Bahaya Rematik saat Hamil dan Cara Mencegahnya, Catat!
Rematik saat hamil adalah kondisi yang tidak bisa dianggap sepele.
Rematik alias rheumatoid arthritis adalah penyakit jangka panjang yang utamanya memengaruhi sendi.
Kondisi ini menyebabkan sendi bengkak, kaku, kehilangan fungsi, dan sakit.
Rematik dapat terjadi di bagian sendi mana pun. Namun, keluhan biasanya mempengaruhi pergelangan tangan dan jari.
American College of Rheumatology menyebutkan bahwa wanita dengan rheumatoid arthritis atau yang kita kenal rematik melebihi jumlah pria sekitar 3 banding 1.
Banyak wanita dengan rheumatoid arthritis didiagnosis berusia 20 hingga 30-an, tepat ketika pernikahan dan keluarga mulai menjadi pusat kehidupan.
Dengan mempertimbangkan rasa sakit, kelelahan, dan efek samping pengobatan, rheumatoid arthritis membuat keluarga berencana lebih rumit.
Tetapi jika Moms memiliki penyakit rematik jangan sampai hal ini menjadi hambatan, apalagi jika Moms merencanakan kehamilan.
Baca Juga: Muntah Darah Saat Hamil, Ini Hal yang Perlu Moms Ketahui!
Rematik dan Kehamilan
Menurut dr. Mehret Birru Talabi, MD, PhD, asisten profesor kedokteran di Divisi Reumatologi dan Imunologi Klinis University of Pittsburgh, perencanaan pra-kehamilan adalah hal penting dan harus melibatkan ahli reumatologi dan OB/GYN.
Ia menegaskan, bahwa banyak wanita dengan rematik yang terkontrol dengan baik memiliki kehamilan dan bayi yang lebih sehat.
Idealnya, rematik harus dikontrol selama 3-6 bulan sebelum mencoba kehamilan.
Pasalnya, wanita yang memiliki rheumatoid arthritis yang tidak terkontrol mungkin berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan.
Sebuah studi dalam jurnal Arthritis and Rheumatism yang dilakukan pada 440 wanita hamil yang mengidap rematik menunjukkan bahwa wanita dengan gejala yang lebih parah dari kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur.
Dalam jurnal U.S National Library of Medicine yang diterbitkan tahun 2009 juga menemukan bahwa rematik saat hamil yang lebih parah memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk memiliki bayi dengan berat badan kurang.
Ini dapat meningkatkan kemungkinan bahwa bayi memerlukan lebih banyak perawatan medis sejak dini.
Selain itu, menurut sebuah penelitian British Medical Journal di Taiwan, wanita dengan rematik memiliki peningkatan risiko preeklamsia.
Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urin. Bisa juga terjadi setelah melahirkan.
Jadi, penyakit rematik saat hamil tak boleh dianggap sepele, Moms.
Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Kadar Asam Urat Normal Wanita
Gejala Rematik saat Hamil
Banyak perubahan pada sistem kekebalan yang terjadi secara normal selama kehamilan.
Perubahan ini memungkinkan janin untuk tumbuh dan berkembang. Beberapa dari perubahan ini berpengaruh pada perbaikan gejala rheumatoid arthritis (RA) selama kehamilan.
Terkadang sulit untuk membedakan antara ketidaknyamanan umum saat Moms hamil dan gejala rematik. Gejala rematik yang mirip dengan ketidaknyamanan saat hamil, yaitu:
- Kelelahan
- Pembengkakan pada tangan, kaki, atau pergelangan kaki
- Nyeri sendi, terutama di punggung bagian bawah
- Sesak napas
- Mati rasa atau nyeri pada satu atau kedua tangan (disebabkan oleh carpal tunnel syndrome kehamilan)
Jika Moms mengalami gejala-gejala di atas dan merasa bahwa ini bukan gejala kehamilan biasa, ada baiknya langsung berkonsultasi dengan dokter ya.
Efek Rematik saat Hamil
Dikutip dari Medical News Today, wanita yang hamil akan mengalami perubahan pada sistem kekebalan tubuh sebagai cara mempersiapkan tubuh untuk memelihara janin yang sedang berkembang.
Sekitar 50 persen wanita dengan rematik akan mengalami lebih sedikit gejala selama kehamilan, yang oleh dokter disebut sebagai aktivitas penyakit rendah.
