Retardasi Mental: Gejala, Penyebab, Hingga Pengobatan
Kecerdasan anak dilihat dari kemampuannya dalam berkomunikasi dan memahami apa yang diajarkan. Jika Si Kecil tampak sulit menangkap maksud Moms, mungkin saja ia mengalami retardasi mental.
Gangguan kecerdasan yang satu ini dapat terjadi pada anak-anak, terutama di bawah usia 18 tahun.
Salah satu ciri khasnya ditunjukkan dengan nilai IQ di bawah rata-rata.
Lantas, bagaimana cara mengenali gejalanya lebih lanjut? Berikut informasi selengkapnya, Moms!
Baca Juga: Viral Anak Autis Dijepit, Ini Tanggapan dan Jawaban Psikolog
Mengenal Retardasi Mental
Retardasi mental adalah gangguan intelektual yang ditandai dengan tingkat intelegensi (IQ) di bawah rata-rata.
Kondisi ini dapat terjadi pada anak sebelum usia 18 tahun, bahkan sejak lahir.
Mulanya, gangguan ini disamakan dengan istilah "keterbelakangan mental".
Namun, karena terkesan bernada negatif, istilah tersebut kini diganti dengan sebutan gangguan intelektual.
Melansir American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD), gangguan intelektual ditandai dengan keterbatasan dalam 2 bidang, yaitu:
- Fungsi intelektual, seperti kemampuan belajar, bernalar, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
- Perilaku adaptif, seperti berkomunikasi, berinteraksi dengan orang lain, menjaga diri sendiri, hingga kegiatan sosial lainnya.
Baca Juga: Postpartum Depression, Gangguan Mental setelah Melahirkan
Menurut laporan American Psychiatric Association, sekitar 85% pengidap retardasi mental mengalami gangguan intelektual ringan.
Anak dengan gangguan perkembangan ini tetap bisa mengikuti proses belajar, namun cenderung lebih lambat dibandingkan anak seusianya.
Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar berbicara, berjalan, memakai baju, hingga makan tanpa bantuan.
Ketika memasuki usia sekolah, proses belajar pun terhambat karena mereka lebih sulit menerima pelajaran.
Jenis-Jenis Retardasi Mental
Gangguan intelektual terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Skala Ringan
Anak dengan gangguan intelektual ringan cenderung lebih lambat dalam hal perkembangan kecerdasan.
Namun, mereka masih bisa menjalani aktivitas pribadi seperti makan dan memakai baju sendiri dengan bantuan minimal.
Baca Juga: 15 Makanan agar Bayi Cerdas Sejak dalam Kandungan
2. Skala Parah
Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan disertai kesulitan berkomunikasi, dapat dikategorikan sebagai retardasi mental tingkat parah.
Mereka sebetulnya dapat merawat diri mereka sendiri dan menjalani aktivitas sehari-hari.
Akan tetapi, mereka tetap membutuhkan pengawasan ekstra dari lingkungan sekitarnya.
3. Mendalam (Profound)
Gangguan intelektual dalam kategori ini umumnya terjadi akibat faktor genetik.
Selain masalah perkembangan, anak dengan retardasi mental mendalam biasanya mengidap penyakit tertentu dan memiliki keterbatasan fisik.
Mereka tidak dapat hidup sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk merawat dirinya.
Baca Juga: 17 Rekomendasi Produk Nestle, Lengkapi Kebutuhan Keluarga
Penyebab Retardasi Mental
Sayangnya, penyebab retardasi mental masih belum diketahui secara pasti.
Namun, hal ini kerap dikaitkan dengan sejumlah faktor seperti cedera, penyakit, hingga masalah di otak.
Beberapa kasus gangguan intelektual dikaitkan dengan faktor genetik, seperti down syndrome hingga sindrom Fragile X.
Kasus ini biasanya sudah dapat diketahui sejak dalam kandungan atau sebelum anak dilahirkan.
Selain itu, hal-hal yang terjadi selama kehamilan juga turut andil menentukan perkembangan otak janin.
Ibu yang punya kebiasaan mengonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, mengalami gizi buruk, infeksi, atau preeklamsia berisiko lebih tinggi menyebabkan anak mengalami gangguan kecerdasan.
Kejadian terkait proses persalinan juga dapat mempengaruhi kesehatan bayi, Moms.
Seperti contoh pada kasus infeksi kehamilan, sehingga bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup atau lahir prematur, dapat meningkatkan risiko retardasi mental.
Sejumlah penyakit seperti infeksi meningitis, batuk rejan, hingga campak juga dapat memicu penyakit ini.
Baca Juga: 4 Jenis Alat Terapi Oksigen dan Manfaatnya untuk Pasien dengan Gangguan Pernapasan
Gejala Retardasi Mental
Tanda dan gejala retardasi mental pada anak bisa saja berbeda.
