17 Januari 2023

4 Jenis Alat Terapi Oksigen dan Manfaatnya untuk Pasien dengan Gangguan Pernapasan

Penyakit apa saja yang membutuhkan terapi oksigen?

Apakah Moms pernah mendengar tentang terapi oksigen? Kita tentu sudah tahu jika oksigen sangat diperlukan untuk kehidupan manusia.

Oksigen merupakan gas yang ditemukan di udara dan dapat kita hirup secara bebas.

Namun, beberapa orang dengan gangguan pernapasan tidak bisa menghirup cukup oksigen secara alami.

Ini yang membuat mereka kemungkinan membutuhkan oksigen tambahan atau terapi oksigen.

Terapi ini mungkin menjadi salah satu hal yang masih belum familiar bagi Moms. Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang terapi oksigen berikut ini.

Baca Juga: 3 Tanda Janin Kekurangan Oksigen, Waspada, Moms!

Apa yang Dimaksud dengan Terapi Oksigen?

Terapi Oksigen
Foto: Terapi Oksigen (manometcurrent.com)

Terapi oksigen adalah tindakan untuk memberikan oksigen murni pada pasien yang memiliki kadar oksigen rendah.

Oksigen biasanya disalurkan melalui tabung atau dalam ruangan khusus pada pasien dengan gejala kekurangan oksigen.

Gejala yang menunjukkan tanda tubuh tengah kekurangan oksigen antara lain:

  • Sesak napas, napas pendek dan cepat
  • Kelelahan dan kebingungan
  • Detak jantung cepat
  • Batuk, berkeringat berlebihan
  • Warna kulit dan bibir terlihat pucat
  • Menurunnya fungsi jaringan tubuh

Kondisi kekurangan oksigen biasanya akan terdiagnosa setelah observasi dokter.

Namun jika Moms, Dads, atau Si Kecil mengalami satu atau lebih gejala di atas, baiknya segera menghubungi tenaga medis terdekat.

Mengutip National Heart, Lung, and Blood Institute, terapi oksigen ini dilakukan dengan memberikan gas oksigen untuk dihirup pasien.

Pasien dapat menerima terapi oksigen dari selang yang diletakkan di hidung, masker wajah, atau selang yang ditempatkan di trakea, atau batang tenggorokan.

Baca Juga: 7 Pertanyaan Penting yang Perlu Diajukan ke Terapis

Jenis Terapi Oksigen

Jenis Terapi Oksigen
Foto: Jenis Terapi Oksigen (Freepik)

Ada beberapa jenis terapi oksigen yang bisa digunakan untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen, di antaranya:

1. Oksigen Gas

Gas oksigen dapat disimpan dalam tangki atau tabung portabel yang disebut dengan sistem gas terkompresi.

Tabung oksigen dengan ukuran yang lebih besar dapat digunakan di dalam rumah.

Sedangkan tangki oksigen yang lebih kecil dapat dibawa dan digunakan saat kita bepergian atau berada di luar rumah.

Tangki yang lebih kecil dapat digunakan bersama dengan perangkat penghemat oksigen sehingga suplai oksigen dapat bertahan lebih lama.

2. Oksigen Cair

Oksigen cair juga dapat disimpan dalam tangki portabel. Oksigen cair lebih terkonsentrasi, sehingga lebih banyak oksigen dapat masuk ke dalam tangki meski ukurannya lebih kecil.

Terapi oksigen jenis ini efektif bagi orang-orang yang sangat aktif. Namun oksigen akan menguap jika tidak digunakan pada waktu yang tepat.

Tangki ini bisa diisi ulang, baik oksigen cair dan gas oksigen biasanya dapat dikirim ke rumah dan banyak lokasi lain.

3. Konsentrator Oksigen

Oxygen concentrators atau konsentrator oksigen kurang portabel jika dibandingkan 2 opsi terapi oksigen sebelumnya.

Konsentrator oksigen adalah alat yang bekerja dengan mengambil oksigen dari ruangan, memusatkannya untuk penggunaan terapeutik, dan menghilangkan gas alami lainnya.

Oksigen didistribusikan dari tangki melalui tabung dan disalurkan ke paru-paru melalui saluran hidung, masker wajah, atau dimasukkan langsung ke tenggorokan.

