Transfusi Darah: Tujuan, Efek Samping, dan Prosedurnya
Transfusi darah adalah prosedur medis yang dilakukan untuk memberikan darah dari satu orang ke orang lain yang membutuhkan.
Prosedur ini dilakukan dengan menusukkan jarum ke dalam pembuluh darah.
Jarum tersebut biasanya tersambung dengan selang khusus yang terhubung ke kantong darah.
Prosedur transfusi darah berpotensi menyelamatkan jiwa, juga membantu menggantikan darah yang hilang akibat pembedahan atau cedera.
Transfusi darah juga dapat membantu jika seseorang menderita penyakit yang membuat tubuhnya tidak mampu memproduksi komponen darah.
Prosedur ini berisiko kecil menyebabkan komplikasi. Ketika hal tersebut dialami, biasanya terjadi dalam intensitas ringan.
Yuk, cari tahu selengkapnya tentang prosedur ini, Moms!
Baca Juga: Fakta Seputar Sel Darah Merah yang Perlu Diketahui, Sudah Tahu?
Tujuan Transfusi Darah
Perlu Moms ketahui, terdapat beberapa penyakit yang membuat tubuh seseorang tidak bisa memproduksi komponen darah dalam jumlah cukup.
Orang-orang tersebut biasanya memiliki kondisi sebagai berikut:
- Menderita penyakit sel sabit atau talasemia
- Menderita kanker darah atau leukemia
- Menjalani pengobatan kanker, seperti kemoterapi
- Menjalani transplantasi sel induk
- Mengalami perdarahan hebat akibat operasi, melahirkan, atau kecelakaan serius
Transfusi darah adalah proses memindahkan darah atau komponen darah seperti sel darah merah, plasma, atau trombosit dari seorang donor yang sehat ke penerima yang membutuhkan.
Transfusi darah dapat dilakukan untuk mengatasi anemia, kehilangan darah akibat cedera atau operasi, atau untuk mengobati penyakit lain yang mempengaruhi sel darah.
Transfusi darah dapat membantu menggantikan darah yang hilang pada orang yang membutuhkan.
Prosedur ini pun dapat membantu menggantikan cairan dan sel yang merupakan bagian dari darah.
Contohnya adalah sel darah merah, plasma atau trombosit.
Dengan melakukan prosedur tersebut, kualitas hidup pasien yang membutuhkan dapat dipertahankan.
Baca Juga: Kenali Inviclot, Obat Pencegah Penggumpalan Darah
Efek Samping Transfusi Darah
Secara garis besar, transfusi darah merupakan prosedur yang sangat aman.
Meski begitu, risiko efek samping tetap ada, layaknya tindakan medis pada umumnya.
Efek samping transfusi darah biasanya bersifat ringan dan sangat jarang terjadi.
Berikut efek samping transfusi darah yang bisa terjadi:
1. Infeksi Darah
Pada kasus yang jarang terjadi, transfusi darah bisa menyebabkan infeksi.
Infeksi darah merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuknya virus, bakteri, jamur, atau parasit ke dalam aliran darah.
Kondisi ini memicu gejala berupa demam, menggigil, badan lemas, dan penurunan tekanan darah.
Jika tak segera ditangani dengan baik, infeksi darah bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mencetuskan sepsis.
Sepsis adalah kondisi yang sangat berbahaya dan bisa berujung pada kematian.
Selain dapat menyebabkan infeksi, transfusi darah juga dapat menimbulkan reaksi alergi, kerusakan sel darah merah, hingga kegagalan organ.
Oleh karena itu, penting bagi dokter dan tim medis untuk memilih darah yang sesuai dengan kondisi pasien dan memastikan bahwa transfusi darah dilakukan dengan aman dan hati-hati.
2. Demam
Demam dapat terjadi selama atau beberapa hari setelah transfusi darah karena reaksi tubuh terhadap sel darah putih pendonor.
Kondisi ini bisa diatasi dengan obat pereda demam.
3. Reaksi Alergi
Gejalanya meliputi gatal, nyeri dada atau punggung, sesak napas, demam, menggigil, kulit kemerahan, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, dan mual.
Jika muncul, transfusi akan dihentikan dan pasien diobati.
4. Anafilaksis
Reaksi alergi serius ini muncul beberapa menit setelah transfusi dimulai, ditandai dengan pembengkakan wajah dan tenggorokan, sesak napas, kebingungan, dan tekanan darah rendah.
