Ketahui Pengertian Tuna Daksa, Jenis dan Penyebabnya
Tuna daksa adalah kondisi cacat fisik yang mengganggu fungsi tubuh, seperti keterbatasan pada anggota gerak, otot, atau persendian.
Penyandang tuna daksa sering kali mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan, berdiri, atau menggunakan tangan dengan normal.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari bawaan lahir, kecelakaan, hingga penyakit tertentu yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk bergerak.
Yuk, ketahui lebih lanjut tentang tuna daksa melalui informasi berikut ini.
Baca Juga: 5 Jenis Kelainan Penis Anak Laki-laki, Waspada Moms!
Pengertian Tuna Daksa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tuna daksa berarti cacat tubuh.
Istilah ini berasal dari kata "tuna" yang berarti kurang atau cacat, dan "daksa" yang berarti tubuh.
Jadi, tuna daksa adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi disabilitas fisik yang melibatkan kelainan atau gangguan pada anggota tubuh, seperti otot, tulang, atau persendian.
Seseorang dengan tuna daksa mengalami keterbatasan dalam kemampuan fisik yang dapat memengaruhi gerakan, mobilitas, atau aktivitas sehari-hari.
Kelainan fisik ini bisa terjadi akibat bawaan sejak lahir, cedera, penyakit, atau kecelakaan, sehingga seseorang dengan tuna daksa memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan fisik tertentu.
Kondisi ini bisa bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada tingkat kerusakan atau gangguan yang dialami tubuh.
Penyandang tuna daksa sering kali memerlukan terapi khusus, alat bantu, atau penyesuaian lingkungan untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.
Baca Juga: Mengenal Tunagrahita: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya
Jenis-jenis Tuna Daksa
Tuna daksa dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tingkat keparahan dan penyebabnya.
Berikut adalah jenis-jenis tuna daksa yang umum dikenal:
1. Tuna Daksa Taraf Ringan
Pada jenis ini, individu mengalami gangguan fisik yang tidak terlalu parah dan biasanya hanya memengaruhi satu atau beberapa bagian tubuh.
Mereka masih memiliki kecerdasan normal dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan sedikit bantuan.
Contoh kelainan ini termasuk seseorang dengan amputasi sebagian anggota tubuh atau gangguan fisik ringan lainnya.
2. Tuna Daksa Taraf Sedang
Tuna daksa taraf sedang melibatkan kelainan fisik yang lebih kompleks, seperti cerebral palsy ringan atau polio ringan.
Penyandang tuna daksa pada taraf ini mungkin mengalami kesulitan gerak yang lebih signifikan dan sering kali memerlukan alat bantu atau terapi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
3. Tuna Daksa Taraf Berat
Ini adalah jenis tuna daksa yang lebih serius dan biasanya disebabkan oleh kondisi seperti cerebral palsy berat atau akibat infeksi yang parah.
Pada taraf ini, individu mungkin mengalami gangguan yang memengaruhi seluruh tubuh, termasuk otot, tulang, dan persendian.
Penyandang tuna daksa taraf berat sering kali membutuhkan bantuan penuh dari orang lain dan mungkin mengalami keterbatasan mental atau kecerdasan yang lebih signifikan.
Baca Juga: Hipospadia pada Bayi Laki-laki, Kelainan Lubang Kencing
Penyebab Tuna Daksa
Penyebab tuna daksa bisa berasal dari berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik seseorang, baik sejak lahir maupun setelah lahir.
Berikut adalah beberapa penyebab utama tuna daksa:
1. Faktor Bawaan (Kongenital)
Melansir laman Better Health, tuna daksa bawaan terjadi ketika seorang anak lahir dengan kelainan fisik akibat masalah genetik atau gangguan selama perkembangan janin.
Beberapa contohnya adalah:
- Cerebral Palsy: Kelainan ini terjadi akibat kerusakan otak saat bayi masih dalam kandungan atau saat persalinan, yang memengaruhi kemampuan gerak anak.
- Spina Bifida: Cacat lahir di mana tulang belakang dan saraf tulang belakang tidak berkembang dengan sempurna.
2. Kecelakaan atau Cedera
Seseorang dapat mengalami tuna daksa akibat kecelakaan yang menyebabkan cedera fisik, seperti patah tulang, amputasi, atau kerusakan tulang belakang.
Cedera parah pada tulang, otot, atau saraf dapat menyebabkan keterbatasan gerak atau cacat fisik yang permanen.
3. Penyakit atau Infeksi
Beberapa penyakit kronis atau infeksi serius bisa menyebabkan tuna daksa. Contohnya adalah:
- Polio: Infeksi virus yang menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan otot.
- Osteoartritis: Penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sendi dan dapat memengaruhi kemampuan bergerak.
- Infeksi pada otak yang terjadi saat atau setelah kelahiran juga bisa merusak sistem saraf dan menyebabkan keterbatasan fisik.
4. Gangguan Neurologis atau Saraf
Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti trauma otak atau gangguan saraf lain, dapat menyebabkan tuna daksa.
Hal ini memengaruhi kemampuan motorik seseorang, sehingga mereka tidak bisa mengendalikan gerakan tubuh dengan baik.