Keunggulan lain konsentrator adalah harganya lebih murah dan tidak perlu diisi ulang seperti tangki.

Versi portabel konsentrator oksigen sebenarnya sudah tersedia. Namun, sebagian besar modelnya memiliki ukuran yang terlalu besar untuk dikategorikan portabel.

4. Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik tidak seperti metode lainnya. Pasien akan menghirup oksigen murni di ruangan atau bilik bertekanan yang biasanya disebut ruangan hiperbarik.

Di ruang hiperbarik, tekanan udara dinaikkan menjadi 3 atau 4 kali tingkat tekanan udara normal. Hal ini akan meningkatkan jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh.

Jenis terapi dengan oksigen ini sering digunakan untuk mengobati luka, infeksi serius, atau gelembung udara di pembuluh darah.

Meski begitu, terapi hiperbarik memiliki sejumlah risiko, salah satunya jika tak dilakukan dengan hati-hati maka kadar oksigen dalam darah dapat terlalu tinggi.

Terlepas dari jenis terapi yang ada, ketiganya memiliki metode penyaluran oksigen yang mirip.

Metode penyaluran oksigen yang paling umum digunakan adalah kanula hidung, yakni terdiri dari tabung yang mengalir melalui kedua lubang hidung.

Selain itu, metode penyaluran oksigen lainnya meliputi masker nonrebreather, inkubator untuk bayi, dan continuous positive airway pressure (CPAP).

Baca Juga: Sensory Intregation, Salah Satu Terapi Terpenting pada Autisme

Manfaat Terapi Oksigen

Manfaat Terapi Oksigen
Foto: Manfaat Terapi Oksigen (Freepik)

Mengutip American Lung Association, beberapa kondisi yang mungkin memerlukan oksigen tambahan, baik untuk sementara atau jangka panjang yaitu COPD (penyakit paru obstruktif kronik), fibrosis paru, radang paru-paru, serangan asma yang parah, fibrosis kistik, dan sleep apnea.

Jika dilakukan dengan prosedur dan dosis yang tepat, terapi oksigen akan sangat bermanfaat bagi manusia.

Beberapa manfaat atau tujuan pemberian terapi oksigen di antaranya adalah:

1. Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien

Terapi oksigen bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang sering mengalami kondisi tubuh dengan kadar oksigen rendah, terlepas apa pun penyebabnya.

Jika diperlukan, penggunaan terapi ini secara teratur dapat mengurangi sesak napas sehingga membuat seseorang menjadi lebih aktif dan bergerak dengan bebas.

Hal ini juga dapat secara signifikan meningkatkan kualitas hidup, bahkan dalam banyak kasus memperpanjang usia harapan hidup.

2. Mengurangi Gejala Kekurangan Oksigen

Terapi oksigen juga bisa mengurangi gejala pada penderita kekurangan oksigen seperti, sakit kepala, marah atau emosi berlebih, kelelahan, bengkak di pergelangan kaki.

Terapi ini dapat membantu tumbuh kembang anak yang memiliki kondisi paru-paru kronis.

Dalam banyak kasus, terapi dengan oksigen membantu mempermudah aktivitas, meningkatkan stamina, dan mengurangi sesak napas.

Bahkan orang yang membutuhkan terapi berkelanjutan karena kondisi kronis bisa hidup normal dengan menjalani terapi ini.

3. Membantu Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Banyak orang dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) parah membutuhkan terapi oksigen jangka panjang.

PPOK adalah istilah umum yang mencakup penyakit paru-paru progresif yang menyebabkan peningkatan sesak napas.

Beberapa orang akan mengalami penurunan fungsi paru-paru dari waktu ke waktu sehingga menyebabkan tubuh mereka kesulitan mendapatkan oksigen yang cukup.

Penelitian tahun 2010 yang termuat di Chest Journal menemukan bahwa suplemen oksigen berkelanjutan paling bermanfaat bagi penderita COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease, atau yang juga dikenal PPOK).

Terapi dengan oksigen secara teratur dalam jangka panjang dapat secara signifikan meningkatkan kualitas dan umur penderita PPOK.

Banyak dari mereka yang mungkin perlu menerima terapi selama setidaknya 15 jam setiap hari.

