Memahami Cara Pemasangan KB IUD untuk Cegah Kehamilan
Apakah Moms saat ini sedang menimbang-nimbang jenis kontrasepsi yang paling sesuai? Jika ya, Moms bisa coba mencari tahu cara pemasangan KB IUD (intrauterine devices).
KB IUD, disebut juga sebagai KB spiral, adalah alat kontrasepsi berbentuk menyerupai huruf T yang disematkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
Mengutip dari National Health Services (NHS), keefektifan KB IUD dalam mencegah kehamilan setelah dipasang bisa mencapai sekitar 99% bila digunakan dengan benar.
Dari berbagai jenis alat kontrasepsi yang ada, KB IUD termasuk salah satu yang praktis dan tidak memerlukan perawatan rutin, seperti mengingat jadwal minum pil atau suntik ulang.
Ya, ini karena Moms tak perlu mengingat jadwal minum pil rutin seperti bila pakai pil KB.
Moms juga tak perlu kembali suntik setiap beberapa bulan seperti memakai KB suntik. Pemakaian KB IUD hanya sekali selama tidak ada masalah dan cara pemasangannya tepat sejak awal.
Baca Juga: 9 Tanda IUD Bermasalah dan Cara Mengatasinya, Penting!
Cara Pemasangan KB IUD
Ada 2 jenis KB IUD atau KB spiral yang bisa jadi pilihan, yakni hormonal dan nonhormonal. Cara pemakaian kedua KB IUD ini relatif sama.
Agar Moms lebih memahami alur pemasangan KB IUD, berikut penjelasan langkah-langkahnya yang biasa dilakukan oleh profesional medis.
Sebelum Prosedur Pemasangan KB IUD
Pertama-tama, dokter maupun bidan akan memeriksa kondisi kesehatan Moms terlebih dahulu sebelum KB spiral terpasang di dalam rahim.
Jangan ragu untuk menyampaikan semua riwayat kesehatan Moms, ya!
Dokter atau bidan juga akan memeriksa organ intim Moms, meliputi vagina, leher rahim (serviks), hingga rahim (uterus) untuk memastikan tidak ada penyakit menular seksual (PMS).
Penting untuk dipahami, jika Moms termasuk dalam kelompok yang berisiko tinggi mengalami penyakit menular seksual, KB IUD tidak bisa mencegah penyakit tersebut.
Pasalnya, meski KB IUD memang bisa menjadi pilihan alat kontrasepsi yang baik bagi para wanita, KB yang satu ini tidak bisa mencegah penyakit menular seksual, mengutip dari laman Healthline.
Biasanya, Moms perlu minum obat pereda nyeri, seperti ibuprofen dan paracetamol, sebelum pemasangan KB IUD dengan cara yang tepat dimulai.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi intensitas kram perut selama maupun setelah KB spiral ini terpasang di dalam rahim Moms.
Proses dan Cara Pemasangan KB IUD
Setelah semua kondisi kesehatan Moms baik dan memungkinkan untuk pemasangan IUD, dokter akan memasukkan sebuah alat ke dalam rahim dengan cara melipatnya terlebih dahulu.
Namun sebelumnya, Moms diminta untuk berbaring di atas ranjang dengan menekuk kedua kaki, kemudian membukanya selebar mungkin. Agar lebih mudah, sebuah alat bernama spekulum digunakan dokter untuk membuka vagina.
Jadi, pemasangan KB spiral bisa lebih mudah dibandingkan tanpa pakai spekulum. Setelah vagina berhasil terbuka, cara pemasangan IUD dilakukan dengan memasukkan KB ini ke dalam alat khusus berbentuk tabung.
Hal ini membuat bentuk IUD yang semula seperti huruf T, kemudian jadi menekuk dan menyempit.
Lebih rincinya, berikut tahapan cara pemasangan KB IUD.
- Tabung berisiko KB IUD kemudian dimasukkan ke dalam rahim Moms sampai pada kedalaman yang tepat.
- IUD dikeluarkan dari dalam tabung sehingga bentuknya kembari melebar.
- Tabung, spekulum, dan alat bantu lainnya yang digunakan dalam cara pemasangan KB IUD, dikeluarkan dari vagina.
- Ada tali berukuran sekitar 2,5 cm di dalam rahim sebagai tanda adanya IUD.
Proses pemakaian KB IUD tidak lama, kok, Moms! Biasanya, dalam waktu kurang lebih 5 menit, IUD sudah berhasil terpasang di dalam rahim.
Pemasangan jenis KB ini pun bisa dilakukan kapan saja.
Baca Juga: Serba-serbi Pil KB untuk Ibu Menyusui, Bisakah Mempengaruhi ASI?
Setelah KB IUD Berhasil Dipasang
Di awal pemakaian, Moms mungkin merasakan kram atau nyeri. Ini wajar sebagai bentuk adaptasi tubuh karena ada sesuatu yang dimasukkan ke dalam organ intim.
Namun, tak perlu khawatir, keluhan ini biasanya bisa segera hilang dalam beberapa menit.