Pembengkakan dan nyeri sendi biasanya membaik selama trimester kedua kehamilan.
Sementara itu, sekitar 20−40 persen wanita dengan rematik memiliki sedikit atau tidak ada gejala penyakit pada trimester ketiga.
Sebanyak 20 persen wanita memiliki gejala rematik yang parah atau lebih buruk selama kehamilan dan mungkin memerlukan perawatan medis.
Jika radang sendi memengaruhi punggung atau pinggul, Moms juga mungkin merasakan lebih banyak rasa sakit pada persendian saat bayi tumbuh dan menempatkan lebih banyak tekanan pada persendian tersebut. Kecuali Moms memiliki kelainan bentuk sendi di daerah panggul.
Meski demikian, Arthritis Foundation menyatakan bahwa rematik saat hamil seharusnya tidak memengaruhi kemampuan seorang ibu untuk melahirkan secara normal.
Persalinan sesar tampaknya tidak lebih umum pada wanita dengan rematik, tetapi penelitian menunjukkan bahwa aktivitas penyakit yang tinggi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko untuk bayi prematur dengan berat lahir rendah dan kebutuhan persalinan caesar.
Baca Juga: Bolehkah Memberikan Hati Sapi untuk MPASI? Ini Kata Dokter
Cara Mengatasi Rematik saat Hamil
Ahli reumatologi akan membantu Moms memutuskan rencana perawatan yang mencakup pengendalian gejala rematik dan keselamatan bayi.
Prednison dosis rendah, misalnya, umumnya dianggap aman selama kehamilan. Hydroxychloroquine (Plaquenil) dan sulfasalazine juga dianggap aman.
Sementara bukti terbatas untuk obat-obatan biologis seperti etanercept (Enbrel), etanercept-szzs (Erelzi), infliximab (Remicade), dan infliximab-abda (Renflexis) atau infliximab-dyyb (Inflectra), biosimilar, banyak ahli rheumatologist yakin akan keamanan akan obat tersebut selama masa kehamilan.
Pada dasarnya, salah satu cara untuk menghindari risiko masalah kehamilan dari obat-obatan rematik saat hamil adalah dengan tidak meminumnya tanpa pengawasan dokter.
Beberapa wanita bahkan berhenti mengonsumsi obat rematik dan beralih pada metode pengobatan "Cold Turkey" ketika mereka mulai mencoba untuk hamil.
Metode ini memiliki risiko sendiri, tentu saja kemungkinan perkembangan kerusakan sendi akibat suar selama waktu Moms tidak menjalani perawatan.
Pada wanita tertentu, beberapa ahli reumatologi mendukung pendekatan ini, dengan pemantauan ketat untuk aktivitas penyakit.
Baca Juga: Tanya Jawab dengan Dokter soal Pelekatan Menyusui yang Benar
Risiko Lain Akibat Rematik saat Hamil
Wanita dengan rematik yang hamil dapat menghadapi beberapa risiko kesehatan, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk bayi mereka:
1. Preeklampsia
Wanita dengan masalah sistem kekebalan tubuh, seperti rematik, lebih berisiko mengalami preeklampsia.
Preeklampsia adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Preeklampsia dapat menyebabkan komplikasi serius hingga kematian bagi ibu dan bayi jika tidak ditangani dengan baik.
2. Bayi Lahir Prematur
Wanita hamil dengan rematik memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur.
3. Melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR)
Studi menunjukkan bahwa wanita dengan gejala rematik yang lebih parah selama kehamilan cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
4. Komplikasi Kehamilan
Beberapa obat rematik dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.
Obat-obatan seperti disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) bisa berbahaya bagi janin.
Dengan begitu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat selama hamil.
Itu dia Moms, penjelasan mengenai penyakit rematik selama kehamilan. Semoga Moms sehat selalu selama proses mengandung hingga Si Kecil lahir, ya.
- https://www.rheumatology.org/I-Am-A/Patient-Caregiver/Diseases-Conditions/Living-Well-with-Rheumatic-Disease/Pregnancy-Rheumatic-Disease
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/323087
- https://www.healthline.com/health/rheumatoid-arthritis/pregnancy
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19877045/
- https://ard.bmj.com/content/69/4/715
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19877045/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.