Baca Juga: Jenis Terapi Kesuburan untuk Pria yang Direkomendasikan oleh Dokter

Kategori Penyakit yang Membutuhkan Terapi Oksigen

Terapi Oksigen
Foto: Terapi Oksigen (Freepik.com/freepik)

Terapi oksigen biasanya disarankan bagi seseorang yang tidak mendapatkan cukup oksigen secara alami.

Keadaan ini sering terjadi akibat kondisi paru-paru sulit menyerap oksigen, termasuk pada pasien dengan penyakit seperti:

  • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
  • Radang paru-paru
  • Asma
  • Displasia bronkopulmonalis (paru-paru terbelakang pada bayi baru lahir)
  • Gagal jantung
  • Fibrosis kistik (penyakit keturunan yang menyebabkan lendir-lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket)
  • Sleep apnea
  • Kondisi trauma pada sistem pernapasan

Kapan Terapi Oksigen Diberikan?

Untuk menentukan apakah seseorang perlu mendapat terapi oksigen, dokter biasanya akan menguji kadar oksigen dalam arteri.

Cara lain untuk memeriksanya adalah menggunakan oksimeter denyut yang secara tidak langsung mengukur kadar oksigen atau saturasi, tanpa memerlukan sampel darah.

Kadar oksigen darah arteri normal berkisar antara 75 - 100 mmHg (milimeter merkuri). Tingkat oksigen 60 mmHg atau lebih rendah menunjukkan perlunya oksigen tambahan.

Tak hanya kekurangan oksigen, kadar oksigen terlalu tinggi dalam tubuh juga bisa berbahaya dan bisa merusak sel-sel di paru-paru.

Tingkat oksigen pada orang normal seharusnya tidak melebihi 110 mmHg.

Beberapa orang membutuhkan terapi dengan oksigen setiap waktu, sementara yang lain hanya membutuhkannya sesekali atau dalam situasi tertentu.

Prosedurnya pun sangat bergantung pada kondisi pasien.

Ada yang mendapatkan terapi oksigen di rumah sakit, namun terapi ini juga dapat dilakukan di rumah atau bahkan di tempat umum menggunakan oksigen portabel.

Baca Juga: 5 Terapi Wajib Balita Speech Delay Usia 2 Tahun, Catat!

Berapa Lama Terapi Oksigen Diberikan?

Terapi Oksigen
Foto: Terapi Oksigen (aarc.org)

Untuk pasien hipoksemia kronis dengan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) = 55mmHg, direkomendasikan untuk mendapatkan terapi oksigen minimal 15-16 jam per hari.

Bahkan biasanya bisa sampai 24 jam termasuk mengganti oksigen selama terapi karena dalam jurnal Long-Term Oxygen Therapy, perhitungan ini tidak mempertimbangkan situasi kekurangan oksigen.

Tujuan dari pemberian okasigen ini untuk meningkatkan kualitas hidup dan juga kemampuan olahraga, serta mengurangi morbiditas dan mortalitas.

Efek Samping dan Risiko Terapi Oksigen

Efek Samping dan Risiko Terapi Oksigen
Foto: Efek Samping dan Risiko Terapi Oksigen (Freepik)

Meskipun secara umum terapi oksigen tergolong aman untuk dilakukan, namun prosedur ini tetap memiliki beberapa risiko dan juga efek samping yang dapat dirasakan pasien.

Tingkat risikonya pun dapat berbeda pada tiap orang tergantung jenis terapi oksigen yang dijalani maupun kondisi medisnya.

Namun secara umum, efek samping terapi dengan oksigen yang mungkin dirasakan adalah:

Selain itu, dalam kasus lain, terapi oksigen hiperbarik mungkin saja menimbulkan gejala efek samping yang lebih berat seperti:

  • Kejang
  • Gangguan penglihatan
  • Pneumothorax (kondisi udara bocor ke ruang di antara paru-paru dan dinding dada)
  • Pecahnya gendang telinga

Untuk itu, akan lebih baik jika melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan melakukan terapi jenis ini sendiri di rumah.

Upayakan prosedur yang kita lakukan tepat sehingga efek samping yang mungkin timbul dapat diminimalisasi.

  • https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/oxygen-therapy
  • https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-procedures-and-tests/oxygen-therapy
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2897694/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.