Kelebihan Pakai KB IUD
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, KB IUD termasuk salah satu alat kontrasepsi yang praktis. Akan tetapi, kelebihan pakai KB IUD tidak hanya itu, lho, Moms!
IUD juga bisa digunakan kapan pun, bahkan saat sedang menstruasi sekalipun.
Jika Moms baru melahirkan dan ingin segera menunda kehamilan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum memasang KB IUD, karena waktu yang tepat untuk pemasangannya bisa bervariasi.
Selain itu, berikut beberapa kelebihan lainnya dari menggunakan KB IUD:
- Efektif untuk mencegah kehamilan dengan tingkat efektivitas yang tinggi
- Bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama, misalnya antara 5-10 tahun tergantung jenis IUD
- Umumnya dianggap aman untuk digunakan meski sedang menyusui, tetapi konsultasikan dengan dokter untuk rekomendasi yang paling tepat
- Tidak ada efek samping hormonal, seperti jerawat, nyeri payudara, dan lainnya
- Pilihan yang tepat bila tidak ingin menggunakan kontrasepsi hormonal
- Kerja IUD tidak terpengaruh bila sedang konsumsi obat apa pun
- Metode kontrasepsi darurat yang cukup efektif (untuk jenis IUD tembaga)
Baca Juga: Mengenal Tubektomi, Kontrasepsi Permanen untuk Wanita
Kekurangan pakai KB IUD
Di samping ada kelebihan bila Moms pakai KB IUD, kontrasepsi ini juga punya sisi kelemahan.
Melansir dari Planned Parenthood, kekurangan KB IUD berbeda tergantung jenisnya.
Kekurangan KB IUD Hormonal
Berikut beberapa kekurangan yang bisa menjadi pertimbangan sebelum Moms pilih KB IUD hormonal:
- Nyeri saat pemasangan IUD
- Kram atau sakit punggung selama beberapa hari setelah pemasangan IUD; jika keluhan ini berlanjut, segera konsultasikan dengan dokter
- Muncul bercak darah di antara periode menstruasi (tidak sedang haid)
- Haid mungkin tidak teratur
Kekurangan KB IUD Nonhormonal (Tembaga)
Berikut beberapa kekurangan bila Moms pilih pakai KB IUD nonhormonal:
- Ada bercak darah di antara periode menstruasi (tidak sedang haid)
- Haid mungkin tidak teratur
- Haid jadi lebih lama dan aliran darahnya deras
- Kram perut saat haid terasa lebih sakit ketimbang biasanya
- Terasa sakit saat IUD dipasang
- Kram atau sakit punggung selama beberapa hari setelah pemasangan IUD
Meski memang ada beberapa risiko, nyatanya KB IUD sebenarnya aman untuk mencegah kehamilan.
Jika terasa kram setelah pemasangan IUD, Moms bisa minum obat pereda nyeri untuk meringankan gejala.
Sementara untuk perdarahan yang tiba-tiba muncul, biasanya akan segera membaik dalam beberapa bulan setelah tubuh terbiasa dengan adanya IUD.
Namun, pada dasarnya, jika alat kontrasepsi, termasuk KB IUD, membuat Moms merasa tidak nyaman, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Jika Moms mengalami keluhan atau gejala tidak biasa terkait penggunaan KB IUD, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Risiko Penggunaan KB IUD
Penggunaan KB IUD telah menjadi pilihan yang populer bagi banyak wanita sebagai metode kontrasepsi.
Meski IUD aman dan efektif dalam mencegah kehamilan, tetapi seperti halnya semua prosedur medis, ada risiko yang terkait dengan penggunaannya.
Selain mengetahui cara pemasangan IUD, Moms juga perlu mengetahui risikonya.
Berikut ini beberapa risiko penggunaan KB IUD yang pelru Moms pahami:
1. Lepasnya IUD dari Rahim
Salah satu risiko yang jarang terjadi adalah lepasnya IUD dari rahim. Meskipun ini jarang terjadi, kadang-kadang IUD dapat terlepas dari posisinya.
Kejadian ini cenderung terjadi selama periode menstruasi, terutama dalam beberapa bulan pertama setelah IUD dimasukkan.
Penting untuk memeriksakan diri secara rutin ke dokter kandungan atau profesional medis terkait jika Moms merasa IUD tidak berada pada tempatnya atau mengalami gejala tidak biasa.
Baca juga: Sperma Tumpah Setelah Berhubungan Intim, Apakah Bisa Hamil?
2. Perforasi Dinding Rahim
Ketika IUD dimasukkan, ada risiko kecil dinding rahim dapat mengalami perforasi atau tertusuk.
Meskipun kejadian ini cukup jarang, risikonya tetap perlu diwaspadai dan merupakan alasan untuk memilih dokter yang berpengalaman dalam memasang IUD.
Inilah sebabnya mengapa pemasangan IUD sebaiknya dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan terlatih.
Jika Moms mengalami rasa sakit yang tidak wajar setelah pemasangan, segera berkonsultasi dengan dokter.
3. Kehamilan yang Berisiko Tinggi
Penggunaan IUD memiliki peluang kecil untuk menyebabkan kehamilan.
