Stop Bertanya ‘Sudah Hamil Belum'!
Sejak zaman kuliah, pertanyaan basa-basi seakan tak pernah berhenti menghampiri kita, terutama saat kumpul-kumpul keluarga besar, reuni, atau sekadar mengobrol dengan tetangga.
Diawali dengan “Kapan lulus?”, kemudian berlanjut dengan “Sudah kerja?”, “Mana pacarnya?”, “Kapan nikah? Jangan ditunda-tunda lho…”, “Sudah ‘isi’?”, “Kapan punya anak lagi?”, dan seterusnya. Seakan jalan hidup semua orang sama: setelah lulus kuliah langsung kerja, langsung menikah, langsung hamil, dan langsung punya anak lagi.
Di antara semua pertanyaan tersebut, bisa jadi yang paling menyakitkan adalah “Sudah isi?”. Pasalnya, hal ini bisa menyangkut kondisi fisik dan mental pasangan yang ditanyai. Beberapa pasutri bermasalah dengan organ reproduksinya atau kesehatannya sehingga sulit memiliki keturunan meski sangat ingin. Ada pula yang tertekan gara-gara pernah keguguran. Terkadang, kedua belah pihak sama-sama sehat tapi soal anak masih jadi rahasia Tuhan.
Konyolnya, kadang pertanyaan ini dilontarkan seminggu setelah pasangan menikah. Awalnya mungkin suami-istri yang ditanyai masih bisa santai menjawab dan memberikan senyum tulus. Namun jika si buah hati yang ditunggu tak kunjung datang, pertanyaan yang terdengar sepele tersebut bisa membuat pasutri menyimpan tangis dalam hati dan memalsukan senyum di wajah.
Bahkan, kabar gembira tentang kehamilan orang lain bisa menambah lara, seperti yang diutarakan blogger Andra Alodita. “Sering kali saya merasa jealous dan sensitif dengan teman yang baru mengumumkan bahwa dirinya hamil…
Saya malah sedih kenapa orang lain mudah sekali untuk hamil? Sedangkan saya harus merasa sakit-sakitan setiap bulan, tapi saya, kok, belum hamil juga,” tutur Andra di blognya. Diapun seringkali dibuat down dengan komentar dari orang-orang di sekitarnya yang menuduh dia terlalu sibuk mengejar karier atau menyangkanya KB.
Konon, pertanyaan “Sudah hamil belum?” sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia. Di negara-negara Barat, pertanyaan seperti ini dianggap lancang. Namun, bukan berarti orang-orang di sana terbebas dari pertanyaan serupa. Contohnya Emily Bingham, jurnalis asal Amerika Serikat yang capek ditanyai kapan mau punya bayi. Dia lantas membuat pengumuman di media sosialnya yang kemudian menjadi viral.
“Rencana dan keputusan reproduksi dan prokreasi orang lain bukanlah urusan Moms… Moms tidak tahu betapa pertanyaan yang terdengar innocent tersebut bisa menyebabkan duka, rasa sakit, stres, atau frustrasi pada orang lain. Memang, bagi sebagian orang, pertanyaan tersebut tak menimbulkan perasaan apa-apa, tapi berdasarkan pengalaman saya dan mendengar dari pengalaman banyak teman saya, pertanyaan tersebut memunculkan stres hebat,” tulis Bingham.
Soal kehamilan bisa jadi sangat sensitif, terutama bagi istri. Tak jarang muncul rasa bersalah dan gagal menjadi ‘wanita seutuhnya’ meski sebenarnya kehamilan tak hanya dipengaruhi faktor istri. Seakan kesedihan pribadinya tak cukup, ia juga dituntut oleh suami, orang tua, mertua, dan orang-orang di sekitarnya. Jangan salahkan dia kalau malas ikut acara kumpul-kumpul lagi.
Semua orang berbeda. Moms tidak tahu apakah pasangan tersebut menunda punya anak, memutuskan tidak ingin punya anak, atau ingin tapi belum diberi. Moms tidak tahu masalah apa yang mereka hadapi.
Mungkin Moms bermaksud peduli, namun pertanyaan Moms bisa jadi justru menambah stres yang malah mempersulit kehamilan atau malah merenggangkan hubungan si pasangan. Daripada memupuk rasa penasaran yang kebablasan, lebih baik doakan. Yuk, sama-sama belajar tidak lagi bertanya basa-basi “Sudah hamil belum?”!
Foto: China Elevator Stories, Salon
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.