Apakah Talak Bain Tidak Boleh Rujuk? Simak Penjelasannya!
Talak bain merupakan salah satu jenis talak yang cara rujuknya harus dengan akad nikah lagi.
Talak jenis ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu bain sughra dan bain kubra.
Artikel ini akan membahas seputar talak bain dalam pandangan Islam dan bagaimana praktiknya dalam kehidupan sehari-hari.
Yuk, simak ulasan selengkapnya berikut ini, Moms!
Baca Juga: Cerai saat Hamil, Bagaimana Hukumnya dalam Islam dan Menurut Negara?
Apa Itu Talak Bain?
Dalam ajaran agama Islam, talak (lepasnya hubungan pernikahan) dibagi menjadi 2 jenis, yaitu talak raj’i dan talak bain.
Talak raj’i merupakan talak yang dilakukan ketika suami dan istri boleh rujuk kembali tanpa perlu akad nikah lagi.
Sementara itu, talak bain merupakan talak di mana suami dan istri harus mengadakan akad nikah lagi jika ingin melakukan proses rujuk.
Hukum jatuhnya talak dari suami kepada istri adalah makruh, yakni boleh dilakukan. Namun, hal ini sangat dibenci oleh Allah SWT.
Hal ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, yang artinya:
“Perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah adalah thalaq (cerai).” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Jenis Talak Bain
Menurut cara rujuknya, talak bain dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu bain sughra dan bain kubra.
Berikut ini masing-masing penjelasannya.
1. Talak Bain Sughra
Talak bain sughra merupakan talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istri yang belum ia campuri (bersetubuh).
Talak ini juga bisa terjadi apabila diminta oleh sang istri atau disebut talak khulu.
Apabila bain sughra telah sah terjadi, kemudian suami dan istri tersebut ingin bersatu kembali.
Maka, keduanya harus melakukan akad nikah lagi seperti sebelum sah secara agama dan negara.
Akad nikah ini boleh dilakukan ketika masa iddah (masa tunggu) masih berlaku maupun sudah selesai.
Masa iddah merupakan waktu tunggu seorang perempuan sebelum menikah lagi setelah ditinggal meninggal atau bercerai dengan suaminya.
Lamanya masa iddah perempuan karena cerai adalah 3 kali quru’ (haid), sebagai firman Allah SWT yang berbunyi:
وَٱلْمُطَلَّقَٰتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلَٰثَةَ قُرُوٓءٍ
Bacaan latin: “Wal-muṭallaqātu yatarabbaṣna bi`anfusihinna ṡalāṡata qurū`.”
Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.” (QS. Al-Baqarah: 228)
Masa iddah berlaku bagi perempuan yang usianya telah mencapai 9 tahun, tidak hamil, belum menopause, dan sudah mengalami haid.
Sementara itu, bagi perempuan yang tidak pernah haid dan sudah mengalami menopause, masa iddah mereka dihitung selama 3 bulan.
Baca Juga: Masa Iddah: Aturan, Hak, Larangan, dan Lama Waktunya
Aturan masa iddah juga tercantum dalam firman Allah SWT di surat At-Thalaq ayat 4, yang berbunyi:
ووَٱلَّٰٓـِٔى يَئِسْنَ مِنَ ٱلْمَحِيضِ مِن نِّسَآئِكُمْ إِنِ ٱرْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَٰثَةُ أَشْهُرٍ وَٱلَّٰٓـِٔى لَمْ يَحِضْنَ ۚ وَأُو۟لَٰتُ ٱلْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَن يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ ۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مِنْ أَمْرِهِۦ يُسْرًا
Bacaan latin: “Wal-lā`i ya`isna minal-maḥīḍi min nisā`ikum inirtabtum fa ‘iddatuhunna ṡalāṡatu asy-huriw wal-lā`i lam yahiḍn,
Wa ulātul-aḥmāli ajaluhunna ay yaḍa’na ḥamlahunn, wa may yattaqillāha yaj’al lahụ min amrihī yusrā.”
Artinya: “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddah-nya),
Maka, masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid.
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. At-Thalaq: 4)
2. Talak Bain Kubra
Talak bain kubra merupakan talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya sebanyak 3 kali (talak tiga) dalam kurun waktu yang berbeda.
Pada kasus ini, usaha untuk rujuk kembali tidak diperbolehkan lagi dalam syariat Islam.
Apabila suami istri ingin bersatu kembali, mereka harus melakukan akad nikah lagi.
Meski begitu, ada syarat yang harus dipenuhi supaya akad nikah tersebut sah, yaitu:
- Mantan istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain
- Mantan istri telah digauli (bersetubuh) dengan suaminya yang baru
- Mantan istri telah cerai dari suaminya yang baru
- Mantan istri telah habis masa iddah-nya setelah bercerai dengan suaminya
Apabila syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka suami yang dulu boleh menikah lagi dengan mantan istrinya tersebut.
