Preeklamsia pada Ibu Hamil: Ciri, Penyebab, dan Penanganan
Keracunan kehamilan adalah istilah yang tadinya digunakan untuk menyebut preeklamsia pada ibu hamil, atau juga bisa disebut eklampsia.
Kondisi ini dialami oleh sebagian besar ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas, dan biasanya dimulai pada sekitar dua bulan kehamilan.
Sejauh ini berbagai penelitian belum menemukan penyebab preeklamsia pada ibu hamil secara pasti dan gejalanya sering kali juga tidak terasa.
Bahayanya, kondisi ini lebih berisiko terjadi pada sebagian ibu hamil.
Berikut ini adalah rangkuman seputar informasi mengenai preeklamsia pada ibu hamil. Yuk Moms, disimak!
Baca Juga: 14+ Buah yang Dilarang untuk Ibu Hamil, Berbahaya!
Pengertian Preeklamsia pada Ibu Hamil
Melansir National Health Service, keracunan kehamilan (preeklamsia dan eklampsia) adalah suatu kondisi yang berpotensi berbahaya dan dapat berkembang dengan sendirinya pada wanita hamil.
Preeklamsia pada ibu hamil terdiri dari tiga tanda:
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Protein urine (proteinuria)
- Pembengkakan cairan dalam tubuh (edema)
Preeklamsia pada ibu hamil sering kali disertai komplikasi kehamilan dan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain.
Preeklamsia biasanya berkembang setelah 20 minggu (trimester kedua) kehamilan, dimana justru pada ibu hamil dengan tekanan darah telah normal.
Terkadang beberapa dari mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.
Bahkan sedikit saja kenaikan tekanan darah pada ibu hamil bisa menjadi salah satu ciri-ciri preeklamsia.
Jika tidak diobati, preeklamsia pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan fatal selama kehamilan.
Bagi Moms yang didiagnosis dengan preeklamsia terlalu dini, sebaiknya hindari risiko tersebut dengan tindakan pencegahan sebagaimana mestinya.
Baca Juga: 11 Makanan Penambah Hb Ibu Hamil, Cegah Risiko Anemia!
Ciri-Ciri Preeklamsia pada Ibu Hamil
Preeklamsia pada ibu hamil kadang-kadang berkembang tanpa gejala apapun.
Tekanan darah tinggi pada ibu hamil dapat berkembang secara perlahan, namun lebih sering terjadi secara mendadak.
Jadi, pemantauan tekanan darah termasuk hal penting dalam perawatan prenatal.
Nah, Moms sebaiknya perlu waspada karena tekanan darah tinggi secara tiba-tiba pada ibu hamil umumnya adalah tanda pertama dari preeklamsia.
Ciri-ciri preeklamsia lainnya dilansir dari WebMD meliputi:
- Kelebihan protein urine pada ibu hamil.(proteinuria) atau tanda-tanda lain masalah ginjal
- Sakit kepala parah.
- Gangguan penglihatan, termasuk melemahnya daya penglihatan sementara, penglihatan kabur atau sensitivitas cahaya.
- Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan.
- Mual atau muntah.
- Pengeluaran urine menurun.
- Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia).
- Gangguan fungsi hati.
- Sesak napas, yang disebabkan oleh cairan dalam paru-paru.
- Kenaikan berat badan secara tiba-tiba dan pembengkakan (edema) khususnya di wajah dan tangan sering kali menyertai preeklampsia. Tapi ciri ini juga terjadi pada kebanyakan kehamilan normal, sehingga tidak bisa dianggap gejala utama preeklamsia.
Preeklampsia dapat terjadi sedini 20 minggu setelah kehamilan, tetapi itu jarang terjadi.
Gejala sering dimulai setelah 34 minggu dan dalam beberapa kasus, gejala berkembang setelah lahir, biasanya dalam 48 jam setelah melahirkan dan cenderung menghilang dengan sendirinya.
Baca Juga: 15+ Makanan yang Mengandung Asam Folat, Menyehatkan Janin!
Penyebab Preeklamsia
Meskipun penyebab preeklamsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, para ahli percaya kondisi ini dimulai pada plasenta, yaitu organ yang memelihara janin selama kehamilan.
Pada awal kehamilan, pembuluh darah baru berkembang dan berevolusi secara efisien mengirimkan darah ke plasenta.
Pada wanita dengan preeklamsia, pembuluh darah tampaknya tidak berkembang dengan baik.
Pembuluh darah ini lebih sempit daripada pembuluh darah normal dan bereaksi berbeda terhadap sinyal hormonal, yang membatasi jumlah darah yang dapat mengalir melaluinya.
Penyebab preeklamsia pada ibu hamil dapat mencakup perkembangan abnormal, seperti:
- Aliran darah ke rahim.
- Kerusakan pada pembuluh darah.
- Masalah pada sistem kekebalan tubuh.
- Faktor genetika.