Ada yang ciri-cirinya muncul sejak bayi atau di dalam kandungan, namun ada pula yang mungkin tidak terlihat sampai anak masuk usia sekolah.
Bahkan, ada pula yang tanpa gejala meski sudah beranjak dewasa sehingga memerlukan pemeriksaan mendalam.
Secara umum, gejala retardasi mental yang dapat terjadi meliputi:
- Kemampuan duduk, merangkak, atau berjalan lebih lambat dari anak-anak seusianya
- Telat bicara atau mengalami kesulitan berbicara
- Cenderung lebih lambat dalam menguasai aktivitas pribadi, seperti makan sendiri, memakai baju tanpa bantuan, atau pergi ke toilet tanpa ditemani
- Sulit mengingat sesuatu atau memecahkan masalah
- Sering tantrum atau meledak-ledak
Menurut para ahli Centers for Disease Control and Prevention (CDC), semakin parah tingkat retardasi mentalnya, maka semakin dini pula tanda-tandanya bisa diketahui.
Baca Juga: 20 Destinasi Wisata Banyuwangi, Banyak Pantai Cantik!
Cara Diagnosis Retardasi Mental
Menentukan seorang anak mengalami gangguan intelektual atau tidak dapat diketahui dengan pengukuran IQ (intelligence quotient).
Anak dikatakan mengalami gangguan intelektual jika tingkat IQ-nya kurang dari 70-75.
Dokter juga dapat merekomendasikan sejumlah tes untuk menegakkan diagnosis, umumnya tes darah dan tes urine.
Selain itu, anak juga dapat menjalani tes pencitraan untuk melihat potensi gangguan struktural di otak hingga elektroensefalogram (EEG) untuk risiko kejang.
Bersama psikolog dan tim spesialis lainnya, dokter juga akan mengamati keterampilan anak untuk mengukur perilaku adaptif anak.
Mulai dari kemampuan makan, memakai baju sendiri, berkomunikasi, hingga berinteraksi dengan keluarga dan teman sebayanya.
Jika keterampilan bersosialisasi anak cenderung lebih lambat dari anak seusianya, maka dokter dapat mencurigai anak tersebut mengalami gangguan intelektual.
Baca Juga: 10+ Rekomendasi Sikat Gigi Anak yang Aman untuk Si Kecil
Pencegahan Retardasi Mental
Kabar baiknya, penyebab tertentu retardasi mental dapat dicegah, lho Moms.
Salah satunya pada sindrom alkohol janin (fetal alcohol syndrome), ibu harus menghindari minum alkohol selama kehamilan agar terhindar dari masalah yang satu ini.
Selain itu, ibu hamil juga dapat mencegah risiko gangguan intelektual ini dengan minum vitamin yang direkomendasikan dokter kandungan.
Pastikan anak mendapatkan vaksin yang lengkap, terutama untuk mencegah penyakit menular, agar terlahir sehat secara fisik dan mental.
Jika terdapat riwayat penyakit genetik dalam keluarga, dokter biasanya akan merekomendasikan tes genetik sebelum ibu merencanakan kehamilan.
Pemeriksaan ini dapat meliputi USG hingga amniosentesis untuk mengidentifikasi hal-hal yang bisa memicu retardasi mental.
Baca Juga: Sinopsis Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang, Sekuel NKCTHI
Pengobatan Retardasi Mental
Retardasi mental dapat terjadi seumur hidup, artinya bisa berlangsung dari lahir atau selama masa kanak-anak hingga dewasa.
Namun, ini bukanlah akhir dari segalanya, kok Moms.
Anak dengan retardasi mental masih bisa hidup normal selayaknya anak pada umumnya dengan penanganan yang tepat sejak dini.
Semakin cepat masalah terdeteksi, semakin cepat pula penanganannya.
Jadi, bukan tidak mungkin jika anak dapat berkembang dan mengejar keterlambatannya sedini mungkin.
Penanganan retardasi mental disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien, umumnya meliputi:
- Terapi wicara
- Terapi okupasi
- Terapi motorik dan fisik
- Latihan gerak dengan alat khusus
- Pengaturan pola makan
- Konseling keluarga
Baca Juga: Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus? Disimak, Yuk!
Moms dapat memilihkannya sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus agar Si Kecil mendapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisinya.
Harapannya, anak dengan retardasi mental bisa belajar beradaptasi dan lambat laun meningkatkan perkembangan kecerdasan serta sosialisasinya.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Moms, ya!
- https://www.aaidd.org/intellectual-disability/definition
- https://www.psychiatry.org/patients-families/intellectual-disability/what-is-intellectual-disability
- https://www.cdc.gov/ncbddd/developmentaldisabilities/facts-about-intellectual-disability.html
- https://www.webmd.com/parenting/baby/child-intellectual-disability
- https://www.verywellhealth.com/types-of-intellectual-disability-in-children-and-adults-5210316
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.