Yuk, Kenali Rumah Adat Gorontalo dan Segala Keunikannya!
Rumah adat Gorontalo merupakan salah satu bentuk budaya yang sangat kuat dan penuh makna religius.
Pasalnya, Gorontalo memiliki sejarah dan peradaban Islam di masa lampau yang sangat kuat sehingga bentuk budaya, seperti rumah adat menjadi salah satu peninggalan terbesarnya.
Ada dua jenis rumah adat Gorontalo yang sangat familiar dalam masyarakat lokal, sekalipun memberikan simbol budaya penuh makna, yaitu Dulohupa dan Bantayo Poboide yang paling dikenal masyarakat.
Dikutip dari laman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dua rumah adat Gorontalo tersebut kental dengan budaya. Bahkan, arstitekturnya pun dibangun berdasarkan konsep adat istiadat atau kepercayaan.
Berikut ini adalah informasi seputar rumah adat Gorontalo, disimak yuk Moms!
Baca Juga: 16 Makanan Khas Gorontalo yang Lezat dan Unik
Filosofi dan Keunikan Rumah Adat Gorontalo
Menjadi tempat yang sakral, ada dua jenis rumah adat Gorontalo yang perlu Moms ketahui sebagai berikut.
Simak keunikan rumah adat Gorontalo berikut ini.
1. Rumah Adat Bantayo Poboide
Rumah adat Gorontalo ini merupakan salah satu tempat yang kerap difungsikan sebagai tempat upacara adat dan bermusyawarah.
Ada pun, Bantayo Poboide memiliki dua makna, yakni Bantayo sebagai gedung atau bangunan, juga Poboide yang berarti tempat bermusyawarah.
Bangunan rumah adat Bantayo Poboide ini bermaterial kayu terdiri dari kayu cokelat dan kayu hitam.
Kayu hitam biasa digunakan masyarakat untuk membuat bagian kusen, pagar blankon, ukiran yang ada pada ventilasi udara, hingga pegangan tangga.
Adapun kayu cokelat biasa digunakan di pintu, jendela, lantai bangunan, hingga dinding gedung tersebut.
Gedung rumah adat Gorontalo ini memiliki luas 515,16 meter persegi dengan 8 tiang yang di semar sesuai komposisi yang pas.
Tiang tersebut terdiri dari 2 tiang terletak di bagian luar yang disebut Wolihi, sedangkan 6 bagian lainnya memiliki makna tersendiri bagi pembuatnya.
Wolihi merupakan lambang kerajaan Limutu dari Gorontalo yang bertekad terus menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan nan abadi. 6 tiang lainnya melambangkan ciri khas masyarakat lou duluwo limo la pahalaa.
Adapun, secara keseluruhan Bantayo Poboide ini terbagi atas lima bagian:
- Serambi luar atau depan.
- Ruang tamu. Ruang ini merupakan ruangan memanjang dengan sebuah kamar di tiap-tiap ujung kanan dan kirinya.
- Ruang tengah merupakan ruangan terluas diantara kelima bagian yang lain. Di ruangan ini terdapat dua buah kamar yang keduanya terletak di sisi kiri ruangan.
- Ruang dalam memiliki luas dan bentuk yang sama dengan ruang tamu. Dua buah kamar juga terdapat di tiap-tiap ujung kanan dan kiri ruangan ini. Selain mempunyai pintu pada setiap kamar, di bagian dalam ini juga mempunyai pintu yang menuju keserambi samping.
- Ruang belakang tempat dapur, kamar mandi, dan kamar-kamar kecil. Tidak seperti di ruangan lainnya, kamar-kamar di ruang belakang ini terletak berderet memanjang. Pada tiap-tiap ujung kanan dan kirinya terdapat sebuah pintu keluar menuju serambi samping.
Baca Juga: Menyingkap Keunikan Rumah Adat Aceh dan Filosofinya
2. Rumah Adat Dulohupa
Penduduk Gorontalo kerap menyebut Dulohupa dengan nama Yiladia Dulohupa Lo Ulipu Hulondhalo. Rumah adat Gorontalo ini berfungsi sebagai tempat untuk melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Rumah adat Dulohupa menjadi tempat untuk mengadili individu atau memutuskan berbagai perkara yang terjadi saat masa pemerintahan kerajaan Gorontalo.
Saat ini, telah beralih fungsi sebagai pagelaran saat upacara adat. Contohnya seperti upacara adat pernikahan, pagelaran budaya, maupun berbagai upacara adat lainnya yang ada di Gorontalo.