5. Kelebihan Zat Besi
Hal ini dapat terjadi pada penderita thalasemia yang sering membutuhkan transfusi, menyebabkan kerusakan organ seperti jantung dan hati.
6. Cedera Paru-Paru
Transfusion-related lung injury (TRALI) biasanya terjadi 2-4 jam setelah transfusi, namun hal ini sangat jarang terjadi pada pasien.
7. Kelebihan Cairan
Hal ini biasanya terjadi pada pasien dengan gagal jantung atau ginjal, ditandai dengan sesak napas dan pembengkakan tungkai 6-12 jam setelah transfusi.
8. Reaksi Serius Lainnya
Kondisi serius lain yang juga jarang terjadi akibat prosedur transfusi darah, antara lain:
- Reaksi hemolitik imun akut. Sistem kekebalan tubuh menyerang sel darah merah yang ditransfusikan, karena golongan darah pendonor tidak cocok. Sel-sel yang diserang melepaskan zat ke dalam darah yang membahayakan organ ginjal.
- Reaksi hemolitik tertunda. Mirip dengan reaksi hemolitik imun akut. Hanya saja, reaksi ini terjadi lebih lambat. Diperlukan satu hingga empat minggu untuk melihat penurunan kadar sel darah merah.
- Penyakit graft-versus-host. Dalam kondisi ini, sel darah putih yang ditransfusikan menyerang sumsum tulang. Keadaan ini bisa berakibat fatal dan lebih berisiko dialami oleh orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah.
Baca juga: Syarat Donor Darah yang Harus Dipenuhi, Perhatikan Ya
Larangan Transfusi Darah
Tidak ada larangan khusus untuk transfusi darah, namun dokter akan melakukannya dengan sangat hati-hati pada beberapa kondisi tertentu.
Pasien yang mengalami gagal jantung, penumpukan cairan di paru-paru (edema paru), riwayat alergi parah, dan hemokromatosis harus mendapat perhatian ekstra sebelum menjalani prosedur transfusi darah.
Dalam kasus gagal jantung dan edema paru, risiko penambahan beban pada jantung dan paru-paru menjadi pertimbangan utama.
Pasien dengan riwayat alergi parah atau hemokromatosis juga memerlukan evaluasi dan pengawasan ketat untuk mencegah komplikasi selama dan setelah transfusi darah.
Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum, Selama, dan Sesudah Transfusi Darah
Transfusi darah biasanya dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain yang menyediakan layanan ini.
Prosedur biasanya memakan waktu satu hingga empat jam, tergantung pada bagian dan berapa banyak darah yang dibutuhkan.
Ada pun hal-hal yang harus dilakukan sebelum, selama, dan setelah prosedur tersebut, yakni:
1. Sebelum Prosedur
Dalam beberapa kasus, seseorang dapat menyumbangkan darah untuk diri sendiri sebelum operasi elektif.
Akan tetapi, sebagian besar hasil dari transfusi darah akan disumbangkan kepada orang lain yang lebih membutuhkan.
2. Selama Prosedur
Jarum akan dimasukkan ke dalam salah satu pembuluh darah.
Darah yang sudah diambil dari dalam tubuh akan disimpan dalam kantong khusus.
Selama prosedur berlangsung, pendonor berada dalam posisi duduk atau berbaring dalam waktu satu hingga empat jam.
Seorang perawat akan melakukan pemantauan selama prosedur berlangsung.
Pemantauan yang dilakukan termasuk memastikan tekanan darah, suhu, dan detak jantung pendonor.
Segera beritahu tim medis jika mengalami beberapa kondisi berikut saat melakukan transfusi darah:
- Demam
- Sesak napas
- Panas dingin
- Gatal-gatal
- Nyeri dada atau punggung
- Perasaan tidak nyaman
3. Setelah Prosedur
Setelah prosedur selesai, tim medis akan melepas jarum dari pembuluh darah. Pendonor mungkin akan mengalami memar di sekitar lokasi tusukan jarum.
Jangan khawatir, karena memar ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Baca juga: Manfaat Totok Darah, Terapi yang Direkomendasikan Nabi Muhammad SAW
Prosedur Transfusi Darah
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal "Transfusion Medicine Reviews" pada tahun 2018, transfusi darah masih menjadi prosedur medis yang sangat penting di seluruh dunia, tetapi tidak bebas risiko.