5. Kondisi Degeneratif
Kondisi degeneratif seperti distrofi otot atau multiple sclerosis bisa menyebabkan otot dan saraf melemah secara bertahap, sehingga seseorang mengalami keterbatasan gerak atau cacat fisik.
Karakteristik Tuna Daksa
Tuna daksa memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari disabilitas lainnya.
Karakteristik ini berkaitan dengan keterbatasan fisik yang dialami seseorang yang mengalami tuna daksa.
Berikut adalah beberapa karakteristik utama tuna daksa:
1. Karakteristik Fisik
Penyandang tuna daksa sering mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan tubuh seperti berjalan, berdiri, atau duduk.
Hal ini bisa disebabkan oleh kelainan pada otot, tulang, atau saraf.
Beberapa penyandang tuna daksa juga mungkin menunjukkan postur tubuh yang tidak normal, seperti punggung yang bungkuk, kaki yang tidak seimbang, atau postur tubuh yang kaku.
Selain itu, beberapa penyandang tuna daksa mungkin memiliki bagian tubuh yang tidak lengkap, seperti tangan atau kaki yang tidak berkembang sempurna atau diamputasi.
2. Karakteristik Psikologis
Penyandang tuna daksa seringkali merasa tidak percaya diri atau merasa malu karena keterbatasan fisiknya.
Hal ini dapat memengaruhi interaksi sosial dan kesejahteraan emosional mereka.
Kondisi fisik yang membatasi dapat membuat penyandang tuna daksa juga dapat membuta mereka merasa frustrasi dan mudah marah, terutama ketika mereka merasa tidak mampu melakukan aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
Akibatnya, penyandang tuna daksa mungkin cenderung menarik diri dari lingkungan sosial atau menghindari interaksi sosial.
3. Karakteristik Kognitif
Sebagian besar penyandang tuna daksa memiliki tingkat kecerdasan normal, tetapi pada kasus tertentu, terutama jika tuna daksa disebabkan oleh gangguan saraf seperti cerebral palsy, penyandang bisa mengalami keterbatasan intelektual atau gangguan belajar.
Penyandang tuna daksa juga mungkin mengalami kesulitan dalam mempelajari keterampilan fisik baru karena keterbatasan gerakan atau kelainan fisik yang mereka alami.
4. Karakteristik Sosial
Keterbatasan fisik sering membuat penyandang tuna daksa kesulitan bergaul dengan teman sebaya atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang memerlukan mobilitas fisik.
Apalagi, karena penyandang tuna daksa membutuhkan alat bantu seperti kursi roda, kaki atau tangan palsu, cara mereka bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan pun dapat berbeda dengan orang normal lainnya.
Baca Juga: Serba-serbi Kelainan Kromosom pada Janin, Cari Tahu Moms!
Cara Merawat Tuna Daksa
Merawat penyandang tuna daksa memerlukan perhatian khusus agar mereka dapat menjalani kehidupan dengan lebih nyaman dan mandiri.
Berikut beberapa cara merawat tuna daksa yang bisa diterapkan:
1. Perawatan Fisik
Perawatan fisik merupakan salah satu aspek penting dalam merawat penyandang tuna daksa.
Dalam hal ini mencakup fisioterapi, penggunaan alat bantu seperti kursi roda, kruk, alat bantu jalan, atau kaki dan tangan palsu, serta perawatan luka dan pencegahan infeksi bagi penyandang tuna daksa yang memiliki luka terbuka atau menjalani amputasi.
Perawatan fisik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik mereka, menjaga mobilitas, serta meminimalkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang mungkin timbul akibat keterbatasan fisik.
2. Dukungan Psikologis dan Emosional
Penyandang tuna daksa sering merasa rendah diri atau tidak berdaya karena keterbatasan fisiknya.
Oleh karena itu, memberikan dukungan psikologis dan emosional sangatlah penting.
Dukungan psikologis dan emosional tidak hanya membantu penyandang tuna daksa merasa lebih baik secara mental, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Mereka akan lebih mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan keyakinan, kemandirian, dan kebahagiaan yang lebih besar.
3. Penyesuaian Lingkungan
Menyediakan lingkungan yang sesuai untuk tuna daksa, mereka dapat lebih aktif, mandiri, dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.
Dalam hal ini, Moms dan Dads bisa memulainya dari rumah.
Misalnya, dengan menambahkan fasilitas seperti ramp (jalur landai) untuk kursi roda, mengurangi hambatan seperti tangga, atau menambahkan pegangan di sepanjang dinding untuk membantu keseimbangan.
Selain itu, pintu yang lebih lebar juga dapat memudahkan pergerakan kursi roda.
Baca Juga: Mengenal Masokis, Termasuk dalam Salah Satu Kelainan Seksual
Demikian penjelasan seputar tuna daksa yang penting untuk dipahami.
Yuk, ciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi tuna daksa di sekitar kita.
- https://kbbi.web.id/tunadaksa
- https://www.carehome.co.uk/advice/types-of-physical-disabilities#
- https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/servicesandsupport/physical-disabilities
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.