Mengenal Sikap Skeptis, Hal yang Buruk atau Bukan?
Sikap skeptis sering kali diasosiasikan dengan keraguan dan ketidakpercayaan terhadap sesuatu.
Mungkin Moms pernah mengalami momen di mana merasa ragu terhadap informasi atau situasi tertentu.
Sikap ini sebenarnya normal dan bisa menjadi alat yang efektif untuk menjaga diri dari penipuan atau bahaya yang tidak terlihat.
Namun, seperti halnya segala sesuatu, terlalu banyak sikap skeptis juga bisa menjadi masalah.
Skeptis adalah perasaan ragu atau tidak percaya yang sering muncul ketika kita dihadapkan pada sesuatu yang belum terbukti kebenarannya.
Seseorang yang terlalu skeptis mungkin cenderung melihat segala sesuatu dari sisi negatif, dan ini bisa berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan, pekerjaan, hubungan percintaan, dan interaksi sosial.
Baca Juga: Perkembangan Psikologi Anak dari Bayi hingga Usia Sekolah
Memahami Sikap Skeptis: Sehat atau Tidak?
Sikap skeptis dapat menjadi alat yang berguna dalam hidup. Misalnya, Moms mungkin menjadi lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang atau membuat keputusan penting.
Ini adalah mekanisme perlindungan alami yang mencegah kita dari mengambil risiko yang tidak perlu.
Namun, ketika sikap ini berlebihan, ia bisa berubah menjadi sikap yang menghalangi pertumbuhan pribadi dan hubungan sosial.
Skeptisisme yang berlebihan dapat membuat seseorang menjadi antikritik dan bahkan sulit menerima pendapat atau masukan dari orang lain.
Ini bisa menciptakan jarak dengan orang-orang di sekitar, menurunkan kualitas hidup, dan menghambat perkembangan diri.
Oleh karena itu, penting untuk memahami batas antara sikap skeptis yang sehat dan yang merugikan.
Rachel Botsman, dosen di Business School Oxford dan penulis buku "Who Can You Trust?", mengungkapkan bahwa "Ketakutan dan kekecewaan adalah virus kuat yang menyebar dengan cepat, dan kita bisa menjadi rentan untuk diyakinkan bahwa sesuatu yang positif itu berbahaya."
Contohnya, gerakan antivaksinasi yang didasarkan pada skeptisisme yang mendalam terhadap bukti medis, mengakibatkan beberapa orang menolak vaksinasi meskipun banyak bukti yang menunjukkan keamanannya.
Baca Juga: Anxiety Attack: Gejala, Penyebab, dan Ragam Pengobatannya
Contoh Berpikir Skeptis yang Sehat
Berpikir skeptis tidak selalu berarti sesuatu yang buruk.
Dalam banyak kasus, berpikir skeptis bisa membantu kita membuat keputusan yang lebih baik. Berikut beberapa contoh bagaimana berpikir skeptis bisa diterapkan secara positif:
- Klaim Kesehatan Dalam dunia kesehatan, banyak produk atau metode pengobatan yang mengklaim bisa menyembuhkan penyakit tanpa bukti ilmiah yang cukup. Orang yang berpikir skeptis tidak akan mudah percaya pada klaim tersebut tanpa melihat bukti yang kuat, seperti hasil penelitian klinis atau pendapat dari ahli medis yang terpercaya. Dengan demikian, skeptisisme membantu kita menghindari penipuan dan membuat keputusan yang lebih bijak.
- Politik dan Media Dalam dunia politik dan media, berpikir skeptis mendorong kita untuk tidak langsung mempercayai berita atau klaim politik tanpa verifikasi. Orang yang skeptis akan mencari informasi dari berbagai sumber, memeriksa fakta, dan mempertimbangkan berbagai perspektif sebelum membuat kesimpulan.
- Fenomena Gaib atau Paranormal Ketika mendengar klaim tentang fenomena paranormal, skeptisisme mendorong kita untuk mempertanyakan bukti dan mencari penjelasan ilmiah yang lebih rasional. Hal ini membantu kita menghindari kesalahan persepsi dan percaya pada hal-hal yang tidak didukung oleh bukti yang kuat.
- Pembuktian Ilmiah Dalam ilmu pengetahuan, berpikir skeptis adalah bagian dari proses yang penting. Skeptisisme mendorong para ilmuwan untuk selalu mempertanyakan metode dan hasil penelitian, memastikan bahwa kesimpulan yang diambil didasarkan pada data yang valid dan dapat diandalkan.
- Kepentingan Pribadi atau Finansial Berpikir skeptis dalam konteks keuangan membantu kita menghindari penipuan atau investasi yang merugikan. Sebelum menerima tawaran atau melakukan investasi, orang yang skeptis akan memeriksa motif di balik tawaran tersebut dan mencari bukti independen yang mendukung klaim.
Cara Mengatasi Sikap Skeptis
Moms yang merasa memiliki sikap skeptis berlebihan mungkin bertanya-tanya, bagaimana cara mengatasinya?
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi sikap skeptis yang berlebihan dan mengembalikan keseimbangan dalam hidup.
- Menyadari Kekurangan Diri Sendiri Langkah pertama adalah mengenali bahwa setiap orang memiliki kelemahan. Menyadari kekurangan dalam diri dapat membantu Moms menerima bantuan dari orang lain dan memahami bahwa tidak semua hal bisa kita selesaikan sendiri.
- Mencoba Hobi Baru Seringkali, skeptisisme muncul karena takut mencoba hal baru. Dengan mencari hobi atau aktivitas baru, Moms bisa membuka diri terhadap pengalaman dan perspektif baru yang positif.
- Ingat Bahwa Manusia Adalah Makhluk Sosial Manusia tidak bisa hidup sendiri. Berinteraksi dengan orang lain adalah bagian penting dari kehidupan. Jika Moms merasa enggan untuk bersosialisasi, cobalah untuk tetap berpikiran terbuka dan beri kesempatan kepada orang lain untuk masuk ke dalam kehidupan Moms.
- Mengubah Cara Pandang Terhadap Kegagalan Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru, kegagalan bisa menjadi langkah penting menuju kesuksesan. Melihat kegagalan dari sudut pandang yang positif bisa membantu mengurangi rasa skeptis terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Nikmati Proses Perubahan Mengubah kebiasaan bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan menikmati setiap proses perubahan, Moms bisa melihat perkembangan diri sebagai sesuatu yang positif.
- Tetap Rileks Mengontrol sikap skeptis bisa menjadi tantangan. Ketika perasaan skeptis mulai muncul, cobalah untuk tetap rileks dan alihkan perhatian ke hal-hal yang menyenangkan, seperti hobi atau menonton film.
Mengenali dan mengatasi sikap skeptis memang bukan hal yang mudah. Namun, dengan memahami dampak dari sikap ini dan mengambil langkah-langkah untuk menguranginya,
Moms bisa menciptakan hidup yang lebih positif dan terbuka terhadap pengalaman baru. Ingat, sikap skeptis bukanlah musuh, tetapi teman yang harus dikendalikan dengan bijak.
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/rationally-speaking/200909/the-logic-skepticism
- https://www.bpw.com/blog/2015/07/29/being-skeptical-is-it-really-a-bad-thing/
- https://www.forbes.com/sites/shanesnow/2020/05/21/how-to-use-skepticism-to-lead-more-innovatively-without-being-a-jerk/?sh=3082d326433e
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.