25 Juli 2024

17 Tradisi Jawa Tengah yang Masih Dilakukan dan Dilestarikan

Salah satunya Tedak Siten atau menyambut kelahiran bayi

Tradisi setiap daerah di Indonesia punya keunikan tersendiri, tak terkecuali tradisi Jawa Tengah.

Provinsi Jawa Tengah dikenal memiliki banyak sekali tradisi yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakatnya.

Tradisi adalah sebuah kebudayaan yang selalu diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kebudayaan ini bisa beragam, mulai dari yang berkaitan dengan kebiasaan, adat istiadat, hingga berhubungan dengan keagamaan.

Tradisi akan terus berjalan jika tetap dilestarikan dengan cara terus melakukannya.

Namun, jika hal tersebut tidak dilakukan lagi, maka tradisi tersebut akan menghilang dengan sendirinya.

Baca Juga: Mengenal Budaya Adat Minang dan Beragam Tradisinya yang Unik

Budaya dan Tradisi Jawa Tengah

Untuk daerah Jawa Tengah, tradisi Jawa Tengah masih tetap terus dipertahankan sehingga dalam kehidupan sehari-hari.

Kita bisa menjumpainya dengan mudah saat berada di kota-kota yang ada di Jawa Tengah.

Berikut ini adalah tradisi-tradisi Jawa Tengah yang hingga saat ini masih tetap dilakukan, yaitu:

1. Tradisi Wetonan

Tradisi Wetonan
Foto: Tradisi Wetonan (pexels.com/John Finkelstein)

Tradisi Jawa Tengah yang pertama adalah tradisi wetonan. Wetonan dalam bahasa Jawa memiliki arti "keluar."

Namun, wetonan yang dimaksud di sini berhubungan dengan kelahiran orang.

Tradisi wetonan adalah upacara yang dilakukan guna menyambut bayi yang baru lahir.

Tradisi wetonan ini dilakukan supaya nantinya bayi tersebut akan terhindar dari bahaya serta bisa mendapatkan rezeki serta keberuntungan yang lebih.

2. Upacara Ruwatan

Upacara ruwatan juga masih dilestarikan hingga sekarang sebagai tradisi Jawa Tengah.

Sebagai contoh, di daerah Dieng Wonosobo, bagi anak-anak yang memiliki rambut ikal gimbal biasanya dianggap mirip dengan 'buto ijo', sehingga harus diadakan upacara ruwatan.

Hal ini dilakukan guna mengusir hawa jahat dan hal-hal buruk yang dibawa oleh buto ijo.

3. Upacara Larung Sesaji

Tradisi Jawa Tengah ini bisa dengan mudah dijumpai di daerah-daerah yang ada di pinggir pantai, terutama di pesisir utara dan Selatan.

Upacara larung saji dilakukan dengan cara menghanyutkan beberapa bahan makanan berupa hasil panen dan hewan sembelihan ke lautan dengan menggunakan perahu.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pada Sang Pencipta akan hasil laut yang telah diberikan kepada para nelayan.

Selain itu, upacara ini juga dilakukan guna mendoakan keselamatan para nelayan agar bisa melaut dengan selamat.

Baca Juga: 10 Budaya Jakarta yang Wajib Diperkenalkan pada Anak

4. Tradisi Popokan

Tradisi Jawa Tengah yang satu ini hingga sekarang masih tetap dilakukan.

Tradisi popokan adalah upacara yang dilakukan masyarakat di Semarang.

Tradisi ini dilakukan dengam cara melempar lumpur pada saat hari Jumat Kliwon di bulan Agustus.

Tradisi popokan mulai dilakukan oleh masyarakat daerah Beringin tapi sekarang dilakukan oleh banyak masyarakat di daerah Semarang.

Masyarakat setempat melakukan tradisi ini untuk menghilangkan kejahatan serta tolak bala yang ada di daerah tempat tinggal mereka.

