10 Tradisi Idul Adha di Berbagai Daerah Indonesia, Simak Yuk!
Selain Hari Raya Idul Fitri, umat Islam juga merayakan Hari Raya Idul Adha setiap tahunnya. Ada ragam tradisi Idul Adha di Indonesia, lho! Apakah Moms sudah tahu?
Ketika Idul Adha, para kaum Muslim memeringati peristiwa Nabi Ibrahim yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, kemudian sembelihan itu digantikan oleh-Nya dengan hewan kurban berupa domba.
Tidak hanya identik dengan kurban, hari raya yang diperingati setiap hari ke-10 bulan ke-12 (Zulhijah) kalender Hijriyah ini juga memiliki tradisi Idul Adha yang menarik dari setiap daerah di Indonesia.
Masing-masing tradisi Idul Adha tersebut memiliki makna dan keunikannya tersendiri yang dapat Moms ceritakan pada Si Kecil sebagai ilmu pengetahuan.
Baca Juga: 7 Aturan Kurban Idul Adha dalam Islam, Yuk Pelajari!
Tradisi Idul Adha di Indonesia
Apa saja kah tradisi Idul Adha tersebut? simak selengkapnya.
1. Accera Kalompoang, Gowa
Foto: eljohnnews.com
Tradisi Idul Adha pertama di Indonesia datang dari wilayah Gowa, Sulawesi Selatan yang bernama Accera Kalompoang dan bersifat sakral.
Umumnya, Accera Kalompoang dilakukan selama dua hari berturut-turut menjelang dan pada saat Hari Raya Idul Adha.
Accera Kalompoang merupakan acara ritual pencucian benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa yang masih tersimpan di Istana Balla Lompoa. Upacara ini digelar di rumah adat Balla Lompoa atau Istana Raja Gowa.
Berdasarkan catatan sejarah, prosesinya sendiri dimulai sejak pemerintahan Raja Gowa ke 14, yaitu Sultan Alauddin, Raja Gowa yang pertama kali memeluk agama Islam.
2. Apitan, Semarang
Foto: alif.id
Di Semarang, Jawa Tengah, juga ada sebuah tradisi Idul Adha yang disebut dengan Apitan.
Tradisi Idul Adha Apitan dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi ini biasanya diisi dengan pembacaan doa yang kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani dan hasil ternak. Nantinya, hasil tani yang diarak ini akan diambil secara rebutan oleh masyarakat setempat.
Tradisi Apitan dipercaya menjadi kebiasaan para Wali Songo dahulu kala sebagai ungkapan rasa syukur di perayaan Idul Adha. Selain gunungan berupa hasil tani atau arak-arakan ternak, masyarakat yang menyaksikan Apitan juga akan disuguhkan dengan hiburan khas kearifan lokal.
Baca Juga: Niat dan Keutamaan Puasa Tarwiyah, Berpahala Menyambut Idul Adha
3. Gamelan Sekaten, Surakarta
Foto: superadventure.co.id
Gamelan Sekaten merupakan salah satu media penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Wali Songo pada zaman dahulu kala.
Hingga kini, Gamelan Sekaten masih dilestarikan sebagai tradisi dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, hingga Idul Adha.
Tradisi Gamelan Sekaten biasanya ditandai dengan ansambel musik gamelan yang biasanya ditabuh setelah sholat Idul Adha.
Biasanya, masyarakat yang menyaksikan gendhing-gendhing Jawa dari Keraton tersebut sambil mengunyah kinang (sekapur sirih dan rempah lainnya). Dengan harapan agar diberikan panjang umur dan kesehatan sehingga bisa menyaksikan tradisi sekaten kembali di tahun berikutnya.
4. Grebeg Gunungan, Yogyakarta
Foto: visitingjogja.com
Tradisi Idul Adha lainnya yang populer diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia adalah Grebeg Gunungan di Yogyakarta.
Sekilas, tradisi Idul Adha ini cukup mirip dengan tradisi Apitan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Semarang.
Grebeg Gunungan juga dilaksanakan dengan cara mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman oleh para umat Islam.
Arak-arakan hasil bumi ini berjumlah tiga buah gunungan yang tersusun dari rangkaian sayur-mayur dan buah-buahan.
Grebeg Gunungan dilaksanakan setiap hari besar agama Islam, yakni pada saat Idul Fitri yang disebut sebagai Grebeg Syawal dan ketika perayaan Idul Adha yang disebut tradisi Grebeg Gunungan.
Masyarakat Yogyakarta percaya bahwa jika berhasil mengambil hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan, maka bisa mendatangkan rezeki. Hingga tak heran jika ada banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam setiap Grebeg Gunungan.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Penjual Kurban Online, Idul Adha Sebentar Lagi
5. Jemur Kasur, Banyuwangi
Foto: kabarbanyuwangi.info
Tradisi Idul Adha lainnya yang juga tak kalah unik ialah mepe kasur atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai jemur kasur oleh masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur.
Biasanya, kasur yang dipakai merupakan kasur gembil yang berwarna merah dan hitam. Warna merah berarti berani dan hitam berarti langgeng.
Sebelum tradisi jemur kasur dimulai, biasanya akan diadakan tarian gandrung terlebih dahulu. Kasur kemudian akan dijemur dari pagi hingga sore hari sambil dipukul dengan rotan atau sapu lidi agar bersih. Menariknya masyarakat secara serentak menjemur kasur di depan rumahnya.
Tradisi yang dilakukan menjelang Idul Adha ini memiliki makna untuk menolak bala dari bencana atau penyakit dan menjaga agar rumah tangga tetap harmonis.
Pada malam harinya, masyarakat Osing juga melakukan tradisi lainnya, yakni Tumpeng Sewu.
