkin akan segera sembuh.
Tetapi rasa sakit secara emosional akan tetap bersamanya hingga dirinya dewasa.
Ia akan merasa buruk tentang dirinya sendiri dan hal tersebut dapat memengaruhi harga diri dan kepercayaan dirinya.
Semakin banyak Moms memukulnya, semakin dia akan melakukan kesalahan, yang pada akhirnya akan membuatnya merasa tidak berguna.
Bayangan kekerasan yang dirasakan anak juga akan membuat mereka merasa takut setiap kali hendak melakukan sesuatu.
7. Berisiko Kematian
Jika Moms sering memukul anak, bukan tidak mungkin ini menjadi sebuah tindakan untuk melupakan emosi.
Bahkan, kekerasan pada anak juga tidak bisa dihindari bila Moms terlalu sering memberikan hukuman berupa pukulan.
Pada sebagian kasus, orang tua melakukan kekerasan pada anak hingga nyawanya meregang.
Emosi yang tidak terkendali menyebabkan hal ini terjadi. Akibat anak dipukul terlalu keras, risiko kematian pun dapat mengintainya.
Baca Juga: 5 Penyebab Anak Malas Belajar dan Cara Mengatasinya, Orang Tua Wajib Tahu!
Pandangan Hukum Terkait Memukul Anak
Foto: Kasar Terhadap Anak (istock.com)
Memukul anak tentu dapat menjadi sebuah tindak pidana bila Moms melakukannya berlebihan, terlalu sering, dan sudah menyakiti anak secara fisik dan mental.
Pasal yang menjerat pelaku penganiayaan anak diatur khusus dalam Pasal 76C UU 35 Tahun 2014 yang berbunyi:
"Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak."
Selain itu, UU ini juga menyatakan setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
- Diskriminasi
- Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
- Penelantaran
- Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan
- Ketidakadilan
- Perlakuan salah lainnya
Sementara, sanksi pidana bagi orang atau pelaku kekerasan/peganiayaan yang melanggar pasal di atas ditentukan dalam Pasal 80 UU 35 Tahun 2014:
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72 juta.
Menurut yurisprudensi, yang dimaksud dengan kata penganiayaan yaitu sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka.
Contoh “rasa sakit” tersebut misalnya diakibatkan mencubit anak, mendepak, memukul, menempeleng, dan sebagainya.
Baca Juga: Kekerasan pada Anak: Ini Bentuk, Tanda, dan Langkah yang Perlu Diambil
Pandangan Islam tentang Memukul Anak
Foto: Memukul Anak (istock.com)
Menurut pandangan Islam, memukul anak pun bukan hal yang dibenarkan.
Sebagai orangtua harus mendidik dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang agar nantinya anak pun tumbuh menjadi sosok yang penyayang terhadap orang lain.
Terdapat hadis tentang memukul anak, yang berbunyi:
"Ajarilah anak kalian mengerjakan sholat ketika berumur 7 tahun, dan pukullah ia jika telah mencapai 10 tahun jika ia mengabaikannya" (HR Abu Daud, Al-Tirmidzi, Al-Baihaqi, Al-Hakim dan Ibn Khuzaimah).
Hadis di atas menerangkan, memukul anak baru diizinkan saat mereka berusia 10 tahun.
Hal itu pun boleh dilakukan jika anak melakukan pelanggaran aturan prinsip, yaitu sholat.
Sebab, sholat merupakan hal wajib yang harus dilakukan umat muslim dan pada usia 10 tahun anak sudah akan memasuki usia baligh.
Walaupun demikian, sebelum diberi hukuman fisik, anak juga diberi kesempatan terlebih dahulu.
Seperti dalam hadis yang disebutkan sebelumnya, ada jeda waktu 3 tahun untuk anak belajar sholat.
Nabi Muhammad SAW juga menekankan kalau harus memukul berupa peringatan, tak boleh dalam keadaan penuh emosi tak terkontrol.
Hal ini dikarenakan dengan kondisi tersebut kita bisa lebih sangat parah untuk memukul, sedangkan energi banyak terfokus pada bagaimana meluapkan emosi yang ada.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Anak Nakal dan Manja, Hindari Memarahinya!
Setelah tahu dampak dan hukumnya mengenai memukul anak, diharapkan Moms bisa memahami cara mendidik anak tanpa perlu kekerasan fisik, ya.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya, Moms!
- https://www.healthychildren.org/English/family-life/family-dynamics/communication-discipline/Pages/Where-We-Stand-Spanking.aspx
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22753561/
- https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/discipline/smacking#:~:text=Third%2C%20physical%20punishment%20like%20smacking,challenging%20behaviour%2C%20anxiety%20or%20depression.
- https://www.parentalquestions.com/effects-of-slapping-a-child-in-the-face/
- https://www.apa.org/monitor/2012/04/spanking
- https://www.ucl.ac.uk/news/2021/jan/smacking-young-children-has-long-lasting-effects
- https://pih.kemlu.go.id/files/UUNo23tahun2003PERLINDUNGANANAK.pdf
- https://parenting.dream.co.id/ibu-dan-anak/memukul-anak-untuk-mendisiplinkan-apa-hukumnya-dalam-islam-180702v.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.