5. Tradisi Syawalan

Tradisi Syawalan
Foto: Tradisi Syawalan (Jatengprov.go.id)

Tradisi syawalan adalah salah satu tradisi yang dilakukan selama 7 hari setelah merayakan hari raya Idulfitri.

Masyarakat setempat menjuluki tradisi syawalan dengan nama tradisi lebaran ketupat.

Karena pada tidak seperti daerah lain di Indonesia yang menyajikan ketupat pada saat hari raya Idulfitri, masyarakat Jawa Tengah justru menyajikan nasi kuning saat lebaran.

Kuliner ketupat baru akan disajikan pada saat tradisi syawalan.

Baca Juga: 4 Keunikan Sistem Budaya Matrilineal dalam Nilai Tradisi

6. Tradisi Sadranan atau Nyadran

Tradisi Nyadran
Foto: Tradisi Nyadran (Djkn.kemenkeu.go.id)

Tradisi Jawa Tengah yang berikutnya adalah tradisi sadranan atau yang lebih dikenal dengan nama nyadran.

Tradisi ini dilakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.

Tradisi sadranan dilakukan dengan cara menggelar doa untuk para leluhur dan kerabat yang sudah meninggal.

Tujuannya supaya dosa-dosa mereka bisa diampuni dan amal baiknya bisa diterima dengan baik.

Tradisi ini dilakukan dengan cara merapikan dan membersihkan makam dan membuat kue tradisional seperti kue apem, kolak, dan ketan yang nantinya akan dibagikan kepada para kerabat.

7. Upacara Tingkeban

Tradisi Jawa Tengah berikutnya adalah upacara tingkeban. Upacara ini juga disebut dengan nama upacara mitoni.

Upacara tingkeban adalah upacara yang dilakukan usia kandungan baru berusia tujuh bulan.

Mungkin Moms lebih mengenal tradisi ini dengan nama tradisi “nujuh bulan”.

Tradisi Jawa Tengah ini dilakukan dengan cara memandikan Moms, lalu kemudian membacakan doa yang bisa memberikan keberkahan pada sang jabang bayi.

Pada saat memandikan, akan ada acara pengguyuran yang harus dilakukan oleh tujuh orang tua atau sesepuh yang dituakan.

8. Tradisi Brobosan

Tradisi Jawa Tengah yang berikutnya adalah tradisi brobosan.

Tradisi ini terbilang cukup unik, tapi anehnya masih bisa dijumpai hingga sekarang.

Hal ini karena memang sudah menjadi kebiasaan atau adat istiadat yang selalu dilakukan.

Tradisi brobosan adalah tradisi ketika ada saudara atau kerabat yang meninggal, maka kita harus menerobos melewati bawah jenazah.

Jadi, nantinya jenazah harus diangkat dengan tandu atau peti matinya harus diangkat tinggi.

Kemudian, anak dan cucu dari orang yang sudah meninggal tersebut diharuskan untuk menerobos ke bawah kolong melewati jenazah. Hal ini harus dilakukan sebanyak tiga kali.

Tujuannya adalah guna menghormati kepergian jenazah dan mengikhlaskan kepergiannya.

9. Upacara Tedak Siten

Upacara Tedak Siten
Foto: Upacara Tedak Siten (Pinterest.com)

Tradisi Jawa Tengah ini juga bisa dijumpai di daerah Jawa Timur.

Upacara tedak siten adalah tradisi yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya sudah menginjak usia 7 bulan.

Upacara ini juga dikenal dengan nama upacara turun tanah karena bertujuan untuk mengenalkan anak tanah yang ia pijak.

Upacara ini dilakukan di pagi hari sesuai dengan tanggal dan hari kelahiran anak.

Tradisi tedak siten selalu dilengkapi dengan aneka kuliner yang disajikan seperti nasi kuning, jenang boro-boro, dan lain sebagainya.


10. Mubeng Beteng

Tradisi Jawa Tengah yang selanjutnya adalah mubeng benteng.