Baca Juga: Segudang Manfaat Jalan Pagi untuk Ibu Hamil, Baik untuk Ibu dan Janin!
Faktor Risiko Preeklamsia
Preeklamsia pada ibu hamil berkembang hanya sebagai komplikasi kehamilan. Faktor risiko yang dapat memicu preeklamsia tersebut meliputi:
1. Riwayat Preeklamsia
Riwayat pribadi atau keluarga yang pernah menderita preeklamsia secara signifikan dapat semakin memicu risiko preeklamsia.
2. Kehamilan Pertama
Risiko preeklamsia semakin meningkat pada ibu yang baru pertama kali hamil.
3. Ayah Baru
Setiap kehamilan dengan pasangan baru meningkatkan risiko preeklamsia dibanding kehamilan kedua atau ketiga dengan pasangan yang sama.
4. Usia
Risiko preeklamsia pada ibu hamil akan lebih tinggi pada wanita hamil dengan usia lebih dari 40 tahun.
5. Obesitas
Risiko preeklamsia lebih tinggi jika tubuh Moms gemuk.
6. Kehamilan Kembar
Preeklamsia lebih sering terjadi pada wanita yang sedang mengandung bayi kembar, kembar tiga atau lainnya.
7. Interval antara Kehamilan
Kehamilan dengan jarak kurang dari dua tahun atau lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko preeklamsia.
8. Riwayat Kondisi Tertentu
Misalnya seperti tekanan darah tinggi kronis, sakit kepala migrain, diabetes tipe 1 atau tipe 2, penyakit ginjal, kecenderungan pembekuan darah, atau lupus, semuanya dapat meningkatkan risiko preeklamsia.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Toxoplasma, Bisa Berdampak Fatal bagi Ibu Hamil!
Komplikasi Preeklamsia pada Ibu Hamil
Komplikasi preeklamsia yang perlu diwaspadai, di antaranya:
1. Kurangnya aliran darah ke plasenta
Preeklamsia pada ibu hamil memengaruhi aliran darah ke plasenta.
Jika plasenta tidak mendapatkan darah yang cukup, janin dapat kekurangan oksigen dan mendapat sedikit nutrisi.
Akibatnya pertumbuhan janin menjadi lambat, berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur.
2. Erupsi plasenta
Preeklamsia pada ibu hamil meningkatkan risiko erupsi plasenta, yaitu plasenta terlepas dari dinding dalam rahim sebelum persalinan.
Erupsi yang parah dapat menyebabkan perdarahan berat dan kerusakan pada plasenta, yang dapat mengancam jiwa ibu hamil dan bayinya.
3. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP (Haemolysis – Elevated Liver enzymes – Low platelet count), singkatan dari hemolisis atau penghancuran sel darah merah, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit rendah, yang mengancam jiwa ibu hamil dan calon bayinya.
Preeklamsia pada ibu hamil bisa jadi diawali dengan gejala dari sindrom HELLP.
Gejala sindrom ini termasuk mual dan muntah, sakit kepala, dan nyeri perut kanan atas.
Sindrom HELLP sangat berbahaya karena memincu kerusakan beberapa sistem organ.
4. Eklampsia
Apabila preeklamsia pada ibu hamil tidak terkontrol, hal ini bisa memicu eklampsia yaitu kondisi preeklampsia ditambah kejang-kejang atau kontraksi otot pada ibu hamil.
Gejala yang mengarah pada eklampsia termasuk nyeri kanan atas perut, sakit kepala parah, gangguan penglihatan, dan perubahan kondisi mental.
5. Penyakit kardiovaskular
Preeklamsia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) di kemudian hari.
Risiko akan lebih besar jika Moms pernah mengalami preeklamsia lebih dari sekali atau memiliki kelahiran prematur sebelumnya.
Baca Juga: 20 Mitos Kehamilan yang Masih Dipercaya, Begini Faktanya!
Tes & Diagnosis Preeklamsia pada Ibu Hamil
Jika dokter mencurigai adanya indikasi preeklamsia pada ibu hamil, Moms mungkin perlu menjalani tes tertentu, seperti:
1. Tes Darah
Tes ini dapat menentukan seberapa baik fungsi hati dan ginjal dan apakah darah Moms memiliki jumlah trombosit (sel yang membantu pembekuan darah) yang normal.
2. Analisis Urine
Analisis ini mengukur rasio protein dan kreatinin (kandungan kimia yang ada dalam urine).
Sampel urine yang diambil lebih dari 24 jam dapat menentukan berapa banyak protein yang hilang dalam urine, indikasi tingkat keparahan preeklamsia.
3. USG Janin
Dokter mungkin juga merekomendasikan pemantauan ketat pertumbuhan bayi, biasanya melalui USG untuk memeriksa berat badan janin dan jumlah cairan dalam rahim (cairan ketuban).
4. Nonstress Test atau Profil Biofisik
Yaitu prosedur sederhana untuk mengukur detak jantung bayi ketika bergerak dalam kandungan.