Risiko transfusi darah meliputi penularan penyakit menular melalui darah, reaksi alergi, reaksi imunologis, dan komplikasi lainnya.
Studi ini juga membahas pentingnya peningkatan keselamatan transfusi darah dengan meningkatkan prosedur pemeriksaan dan pengujian donor, mengembangkan teknologi untuk meminimalkan risiko, dan mengurangi jumlah transfusi darah yang tidak perlu.
Transfusi darah dilakukan dengan memindahkan darah atau komponen darah dari donor yang sehat ke penerima yang membutuhkan.
Berikut ini cara kerja transfusi darah secara umum:
- Evaluasi kesehatan pendonor: pendonor darah akan dievaluasi untuk memastikan bahwa kesehatan dan memenuhi persyaratan sebagai pendonor darah. Termasuk pemeriksaan kesehatan, riwayat medis, dan pemeriksaan darah.
- Pengambilan darah dari pendonor: Darah diambil dari pendonor melalui jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah di lengan.
- Pemisahan komponen darah: Darah yang diambil dari pendonor akan dipisahkan menjadi komponen darah seperti sel darah merah, plasma, dan trombosit.
- Pemeriksaan dan persiapan darah: Komponen darah akan diperiksa untuk memastikan bahwa sel darah aman dan cocok untuk transfusi. Komponen darah yang diperlukan untuk transfusi akan dipersiapkan untuk digunakan.
- Transfusi darah: Komponen darah tersebut akan ditransfusikan ke penerima melalui jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah di lengan. Darah atau komponen darah tersebut kemudian akan mengalir ke dalam tubuh penerima.
- Pemantauan: Penerima darah akan dipantau secara ketat selama transfusi darah untuk memastikan bahwa tidak ada efek samping atau komplikasi.
Setelah transfusi darah selesai, pendonor dan penerima akan dipantau untuk memastikan bahwa tidak ada masalah kesehatan atau efek samping.
Hal ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan efektivitas prosedur transfusi darah.
Namun, prosedur transfusi darah harus selalu dilakukan dengan hati-hati dan hanya ketika diperlukan untuk meminimalkan risiko dan komplikasi yang dapat terjadi.
Baca Juga: 9 Penyebab Pembuluh Darah Pecah, Bisa Renggut Nyawa!
Segera Periksakan Diri Jika Mengalami Ini
Reaksi terhadap transfusi darah dapat terjadi pada waktu yang tidak terduga.
Reaksi ini bisa muncul selama transfusi, sehari sesudahnya, atau beberapa bulan kemudian.
Segera hubungi dokter atau penyedia layanan kesehatan apabila Moms mengalami hal-hal berikut ini:
- Pendarahan, nyeri atau memar baru di lokasi suntikan
- Kulit dingin dan lembap, demam atau kedinginan
- Urine berwarna gelap atau kemerahan
- Detak jantung cepat, nyeri dada, kesulitan bernapas atau mengi
- Sakit kepala, pusing, mual atau muntah
- Ruam atau gatal-gatal
- Sakit punggung yang parah
Beberapa kondisi tersebut menjadi efek samping parah yang memerlukan penanganan medis segera.
Meski jarang terjadi, efek samping tersebut perlu mendapat perhatian khusus dan mesti ditangani dengan cara yang tepat.
Bila pernah menjalani transfusi lebih dari satu kali, Moms atau Dads memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
Kondisi tersebut terjadi karena reaksi sistem kekebalan terhadap darah baru yang masuk ke dalam tubuh lewat proses transfusi.
Namun, kondisi ini jarang terjadi dan bisa dicegah dengan memeriksa tipe darah sebelum melakukan prosedur transfusi darah.
Baca Juga: Mengenal Spironolactone, Obat untuk Penurun Darah Tinggi
Tidak perlu ragu apabila Moms atau Dads merasa perlu melakukan prosedur transfusi darah.
Tim dokter atau perawat pasti akan melakukan yang terbaik, agar Moms atau Dads terhindar dari risiko efek samping.
Dengan demikian, Moms dah Dads bisa mendapatkan manfaat transfusi darah secara optimal!
- https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-transfusion/about/pac-20385168
- https://www.nhs.uk/conditions/blood-transfusion/
- https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/14755-blood-transfusion
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.