Stres Oksidatif: Pengertian, Penyebab, Bahaya, hingga Cara Mencegahnya
Di dalam tubuh, terdapat berbagai senyawa kimia yang memiliki peran masing-masing. Terlepas itu, bisa terjadi ketidakseimbangan zat dalam tubuh yang dikenal dengan stres oksidatif.
Proses ini berlangsung secara alami dan cukup sering menyerang orang dewasa.
Kondisi ini tak boleh disepelekan karena dapat berbahaya bagi kesehatan, lho.
Lantas, apa penyebab dan pemicu di balik ini? Bagaimana kita sebagai manusia untuk mencegahnya? Mari ketahui bersama, Moms.
Apa Itu Stres Oksidatif?
Foto: Orami Photo Stocks
Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh yang terjadi secara alami.
Melansir studi yang diterbitkan dalam Frontiers in Physiology, proses ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan.
Di dalam tubuh, radikal bebas mengandung oksigen dengan jumlah yang tidak merata.
Jumlah yang tidak merata ini memungkinkan mereka dengan mudah untuk bereaksi dengan senyawa lain.
Jika ini terjadi, menyebabkan reaksi kimia besar dalam tubuh atau disebut dengan oksidasi.
Efek stres oksidatif tidak selalu membahayakan kesehatan.
Misalnya, stres oksidatif yang dihasilkan dari olahraga, mungkin memiliki efek yang menguntungkan pada tubuh.
Olahraga dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas dan pertumbuhan jaringan sementara pada otot.
Di luar itu, sejumlah bukti ilmiah menunjukkan bahwa stres oksidatif jangka panjang berperan pada risiko berbagai penyakit kronis.
Penyakit tersebut termasuk kanker, diabetes, dan penyakit jantung.
Baca Juga: Sering Buang Air Kecil Tanpa Disertai Rasa Sakit? Ini Dia 18 Penyebabnya!
Penyebab Stres Oksidatif
Foto: Orami Photo Stocks
Meskipun ini berlangsung secara alami, ada pemicu yang menyebabkan stres oksidatif ini terjadi dalam tubuh.
Beberapa faktor berperan terhadap produksi radikal bebas yang berlebihan. Faktor-faktor penyebab ini dapat mencakup:
- Program diet
- Gaya hidup
- Kondisi tertentu
- Faktor lingkungan seperti polusi dan radiasi
Respon imun alami tubuh juga dapat memicu stres oksidatif untuk sementara waktu.
Jenis kondisi ini menyebabkan peradangan ringan apabila sistem kekebalan tubuh tidak bisa melawan infeksi atau cedera.
Bahaya Stres Oksidatif bagi Kesehatan
Seperti kita ketahui, tidak semua stres oksidatif berbahaya bagi tubuh.
Penelitian yang diterbitkan di nature.com, senyawa kimia ini dapat melindungi tubuh dari berbagai infeksi dan mencegah penyebaran sel kanker melanoma, lho.
Meskipun begitu, kita tetap harus waspada terhadap ancaman kesehatan yang mungkin terjadi akibat stres oksidatif.
Berikut beberapa bahaya senyawa kimia ini bagi kesehatan:
1. Hipertensi
Foto: Orami Photo Stocks
Kondisi ini sangat umum terjadi dan hampir menyerang lebih dari 50 juta orang per tahunnya.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah berbahaya.
Dipercaya, ini ada kaitannya dengan senyawa kimia satu ini.
Ketika enzim yang mencegah stres oksidatif tidak berperan (enzim oksidase), ini menyebabkan tekanan darah dalam tubuh tinggi.
Ini juga bisa dipicu dari faktor lain seperti mengonsumsi makanan tinggi garam, lemak, serta kolestrol tidak sehat.
Baca Juga: Aneka Kegiatan Menarik di Wisata Gunung Pancar, Ketahui!
2. Peradangan Kronis
Stres oksidatif dapat menyebabkan peradangan kronis dalam tubuh.
Radikal bebas yang ada dalam tubuh memicu peradangan dan membuat sistem kekebalan menurun.
Ini juga memicu penyumbatan plak pada jantung dan berbagai organ vital lainnya.
Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan beberapa kondisi peradangan, termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, dan radang sendi.
3. Penyakit Saraf
Foto: Orami Photo Stocks
Ancaman lainnya telah dikaitkan dengan berbagai penyakit saraf seperti penyakit Alzheimer, sklerosis lateral amiotrofik, sklerosis ganda, dan hilang ingatan.
Melansir Alzheimer's Society, stres oksidatif dapat menyebabkan 'serangan' pada sel-sel otak yang dipicu karena radikal bebas.
