Biografi Teuku Umar, Perjuangan Pahlawan Nasional dari Aceh
Teuku Umar adalah pahlawan nasional Indonesia asal Aceh yang dikenal karena kecerdikannya dalam strategi militer dan kemampuannya sebagai negosiator handal.
Lahir di Meulaboh pada tahun 1854, Teuku Umar memulai perlawanan terhadap Belanda sejak usia 19 tahun.
Ia bahkan berhasil memperoleh senjata dan dana dari Belanda dengan berpura-pura menjadi sekutu mereka.
Suami dari Cut Nyak Dhien ini gugur dalam pertempuran pada Februari 1899.
Yuk, simak kisah perjuangannya yang inspiratif di artikel ini, Moms!
Baca Juga: Biografi Tjokroaminoto, Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota
Kehidupan Awal dan Keluarga Teuku Umar
Teuku Umar lahir pada tahun 1854 di Meulaboh, Aceh Barat. Namun, tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui secara pasti.
Ia adalah salah satu pahlawan nasional yang terkenal karena memimpin perang gerilya di Aceh mulai tahun 1873 hingga 1899.
Kakeknya berasal dari keturunan Minangkabau, yaitu Datuk Makdum Sati, yang pernah memberikan kontribusi penting kepada Sultan Aceh.
Datuk Makdum Sati memiliki dua orang putra, Nantan Setia dan Achmad Mahmud. Teuku Achmad Mahmud adalah ayah dari Teuku Umar.
Ia memiliki beberapa istri, yaitu Cut Nyak Sofiah, Cut Meuligou (juga dikenal sebagai Nyak Malighai), dan Cut Nyak Dhien.
Dari pernikahannya dengan Cut Meuligou, Teuku Umar memiliki beberapa anak, yaitu Teuku Sapeh, Teuku Raja Sulaiman, Cut Mariyam, Cut Sjak, Cut Teungoh, dan Teuku Bidin.
Dari pernikahannya dengan Cut Nyak Dhien, ia memiliki seorang anak yang bernama Cut Gambang.
Baca Juga: Biografi Pierre Tendean dan Kisah Heroik Sang Pahlawan
Pecahnya Perang Aceh
Pada tahun 1873, Perang Aceh meletus dan pada saat itu, Teuku Umar masih berusia 19 tahun.
Dia aktif berpartisipasi dalam perjuangan tersebut, terlebih untuk mempertahankan kampungnya dan kemudian terlibat dalam pertempuran di wilayah Aceh Barat.
Meskipun masih muda, Teuku Umar diangkat menjadi kepala desa di wilayah Meulaboh.
Ketika berusia 20 tahun, Ia menikahi Nyak Sofiah, putri dari Uleebalang Glumpang.
Untuk meningkatkan statusnya, Teuku Umar juga menikahi Nyak Malighai, yang juga dikenal sebagai Cut Meuligou, putri Panglima Sagi XXV Mukim.
Kemudian, pada tahun 1880, Ia menikahi seorang janda bernama Cut Nyak Dien, yang merupakan putri dari pamannya sendiri.
Dari pernikahannya dengan Cut Nyak Dien, mereka memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.
Baca Juga: Biografi Sam Ratulangi, Jadi Gubernur Sulawesi Pertama
Siasat Menipu Belanda
Teuku Umar mencari cara untuk memperoleh senjata dari Belanda. Sebagai strategi, dia berpura-pura menjadi antek Belanda.
Pada tahun 1883, pasukan Ia dan Belanda mencapai kesepakatan damai.
Namun, perdamaian ini tidak hanya memiliki makna yang sama bagi Teuku Umar, tetapi juga memiliki tujuan tersendiri bagi Gubernur Van Teijn, yaitu untuk memanfaatkan kehadirannya sebagai alat untuk menarik perhatian rakyat Aceh.
Teuku Umar yang telah masuk ke dalam dinas militer Belanda, berhasil meyakinkan pihak Belanda tentang penundukan pos pertahanan Aceh.
Sebagai imbalan, permintaannya pun dikabulkan. Salah satu permintaannya adalah penambahan 17 panglima dan 120 prajurit, termasuk panglima laut.
Baca Juga: Biografi Adam Malik, Salah Satu Pelopor Pembentukan ASEAN
Peristiwa Kapal Nicero
Pada tahun 1884, kapal Inggris Nicero mengalami kecelakaan dan terdampar, membuat kapten dan awaknya ditawan oleh Raja Teunom yang menuntut tebusan sebesar 10.000 USD.
Belanda, merasa terancam oleh potensi konflik dengan Inggris, memerintahkan Teuku Umar untuk membebaskan kapal tersebut.
Teuku Umar menyadari sulitnya tugas ini, terutama karena kekuatan pasukan Raja Teunom, sehingga meminta dukungan senjata dan logistik.
Setelah memperoleh persetujuan, Teuku Umar berangkat dengan kapal Bengkulen bersama 32 tentara Belanda dan beberapa panglimanya.
Namun, di tengah perjalanan, kabar mengejutkan muncul bahwa semua tentara Belanda yang bersamanya telah dibunuh, dan semua perbekalan dirampas.
Teuku Umar kemudian mengkhianati Belanda, kembali berjuang untuk Aceh, dan memerintahkan Raja Teunom untuk tetap menuntut tebusan dari Inggris, mempertegas posisinya sebagai pejuang yang cerdas dan taktis.