Baca Juga: Ketahui Cara Membuat Surat Gugatan Cerai dan Contohnya
Hak Istri saat Menjalani Masa Iddah Akibat Talak Bain
Saat menjalani masa iddah karena talak raj’i (talak 1 dan 2), seorang istri masih berhak mendapatkan nafkah dari suami.
Nafkah ini dapat berupa tempat tinggal, uang belanja, dan pakaian.
Ketiga hak tersebut hanya berlaku bagi istri yang menjalani masa iddah-nya secara taat. Sementara itu, istri yang durhaka tidak akan mendapatkan apa-apa.
Lebih lengkapnya selama masa iddah, istri berhak mendapatkan beberapa hak, di antaranya:
- Hak Nafkah
Selama masa iddah akibat talak bain, seorang wanita berhak menerima nafkah dari mantan suaminya. Ini mencakup kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian.
Tujuan dari nafkah ini adalah untuk memastikan bahwa wanita tersebut tidak mengalami kesulitan ekonomi selama periode transisi ini.
- Hak Asuh Anak
Hak asuh anak setelah talak bain biasanya ditentukan berdasarkan kesejahteraan anak.
Pengadilan akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemampuan orang tua untuk menyediakan kebutuhan fisik dan emosional anak.
Meski bercerai, kedua orang tua tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan mendukung anak mereka.
Di sisi lain, perempuan yang menjalani masa iddah karena talak bain hanya boleh mendapatkan hak tempat tinggal saja.
Lalu, perempuan yang menjalankan masa iddah karena ditinggal mati oleh suaminya tidak akan mendapatkan apa-apa.
Namun, ia dan anak-anaknya berhak mendapatkan harta warisan dari suaminya tersebut.
Baca Juga: Contoh Surat Talak Cerai yang Benar serta Sah di Mata Hukum
Apakah Putusan Pengadilan Termasuk Talak Bain?
Menurut Kajian Fiqih Mahkamah Agung, ada istilah at-tafriq al-qadha'i.
Artinya, tindakan seorang hakim dalam memutuskan perceraian.
Istilah tersebut menunjukkan bahwa lembaga Pengadilan Agama memiliki wewenang yang diakui syara’ dalam memutus ikatan pernikahan yang sudah tidak maslahat lagi.
Maka, bisa disimpulkan bahwa putusan Pengadilan Agama termasuk ke dalam kategori talak bain sughra.
Ada pun kondisi yang mendasari putusan hakim dalam memutuskan ikatan pernikahan pasangan suami istri, di antaranya:
- Jika salah satu suami/istri murtad dari agama Islam
- Apabila suami tidak memberi nafkah kepada istri (‘adam an-nafaqah)
- Adanya aib atau cela (‘aib aw ilal)
- Adanya perselisihan dan mudharat antara suami dan istri (syiqaq aw ad-dharar)
- Karena ketiadaan suami tanpa uzur (ghoibat ar-zauj bila’udzr)
- Karena suami berada dalam penahanan (habs)
Dampak Psikologis Talak Bain
Talak bain merupakan talak yang paling keras dan tidak bisa dirujuk kembali oleh suami tanpa persetujuan istri.
Talak bain dapat memberikan dampak psikologis yang signifikan bagi semua pihak yang terlibat, termasuk:
- Rasa Kehilangan dan Kesedihan
Perceraian melalui talak bain sering menimbulkan perasaan kehilangan yang mendalam. Rasa sedih dan kekecewaan muncul karena berakhirnya hubungan yang telah dibina.
- Stres dan Kecemasan
Mantan pasangan mungkin mengalami stres dan kecemasan terkait masa depan, terutama mengenai pengaturan keuangan dan hak asuh anak. Ketidakpastian ini bisa mempengaruhi kesehatan mental mereka.
- Dampak pada Anak
Anak-anak dari pasangan yang bercerai bisa mengalami kebingungan dan stres emosional. Mereka memerlukan dukungan ekstra untuk memahami perubahan dalam struktur keluarga mereka.
Baca Juga: Contoh Surat Talak Cerai yang Benar serta Sah di Mata Hukum
Itu dia penjelasan tentang talak Bain. Semoga mudah dimengerti, ya, Moms!
- http://repository.iainpurwokerto.ac.id/5707/1/COVER_HUKUM%20RUJUK%20PADA%20TALAK%20BAIN%20KUBRA%20YANG%20DIUCAPKAN%20DI%20LUAR%20PENGADILAN.pdf
- https://cloud.badilag.net/s/Rn2nyRenF2CJSnc
- https://cendikia.kemenag.go.id/storage/uploads/file_path/file_15-10-2020_5f883f0ad7559.pdf
- https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/paradigma-makna-perceraian-oleh-drs-zulkarnain-lubis-m-h-11-7
- https://tafsirweb.com/869-surat-al-baqarah-ayat-228
- https://tafsirweb.com/37304-surat-at-thalaq
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.