Radikal bebas inilah yang menyebabkan kerusakan oksidatif.
Tak hanya itu, kerusakan ini juga meningkatkan risiko terkena demensia.
4. Serangan Stroke
Risiko stroke meningkat ketika tubuh tidak lagi memiliki zat yang seimbang.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa stres oksidatif dapat menyebabkan cedera otak akibat iskemia.
Iskemia adalah kondisi saat aliran darah yang menuju ke organ tubuh tidak cukup.
Seseorang yang mengalami peradangan pada otak akan berisko terhadap serangan stroke.
5. Gangguan Kesuburan Pria
Foto: Orami Photo Stocks
Ternyata, bahaya serius dari kerusakan oksidatif juga memicu gangguan kesuburan pada pria.
Berbagai masalah yang bisa terjadi meliputi:
- Jumlah sperma rendah: Pria mengeluarkan jumlah sperma yang sedikit. Jumlah sperma di bawah 15 juta dianggap rendah.
- Kekuatan sperma rendah (motilitas): Sperma tidak dapat “berenang” untuk mencapai sel telur.
- Sperma abnormal: Sperma mungkin memiliki bentuk yang tidak biasa, sehingga lebih sulit untuk bergerak dan membuahi sel telur.
Hal ini juga bisa menyebabkan sulitnya mendapatkan keturunan dalam waktu dekat.
Baca Juga: Menopause Dini, Cari Tahu Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya
Cara Mencegah Kerusakan Stres Oksidatif
Cukup sulit untuk sepenuhnya terhindar dari paparan radikal bebas dan stres oksidatif.
Meskipun begitu, kita bisa meminimalkan risikonya dari perubahan gaya hidup.
Berikut berbagai cara dalam mencegah kerusakan oksidatif dalam tubuh:
1. Meningkatkan Asupan Antioksidan
Foto: Orami Photo Stocks
Salah satu cara untuk mencegah stres oksidatif adalah memastikan bahwa tubuh memperoleh antioksidan yang cukup.
Apa saja yang harus dikonsumsi? Berikut varian menu yang kaya akan antioksidan tinggi:
- Buah plum
- Stroberi
- Sayuran hijau seperti brokoli
- Tomat
- Minyak zaitun
- Kacang-kacangan
- Teh hijau
Dipercaya, kayu manis juga memiliki antioksidan yang tinggi dan baik dikonsumsi sehari-hari, Moms.
2. Makan dalam Porsi Normal
Studi dalam Hindawi menemukan bahwa, makan secara berlebihan dan terus menerus membuat tubuh lebih rentan terkena stres oksidatif.
Untuk itu, makanlah dalam porsi kecil atau normal saja, ya.
Sesuatu yang berlebihan memang tidak berujung baik untuk kesehatan.
Baca Juga: 6 Manfaat Suntik DNA Salmon, Solusi Singkat Menunda Penuaan
3. Olahraga Rutin
Foto: Orami Photo Stocks
Olahraga rutin bantu memicu produksi antioksidan alami dalam jumlah tinggi. Sehingga, ini menurunkan risiko terhadap kerusakan akibat stres oksidatif dalam tubuh.
Tak hanya itu, manfaat dari olahraga juga dapat mencegah penuaan, serta menurunkan risiko terkena kanker.
4. Tidur Cukup
Tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga keseimbangan sistem tubuh.
Fungsi otak, produksi hormon, antioksidan, dan keseimbangan radikal bebas, sebagian besarnya dipengaruhi oleh kualitas tidur kita.
Untuk itu, hindari begadang karena memicu berbagai ancaman kesehatan serius di jangka panjang.
5. Hindari Paparan Kimia
Foto: Orami Photo Stocks
Banyak orang melewati metode ini dalam cara mencegah stres oksidatif.
Yuk, mulai sekarang hindari penggunaan bahan kimia jenis apapun untuk mengurangi risiko peradangan pada tubuh, Moms!
Dipercaya, memakai pestisida untuk berkebun dapat memicu paparan radiasi.
Alternatifnya bisa dengan memakai bahan alami lainnya ya, Moms.
Baca Juga: 5+ Perbedaan Green Tea dan Matcha, Jangan Sampai Keliru!
Moms, apakah sekarang sudah lebih familiar dengan bahaya dan ancaman stres oksidatif
Yuk, mulai sekarang ubah gaya hidup untuk menurunkan risiko terkena ini!
- https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fphys.2020.00694/full
- https://www.nature.com/articles/nature15726
- https://www.alzheimers.org.uk/about-dementia/risk-factors-and-prevention/antioxidants
- https://www.hindawi.com/journals/omcl/2011/194586/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.