Tradisi ini selalu dilakukan pada malam satu suro sehingga sering dinamakan dengan nama tradisi malam satu suro.

Tradisi Jawa Tengah ini ada di Yogyakarta dan dilakukan dengan cara mengelilingi benteng atau keraton Yogyakarta.

Hal ini dilakukan sebagai simbol refleksi dan intropeksi diri.

Saat melakukan mubeng benteng, Moms tak boleh berbicara dan makan atau minum selama melakukannya hingga selesai.

11. Padusan

Padusan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai bentuk persiapan menyambut bulan Ramadan.

Tradisi ini melibatkan mandi di sumur-sumur atau sumber mata air dengan tujuan membersihkan diri secara lahir dan batin.

Lebih dari sekadar ritual fisik, padusan juga memiliki makna mendalam sebagai waktu untuk merenung, introspeksi diri, dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu.

12. Mendak Kematian

Kuburan
Foto: Kuburan (Orami Photo Stock)

Tradisi ini dilakukan sebagai bagian dari prosesi pemakaman seseorang yang telah meninggal dunia.

Saat upacara Mendak Kematian, kerabat dan sahabat yang hadir akan berkumpul di rumah almarhum atau almarhumah untuk memberikan penghormatan terakhir dan mendoakan kebahagiaan di alam setelah kematian.

Salah satu elemen penting dari Mendak Kematian adalah prosesi penyiraman atau pembersihan makam yang melibatkan air, bunga, dan berbagai simbol keagamaan.

Ini adalah momen yang sarat makna dalam budaya Jawa yang menunjukkan penghormatan, kesedihan, dan harapan untuk roh almarhum atau almarhumah.

13. Kenduren

Kenduren adalah sebuah upacara adat yang melibatkan doa bersama yang dihadiri oleh tetangga dan dipimpin oleh seorang tokoh agama.

Tujuan dari kenduren ini adalah untuk memohon keselamatan atau mengirimkan doa kepada leluhur yang telah meninggal dunia.

Selama kenduren, tuan rumah akan menyediakan hidangan makanan, termasuk nasi tumpeng, nasi golong, ingkung ayam, sayuran, dan hidangan lainnya.

Setelah selesai berdoa bersama, peserta kenduren akan duduk bersama dan menikmati hidangan yang disajikan.

14. Jamasan Pusaka

Keris Jawa
Foto: Keris Jawa (Flickr.com/Marshall Astor)

Jamasan Pusaka adalah sebuah tradisi atau upacara adat dalam budaya Jawa yang bertujuan untuk membersihkan, merawat, dan menghormati pusaka keluarga atau kerajaan.

Pusaka dalam konteks ini merujuk kepada benda-benda bersejarah atau warisan keluarga yang memiliki nilai historis, budaya, atau spiritual yang tinggi.

Jamasan Pusaka biasanya melibatkan serangkaian ritual, doa, dan tata cara khusus yang dilakukan oleh seorang ahli dalam bidangnya atau seorang pemimpin adat.

15. Sekaten

Tradisi Jawa Tengah yang lainnya adalah upacara Sekaten.

Tradisi Sekaten adalah sebuah festival tahunan yang sangat penting dan bersejarah di Jawa, khususnya di kota Yogyakarta dan Solo (Surakarta).

Festival ini dirayakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu kelahiran Nabi Muhammad.

Baca Juga: 10+ Ragam Pakaian Adat Jawa Tengah untuk Pria dan Wanita

16. Saparan

Saparan adalah salah satu tradisi Jawa Tengah yang tetap dilestarikan hingga kini.

Upacara ini diadakan pada bulan Sapar dalam kalender Jawa, dan bertujuan untuk bersyukur serta memohon perlindungan dari Allah SWT.

Meski ritualnya bervariasi di tiap daerah, esensi upacara ini sama, yaitu menghindarkan diri dari malapetaka.