Namun, jika hamil saat menggunakan IUD, risikonya bisa lebih tinggi untuk mengalami komplikasi, seperti kehamilan ektopik.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa IUD yang digunakan belum melewati tanggal kedaluwarsa, serta memeriksanya secara rutin sesuai anjuran dokter.
Menggunakan IUD yang sudah kadaluarsa dapat meningkatkan risiko kehamilan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Potensi Infeksi
Pada kasus yang jarang terjadi, bakteri dapat masuk ke dalam rongga rahim saat IUD dimasukkan, sehingga berpotensi menyebabkan infeksi.
Infeksi ini lebih mungkin terjadi dalam 20 hari pertama setelah pemasangan, meskipun kasusnya jarang.
Untuk mengurangi risiko ini, dokter atau bidan biasanya akan membersihkan serviks Moms sebelum memasang IUD.
Jika Moms mengalami gejala seperti demam, nyeri panggul yang parah, atau keluarnya cairan berbau tidak sedap, segera konsultasikan ke dokter.
Itulah beberapa risiko penggunaan KB IUD yang perlu dipahami.
Meskipun risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan IUD jarang terjadi, tetaplah bijak dengan berkonsultasi dengan dokter sebelum membuat keputusan.
Dokter akan membantu Moms memahami apakah IUD adalah pilihan yang cocok untuk situasi dan kebutuhan kesehatan Moms.
Baca juga: Tes Kehamilan dengan Garam, Apakah Akurat? Ini Ulasannya!
Siapa yang Tidak Boleh Menggunakan IUD?
Pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah keputusan penting bagi kesehatan reproduksi setiap individu.
Meski KB IUD adalah salah satu metode yang paling populer, tidak semua orang cocok untuk menggunakan kontrasepsi ini.
Ada beberapa kondisi medis dan situasi tertentu di mana penggunaan IUD tidak disarankan. Sebaiknya Moms tidak menggunakan IUD jika:
1. Sedang Hamil
Penting untuk dipahami bahwa IUD bukanlah metode kontrasepsi yang cocok untuk mencegah kehamilan yang sudah ada.
Jika Moms sedang hamil, penggunaan IUD tidak disarankan.
2. Infeksi Menular Seksual Aktif
Jika Moms sedang mengalami infeksi menular seksual (IMS) aktif, penggunaan IUD bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan.
Sebaiknya tunggu hingga infeksinya sembuh sepenuhnya sebelum mempertimbangkan penggunaan IUD.
3. Berisiko Tinggi Tertular IMS
Jika Moms memiliki riwayat berisiko tinggi tertular IMS, penggunaan IUD mungkin tidak cocok bagi Moms.
Risiko tinggi tertular IMS bisa termasuk sering berganti pasangan seksual atau tidak konsisten dalam menggunakan pengaman saat berhubungan seksual.
Mengingat risikonya, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter guna mengeksplorasi opsi kontrasepsi lain yang mungkin lebih sesuai.
4. Kanker Serviks atau Rahim
Bagi mereka yang menderita kanker serviks atau kanker rahim, penggunaan IUD bisa memiliki implikasi kesehatan yang serius.
Dokter akan memberi saran mengenai metode kontrasepsi yang lebih aman dalam situasi ini.
5. Pendarahan Vagina Tanpa Sebab
Jika Moms pernah mengalami pendarahan vagina yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk menggunakan IUD.
Itulah beberapa kondisi umum di mana penggunaan KB IUD tidak disarankan.
Jika Moms tertarik dengan IUD tembaga, ada beberapa batasan tambahan yang perlu dipertimbangkan.
Baca juga: Lepas KB 3 Bulan, tapi Belum Haid, Apa Bisa Hamil?
Moms sebaiknya tidak menggunakan IUD tembaga jika Moms memiliki alergi terhadap tembaga atau menderita penyakit Wilson.
Ini adalah kondisi genetik yang dapat menyebabkan penumpukan tembaga berlebihan dalam tubuh.
Sementara itu, IUD hormonal juga memiliki batasan tertentu.
Penggunaan IUD hormonal umumnya tidak dianjurkan untuk individu yang memiliki penyakit hati yang parah atau yang telah didiagnosis dengan kanker payudara, terutama yang sensitif terhadap hormon.
Jika Moms dianggap berisiko tinggi terkena kanker payudara, dokter akan membantu Moms mengevaluasi opsi kontrasepsi yang lebih tepat.
Itulah beberapa informasi mengenai kekurangan dan kelebihan KB IUD. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum memutuskan metode kontrasepsi yang paling sesuai untuk Moms.
- https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/iud/whats-an-iud-insertion-like
- https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/iud/what-are-the-disadvantages-of-iuds
- https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/iud/iud-side-effects
- https://www.webmd.com/sex/birth-control/iud-intrauterine-device
- https://www.healthline.com/health/birth-control-iud
- https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/contraception-intrauterine-devices-iud#advantages-of-iuds
- https://www.nhs.uk/conditions/contraception/iud-coil/
- https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/24441-intrauterine-device-iud
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.