6. Kaul Negeri dan Abda’u, Maluku Tengah
Foto: travelingyuk.com
Di daerah Maluku Tengah, masyarakat Negeri Tulehu juga memiliki tradisi Idul Adha yang bernama Kaul Negeri dan Abda'u.
Tradisi ini merupakan acara adat yang dilakukan dengan cara menggendong tiga kambing menggunakan kain oleh para pemuka adat dan agama.
Biasanya, Kaul Negeri dan Abda'u ini dilakukan usai sholat Idul Adha. Kambing yang digendong dengan kain tersebut kemudian diarak mengelilingi desa sambil diiringi alunan takbir dan salawat menuju masjid.
Kambing dan hewan kurban lainnya kemudian disembelih selepas Ashar dan ini merupakan Kaul Negeri untuk menolak bala dan permohonan perlindungan kepada Allah bagi Negeri Tulehu dan masyarakat setempat.
Perlu diketahui, tradisi tersebut sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu setelah terbentuknya pemerintahan otonom yang bersyariat Islam sekitar 1600 Masehi dan diselenggarakan secara terus-menerus hingga saat ini.
7. Manten Sapi, Pasuruan
Foto: liputan6.com
Indonesia memiliki tradisi Idul Adha lain yang tak kalah menarik dari daerah-daerah yang telah disebutkan di atas. Tradisi tersebut bernama Manten Sapi yang biasa diselenggarakan di Pasuruan.
Manten Sapi diselenggarakan sehari sebelum hari Idul Adha. Masyarakat Desa Watestani Kecamatan Grati Pasuruan akan mengadakan “manten sapi” yang dalam bahasa Indonesia berarti pengantin sapi.
Tradisi ini dilakukan sebagai penghormatan terhadap sapi atau hewan kurban lain yang akan disembelih. Sapi yang akan dijadikan kurban pun dihias dengan cantik sebelum diberikan pada masjid atau panitia kurban.
Acara manten sapi diawali dengan cara memandikan sapi menggunakan air kembang hingga bersih. Selanjutnya, sapi akan dihias dengan kalung bunga tujuh rupa dan bagian tubuhnya ditutup dengan kain putih agar cantik layaknya pengantin. Setelah itu, sapi diarak menuju masjid oleh warga setempat.
Tradisi manten sapi semakin meriah dengan adanya ratusan ibu-ibu yang membawa berbagai peralatan rumah tangga dilengkapi dengan bumbu dapur sebagai persiapan untuk menyembelih dan mengolah daging sapi.
Baca Juga: 10 Inspirasi Ucapan Selamat Idul Adha yang Menyentuh
8. Meugang, Aceh
Foto: diskominfo.bandaacehkota.go.id
Tradisi Idul Adha selanjutnya yang berasal dari Tanah Air adalah tradisi Meugang dari Aceh. Tradisi Meugang berasal dari kata Makmeugang merupakan tradisi yang identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama yang diolah dengan beraneka ragam masakan.
Sejarah Meugang sendiri berawal pada masa kerajaan Aceh yang dilakukan dengan cara memotong hewan kurban dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas kemakmuran tanah Aceh dan sampai saat ini tetap dilestarikan oleh seluruh masyarakat Aceh saat menyambut hari-hari besar suci umat Islam, seperti Hari Raya Idul Adha.
9. Ngejot, Bali
Foto: mediapelangi.com
Sementara di Bali, tradisi Idul Adha yang diselenggarakan bernama Ngejot. Tradisi Ngejot menjadi kegiatan rutin umat beragama di Bali yang dilakukan untuk merayakan hari-hari penting kegamaan, seperti Hari Raya Idul Adh.
Tradisi ini dilakukan dengan cara berbagi makanan, minuman, dan buah-buahan, sebagai wujud syukur kepada tetangga non-muslim yang memiliki toleransi tinggi.
Ngejot telah dilakukan masyarakat Muslim di Bali dan tradisi ini terus dilakukan secara turun-temurun dengan tujuan untuk mempererat rasa toleransi dalam beragama.
Baca Juga: 3 Olahan Kambing untuk Idul Adha, Moms Wajib Tahu Resepnya!
10. Toron, Madura
Foto: brilio.net
Terakhir, tradisi Idul Adha yang ada di Indonesia berasal dari Madura dengan nama toron. Toron merupakan bahasa daerah yang memiliki arti sama dengan mudik. Bedanya, mudik dilakukan saat Hari Raya Idul Fitri, sedangkan toron pada Idul Adha.
Saat perayaan Hari Raya Idul Adha, masyarakat secara berbondong-bondong akan melakukan perjalanan ke rumah keluarga dan kerabat mereka untuk silaturahmi.
Nah, itu dia beragam tradisi Idul Adha dari berbagai daerah di Indonesia. Sangat menarik ya, Moms.
- https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/tradisi-unik-perayaan-idul-adha-di-indonesia-aja-yang-perlu-kamu-tahu
- https://www.gotravelly.com/blog/tradisi-idul-adha-di-indonesia/
- https://www.urbanasia.com/5-tradisi-unik-merayakan-idul-adha-di-indonesia-U16973
- https://www.ayojakarta.com/read/2020/07/30/22077/5-tradisi-unik-perayaan-iduladha-di-indonesia
- https://www.kompasiana.com/suwandymardan/55001b19a333119f6f50fcea/ritual-sakral-kerajaan-gowa-accera-kalompoang
- https://jatengdaily.com/2019/foto-gamelan-ditabuh-sekaten-dimulai/
- https://www.superadventure.co.id/news/22011/tradisi-unik-perayaan-iduladha-di-indonesia-ada-yang-gendong-kambing/
- https://www.nusabali.com/berita/36414/idul-adha-umat-muslim-lakukan-tradisi-ngejot-ke-non-muslim
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.