Profil biofisik menggabungkan USG dengan nonstress test untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang pernapasan, nada, gerakan bayi dan volume cairan ketuban di dalam rahim Moms.
Baca Juga: Keluhan Ibu Hamil pada Trimester 1 Hingga 3, Yuk Cari Tahu!
Pengobatan Preeklamsia pada Ibu Hamil
Jika indikasi preeklamsia pada ibu hamil sudah terdeteksi sejak dini pada usia kandungan masih terlalu muda, dokter akan merekomendasikan beberapa hal untuk mengatasinya.
Berikut ini adalah beberapa di antaranya, melansirMayo Clinic adalah:
1. Pengobatan
Ada beberapa cara dalam melakukan pengobatan preeklamsia pada ibu hamil, antara lain:
- Penurunan tekanan darah (antihipertensi)
Pengobatan ini berfungsi untuk menurunkan tekanan darah.
Meskipun banyak jenis obat antihipertensi, namun sebagian besar tidak aman dikonsumsi selama kehamilan.
Konsultasikan dengan dokter untuk dosis yang aman bagi Moms dan janin.
- Kortikosteroid
Pengobatan ini untuk sementara waktu dapat memperbaiki fungsi hati dan trombosit dan membantu memperpanjang usia kehamilan.
Pengobatan ini juga dapat membantu pertumbuhan paru-paru janin.
- Antikonvulsan
Jika preeklamsia sangat parah, dokter mungkin memberi resep obat antikonvulsan, seperti magnesium sulfat, untuk mencegah kejang-kejang.
2. Rawat Inap dan Istirahat Total
Jika preeklamsia yang dialami ibu hamil tergolong berat, kemungkinan dokter akan merekomendasikan rawat inap.
Hal ini dilakukan agar dokter dapat dengan mudah mengontrol kondisi ibu hamil, janin, dan kadar cairan amniotik.
Kurangnya cairan amniotik merupakan tanda adanya masalah dengan suplai darah pada bayi.
3. Persalinan
Jika preeklamsia pada ibu hamil terdiagnosis menjelang akhir masa kehamilan, dokter dapat segera merekomendasikan persalinan.
Kesiapan leher rahim dan kondisi lainnya juga dapat menjadi faktor dalam menentukan kapan persalinan dapat dilakukan.
Setelah melahirkan, biasanya tekanan darah ibu melahirkan akan kembali normal dalam beberapa minggu atau bahkan lebih cepat.
Namun, Moms tetap harus berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya.
Baca Juga: 7 Bahan Alami untuk Mengatasi Selulit pada Ibu Hamil
Pencegahan Preeklamsia
Cara paling efektif untuk mengatasi preeklamsia pada ibu hamil adalah pencegahan.
Berbagai strategi telah digunakan sebagai upaya untuk mencegah preeklamsia, termasuk:
1. Mengatur Pola Makan
Salah satu usaha paling awal untuk mencegah preeklamsia pada ibu hamil adalah pembatasan asupan garam selama hamil.
Pasalnya, konsumsi garam berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan cairan.
Selain itu, studi di Journal of Advances in Nutrition menyarankan ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen kalsium agar dapat meminimalisir terjadinya preeklamsia.
2. Aspirin Dosis Rendah
Studi di Journal of Hypertension menemukan bahwa pemberian aspirin dosis rendah sangat efektif untuk mencegah preeklamsia pada ibu hamil.
U.S Preventive Services Task Force pun merekomendasikannya.
Bahkan selain bisa mencegah eklampsia, aspirin dapat meminimalisir kemungkinan kelahiran prematur hingga kematian perinatal pada ibu hamil dengan risiko tinggi.
3. Antioksidan
Terapi antioksidan menurunkan aktivasi sel endotel dan sangat bermanfaat untuk mencegah preeklamsia pada ibu hamil.
4. Pemeriksaan Antenatal
Pemeriksaan antenatal care (pemeriksaan kesehatan selama kehamilan) secara teratur dan cermat dapat mengenali tanda-tanda preeklamsia pada ibu hamil sedini mungkin.
Jadi, ibu hamil dengan diagnosis eklampsia dapat diberikan pengobatan yang cukup agar tidak terjadi komplikasi lebih berat.
Waspadalah selalu terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia dengan menjaga kesehatan kehamilan Moms.
Baca Juga: 4 Penyebab Ibu Hamil Sensitif Terhadap Suami
Itu dia Moms, informasi seputar preeklamsia yang bisa menyerang ibu hamil.
Moms yang sedang dalam masa kehamilan sebaiknya waspada.
Dengan melakukan tindakan pencegahan agar keselamatan diri dan janin terjaga.
- https://www.webmd.com/baby/preeclampsia-eclampsia#1
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/preeclampsia/symptoms-causes/syc-20355745
- https://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview
- https://www.nhs.uk/conditions/pre-eclampsia/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4785477/
- https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.121.17448
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.