Berikut ini adalah karakteristik dari rumah adat Gorontalo Dulohupa:
- Bentuk Rumah
Dilansir dari berbagai sumber, rumah adat Gorontalo Dulohupa memiliki model rumah panggung yang menggambarkan tubuh manusia.
Atap rumah menggambarkan kepala, badan rumah menggambarkan badan, serta pilar kayu penyangga rumah menggambarkan kaki.
Rumah adat Dulohupa merepresentasikan sebuah komunitas pada zamannya dan juga menggambarkan kemajuan sebuah peradaban.
- Bagian dalam Rumah
Sedangkan bagian dalam rumah adat Dulohupa bergaya terbuka karena tidak banyak terdapat sekat.
Selain itu, di dalam rumah adat terdapat anjungan yang dikhususkan sebagai tempat peristirahatan raja dan keluarga kerajaan.
Rumah adat Dulohupa merepresentasikan sebuah komunitas pada zamannya dan juga menggambarkan kemajuan sebuah peradaban.
Hal ini bisa dikupas dari bagian-bagian rumah secara detail beserta makna yang mengandung prinsip-prinsip dan kebudayaan yang mendasarinya.
Baca Juga: Penuh Akan Makna, Begini Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bugis
- Atap Rumah
Penggunaan atap jerami merupakan ciri khas dari rumah adat Gorontalo yang satu ini.
Atap Pelana berbentuk segitiga bersusun dua merupakan gambaran syariat dan adat penduduk Gorontalo.
Susunan atap bagian atas menggambarkan agama sebagai hal paling utama dalam hidup masyarakat, yakni kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Atap bagian bawah menggambarkan kepercayaan penduduk terhadap adat istiadat setempat.
Dahulu, pada puncak atap dipasang dua buah batang kayu bersilang yang disebut Talapua yang dipercayai dapat menangkal roh-roh jahat.
Pada bagian dinding terdapat Tange Lo Bu’Ulu yang menggantung di samping pintu masuk rumah Dulohupa. Adapun Tange Lo Bu’Ulu merupakan simbol kesejahteraan penduduk Gorontalo.
- Anak Tangga
Jumlah anak tangga dari rumah adat Gorontalo Dulohupa terdiri atas 5-7 langkah sesuai arti dan maknanya.
Ada pun, angka 5 merujuk pada rukun islam maupun filosofi hidup penduduk Gorontalo.
Sementara, 7 menggambarkan 7 tingkatan nafsu manusia yakni amarah, lauwamah, mulhimah, mutmainnah, rathiah, mardhiah, dan kamilan.
Baca Juga: Mengenal Berbagai Rumah Adat Papua, Jenis, dan Keunikannya
- Makna Pilar Dulohupa
Rumah adat Dulohupa memiliki banyak pilar kayu. Selain sebagai penyokong karena bentuknya seperti rumah panggung, pilar-pilar tersebut juga memiliki makna tersendiri.
Pada rumah adat Dulohupa, terdapat beberapa jenis pilar, yaitu pilar utama atau Wolihi berjumlah 2 buah, pilar depan berjumlah 6 buah, dan pilar dasar atau potu berjumlah 32 buah.
Pilar utama atau Wolihi menempel di atas tanah langsung ke rangka atap.
Pilar ini merupakan simbol ikrar persatuan dan kesatuan yang kekal abadi antara dua bersaudara 14 Gorontalo-Limboto (janji lou dulowo mohutato-Hulontalo-Limutu) pada 1664.
Selain itu, angka 2 menggambarkan Delito (pola) adat dan syariat sebagai prinsip hidup penduduk Gorontalo dalam pemerintahan dan kehidupan sehari-hari.
Seperti pilar utama, pilar depan juga menempel di atas tanah langsung ke rangka atap.
Pilar ini menggambarkan enam sifat utama atau ciri penduduk lou dulowo limo lopahalaa.
Sifat tinepo atau tenggang rasa, sifat tombulao atau hormat, sifat tombulu atau bakti kepada penguasa, sifat wuudu atau sesuai kewajaran, sifat adati atau patuh pada peraturan, dan sifat butoo atau taat pada keputusan hakim.
Demikian beberapa fakta mengenai rumah adat Gorontalo yang kaya akan nilai filosofis, tidak hanya dari budaya tetapi juga kepercayaan masyarakat.
- https://gorontalokab.go.id/rumah-adat-banthayo-poboide/
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/mengenal-rumah-adat-dulohupa-di-gorontalo-sulawesi-utara/
- https://www.celebes.co/rumah-adat-gorontalo
- https://arsip-indonesia.org/nl/zoeken?mivast=50000&mizig=190&miadt=50000&miaet=14&micode=ORGANISASI&minr=1032341&milang=nl&misort=pla%7Casc&miview=ldt
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.