Melanjutkan Perlawanan
Teuku Umar berhasil merampas senjata dari Belanda dan membagikannya kepada pasukan Aceh, yang akhirnya memungkinkan mereka merebut kembali 6 wilayah dari tangan Belanda.
Dua tahun kemudian, pada 15 Juni 1886, sebuah kapal bernama Hok Canbton tiba di pelabuhan Ragaih dengan Kapten Hansen, seorang pelaut Denmark, yang mengklaim ingin menukar senjata dengan lada.
Namun, maksud sebenarnya Hansen adalah menjebak Teuku Umar dan menyerahkannya kepada Belanda.
Teuku Umar yang curiga mengatur rencana dan mengirim seorang panglima dan 40 prajurit untuk menyusup ke dalam kapal.
Saat Teuku Umar datang untuk menagih pembayaran lada sebesar $5000, Hansen menolak dan mencoba menangkapnya.
Teuku Umar memberikan kode kepada prajuritnya, dan akhirnya Hansen berhasil dikalahkan. Belanda marah karena rencana mereka gagal.
Pada tahun 1891, Teungku Chik Di Tiro dan Teuku Panglima Polem VIII Raja Kuala tewas dalam pertempuran berkepanjangan.
Melihat penderitaan rakyat Aceh, Teuku Umar akhirnya memutuskan untuk menyerahkan diri kepada Belanda pada bulan September 1893, bersama dengan 13 panglimanya.
Ia kemudian diberi gelar Teuku Johan, Pahlawan Panglima Besar Netherland.
Ini membuat Cut Nyak Dien, istrinya, bingung, malu, dan marah atas tindakan suaminya.
Namun, Teuku Umar memanfaatkan kepercayaan yang diberikan oleh Belanda untuk kepentingan rakyat Aceh.
Pada suatu hari, Teuku Umar mengadakan pertemuan rahasia dengan pemimpin perjuangan rakyat Aceh untuk membahas rencananya untuk kembali mendukung Aceh dengan membawa senjata dan perangkat perang yang telah dia kuasai.
Saat itu, Cut Nyak Dien menyadari bahwa tindakan suaminya hanyalah sandiwara.
Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar dan pasukannya keluar dari dinas militer Belanda, membawa 800 senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan $18.000.
Meskipun Jenderal Vetter, yang diutus untuk menggantikan Gubernur Deykerhooff yang dipecat karena kepergian Umar, menyerukan agar Umar mengembalikan senjata yang dirampasnya, Umar menolak dan mengajak para pemimpin Aceh untuk melawan Belanda.
Dengan bantuan Cut Nyak Dien, Panglima Pang Laot, dan Teuku Panglima Polem Muhammad Daud, Teuku Umar memimpin Komando Perang Aceh mulai tahun 1896.
Pada bulan Februari 1899, seorang mata-mata yang bekerja untuk Jenderal Van Heutsz melaporkan bahwa pasukan Umar telah tiba di Meulaboh.
Pada malam menjelang tanggal 11 Februari 1899, pasukan Teuku Umar sampai di pinggir kota Meulaboh, namun mereka dikejutkan oleh penjagaan ketat yang dilakukan oleh pasukan Van Heutsz.
Kondisi ini membuat pasukan Aceh tidak memiliki pilihan selain bertempur. Dalam pertempuran tersebut, Teuku Umar gugur.
Wafatnya Teuku Umar
Pada Februari 1899, Teuku Umar bersama pasukannya tiba di Meulaboh, namun mereka disergap oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Van Heutsz.
Dalam posisi yang sulit, Teuku Umar memilih bertempur untuk menyelamatkan pasukannya, namun akhirnya gugur akibat peluru yang menembus dadanya.
Jenazahnya dimakamkan di Mesjid Kampung Mugo di Hulu Sungai Meulaboh.
Kabar kematian Teuku Umar sangat menyedihkan bagi Cut Nyak Dhien, tetapi ia bertekad melanjutkan perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda dengan mengambil alih pimpinan perlawanan.
Baca Juga: Profil Maria Walanda Maramis, Pahlawan Wanita asal Minahasa
Penghargaan untuk Teuku Umar
Sebagai penghargaan atas perjuangannya melawan penjajah Belanda, Teuku Umar dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Gelar ini diberikan melalui SK Presiden No. 087/TK/1973 pada tanggal 6 November 1973.
Nama Teuku Umar diabadikan sebagai nama jalan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Selain itu, salah satu kapal perang TNI AL diberi nama KRI Teuku Umar (385).
Namanya juga digunakan sebagai nama Universitas Teuku Umar di Meulaboh.
Gambar Teuku Umar pernah tercetak pada mata uang negara pada tahun 1986, ketika pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia menerbitkan uang kertas dengan nominal lima ribu rupiah sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.
Baca Juga: 8 Tokoh Proklamasi dan Perannya yang Inspiratif, Kenali yuk!
Demikian informasi seputar biografi Teuku Umar dan kisah heroiknya dalam menentang kolonialisme.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
- https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-teuku-umar-pahlawan-nasional-indonesia-dari-aceh/
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/sejarah-singkat-teuku-umar-yang-di-gelar-sebagai-johan-pahlawan/
- https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/teuku-umar
- https://id.scribd.com/document/475631945/Teuku-Umar
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.