Beberapa daerah yang terkenal dengan ritual Saparan antara lain Yaqowiyu di Klaten, Saparan Bekakak di Yogyakarta, dan tradisi serupa di Magelang.


17. Merti Dusun

Merti Dusun adalah salah satu tradisi di Jawa Tengah yang melambangkan rasa syukur masyarakat desa kepada Tuhan atas karunia yang diterima sepanjang tahun, seperti panen yang melimpah.

Tradisi ini dimulai dengan membersihkan lingkungan desa secara gotong royong, kemudian diikuti dengan kenduri dan doa bersama.

Beberapa desa juga mengadakan kirab budaya yang diikuti oleh seluruh warga desa.

Merti Dusun biasanya dilakukan setelah panen raya atau sesuai dengan penanggalan Jawa, seperti bulan Sapar, Dulkaidah, atau hari-hari tertentu seperti Senin Wage, Sabtu Kliwon, atau Minggu Kliwon.

Tradisi ini memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan dalam komunitas desa, serta melestarikan kearifan lokal dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang.

Baca Juga: 5 Cerita Rakyat Bahasa Jawa dan Artinya, Kenalkan Si Kecil!

Tujuan Menjalankan Tradisi Jawa Tengah

Tujuan Menjalankan Tradisi Jawa Tengah
Foto: Tujuan Menjalankan Tradisi Jawa Tengah (Orami Photo Stock)

Tidak hanya tradisi Jawa Tengah, tujuan menjalankan tradisi cukup luas, lho Moms.

Salah satunya adalah menghormati leluhur. Berikut tujuan lainnya

1. Penghormatan Terhadap Leluhur

Salah satu tujuan utama menjalankan tradisi Jawa Tengah adalah untuk menghormati dan mempertahankan warisan budaya yang diterima dari para leluhur.

Ini mencakup menjaga keaslian adat istiadat, seni, dan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

2. Penguatan Identitas Budaya

Menjalankan tradisi Jawa Tengah membantu memperkuat dan melestarikan identitas budaya masyarakat Jawa Tengah.

Dengan mengikuti adat istiadat, seni, dan praktik-tradisi khas Jawa, masyarakat bisa merasakan rasa kebanggaan dan keterikatan yang kuat terhadap akar budaya mereka.

3. Mempererat Hubungan Sosial dan Keagamaan

Banyak tradisi Jawa Tengah memiliki aspek sosial dan keagamaan yang kuat.

Misalnya, upacara adat, perayaan hari-hari besar keagamaan, dan ritual-ritual kepercayaan tertentu memiliki peran penting.

Salah satunya adalah mempererat hubungan sosial antaranggota masyarakat dan juga dalam memelihara hubungan dengan alam dan spiritualitas.

4. Pendidikan Nilai-nilai dan Etika

Banyak tradisi Jawa Tengah mengandung nilai-nilai moral, etika, dan tata krama yang penting.

Melalui partisipasi dalam tradisi-tradisi ini, generasi muda dapat belajar tentang nilai-nilai seperti rasa hormat, kejujuran, kerja keras, dan gotong royong.

5. Perekonomian dan Pariwisata

Beberapa aspek dari tradisi Jawa Tengah juga memiliki dampak ekonomi, terutama dalam industri pariwisata dan kerajinan tangan.

Masyarakat dapat memanfaatkan potensi pariwisata dan kebudayaan untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan ekonomi lokal.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Mitoni, Tradisi 7 Bulanan Adat Jawa!

Itulah beberapa tradisi Jawa Tengah yang hingga saat ini masih ada dan terus dilestarikan.

Moms apakah ingin melakukan salah satu tradisi yang ada di atas?

  • https://jateng.garudacitizen.com/tradisi-unik-jawa-tengah-mulai-upacara-adat-kehidupan-setiap-hari-dan-perayaan/
  • https://mimpibaru.com/adat-istiadat-jawa-tengah/
  • https://borobudurnews.com/ini-daftar-tradisi-orang-jawa-yang-masih-dilestarikan/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.