Upacara Bakar Batu, Tradisi Unik Khas Masyarakat Papua
Pernahkah Moms mendengar tentang upacara bakar batu? Rupanya, prosesi ini dilakukan sebagai bentuk syukur bagi masyarakat Papua, Moms
Saat travelling ke Wamena, Moms akan bertemu dengan Suku Dani yang melakukan ritual adat ini.
Lalu, apa tujuan dari upacara ini dan seperti apa prosesinya? Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ya, Moms!
Baca Juga: Upacara Rambu Solo, Pemakaman Adat Toraja yang Religius
Pengertian dan Asal-usul Upacara Bakar Batu
Upacara bakar batu merupakan tradisi di Papua, di mana warga satu kampung melakukan ritual memasak bersama.
Pada perkembangannya, upacara bakar batu ini memiliki penyebutan yang berbeda-beda, yakni:
- Kit Oba Isago di Wamena
- Barapen di Jayawijaya
- Mogo Gapil di Paniai
Pada umumnya tradisi ini dilakukan oleh suku pedalaman seperti:
- Lembah Baliem
- Nabire
- Paniai
- Pegunungan Tengah
- Jayawijaya
- Pegunungan Bintang
- Dekai
- Yahukimo
Dalam sejarahnya, upacara bakar batu bagi masyarakat pegunungan tengah Papua adalah pesta bakar daging babi.
Namun sebagai bentuk toleransi, sekarang mereka tidak harus membakar babi, terkadang juga membakar ayam, kambing, atau sapi.
Tujuan Upacara Bakar Batu
Tradisi membakar batu di Papua bukan tanpa tujuan, Moms. Upacara bakar batu dilakukan sebagai bentuk syukur, dan silaturahmi.
Tradisi ini juga dilakukan saat menyambut kebahagiaan, seperti:
- Kelahiran
- Perkawinan adat
- Penobatan kepala suku
- Mengumpulkan prajurit ketika ingin berperang
Tapi bukan hanya sebagai bentuk syukur, tradisi ini juga menguatkan kebersamaan antar warga yang terlibat. Mereka akan merasa lebih dekat saat memasak bersama.
Upacara bakar batu juga menjadi simbol kesederhanaan masyarakat Papua dalam menjunjung persamaan hak, kekompakan, keadilan, kebersamaan, ketulusan, kejujuran, dan keikhlasan yang membawa pada perdamaian.
Para kaum muslim di Wamena juga biasanya melakukan tradisi ini.
Dikatakan, sebelum memasuki bulan Puasa, mereka akan melakukan upacara bakar batu sebagai momen masyarakat agar saling memaafkan.
Baca Juga: Upacara Ngaben, Tradisi Ritual 'Pembakaran' Jenazah di Bali
Prosesi Upacara Bakar Batu
Lalu, kenapa disebut dengan pesta bakar batu ya, Moms? Rupanya upacara adat ini benar-benar melakukan pembakaran batu hingga membara.
Setelahnya, bagian atas ditumpuk makanan yang akan dimasak. Meski terlihat mudah, prosesnya cukup memakan waktu yang panjang.
Ssebelum para undangan datang, sebagian masyarakat sudah sibuk menyiapkan bakar batu sejak pagi hari.
Kaum laki-laki menyiapkan kayu, rumput, dan mencari bebatuan yang tidak mudah pecah.
Sedangkan pihak perempuan bertugas mengumpulkan sayur, ubi jalar, daun pisang, jagung, dan sayur-sayuran.
Jika semua bahan sudah siap, hewan pun dimasukkan ke lapangan. Daging yang akan dimasak tidak langsung disembelih, namun dipanah terlebih dahulu.
Bila babi, sapi, ayam, atau kambing langsung mati, maka pertanda kalau acara akan berjalan sukses. Namun, jika sebaliknya, ini pertanda acara tidak akan sukses.
Setelah semua siap, prosesi ritual upacara bakar batu dilakukan seperti berikut ini:
- Batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar hingga batu menjadi panas membara dan kayu bakar habis terbakar.
- Bersamaan dengan itu, warga lainnya menggali lubang yang cukup dalam dan diberi alas daun pisang dan alang-alang.
- Kemudian, batu panas tadi lalu dimasukkan ke dasar lubang tersebut.
- Setelah itu, daun pisang ditumpuk di atas batu panas dan di atasnya daging yang sudah diiris-iris diletakkan.
- Atas daging ditutup dengan daun pisang, kemudian di atasnya lagi diletakkan batu panas dan ditutup kembali dengan daun.
- Ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayuran lainnya diletakkan di atas daun dan ditutup daun lagi.
- Di atas daun yang paling atas akan ditumpuk batu panas dan terakhir ditutup lagi dengan daun pisang dan alang-alang.
- Setelah itu, dimasak selama 1 jam. Asap akan mengepul dan aroma wanginya bisa membuat siapa pun tidak sabar untuk melahapnya.
- Setelah matang, semua anggota akan berkumpul dan membagi makanan itu. Mereka akan makan bersama di lapangan tengah kampung.
Baca Juga: Upacara Rambu Solo, Pemakaman Adat Toraja yang Religius
Bisa dibayangkan, kan Moms, betapa lezatnya makanan ini? Apalagi proses memasaknya yang dilakukan secara alami.
Tanpa perasa tambahan dan bahan pengawet, semua dimasak dengan menggunakan bahan alami.
Hingga saat ini upacara bakar batu masih terus dilakukan, Moms.
Bahkan, sekarang tradisi ini berkembang untuk menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung, seperti presiden, gubernur, bupati, dan tamu penting lainnya.
Makna Upacara Bakar Baru
Upacara Bakar Batu adalah sebuah tradisi ritual yang sangat penting di Papua, khususnya di kalangan suku pedalaman seperti Suku Dani. Berikut adalah makna dan filosofi di balik upacara ini:
1. Bersyukur dan Mengungkap Rasa Syukur
Upacara Bakar Batu bertujuan untuk mengungkap rasa syukur kepada pemberi kehidupan atas karunia yang telah diberikan.
Masyarakat Papua melakukan upacara ini untuk bersyukur atas berbagai hal, seperti hasil panen, kelahiran, atau peristiwa penting lainnya.
2. Mengumpulkan Suku dan Persahabatan
Upacara ini juga digunakan untuk mengumpulkan anggota suku dan mempererat persahabatan sesama etnis di Papua.
Hal ini dilakukan dengan cara memasak bersama, yang merupakan simbol kebersamaan dan solidaritas.
3. Penyelesaian Konflik dan Perdamaian
Tradisi Bakar Batu juga berperan sebagai penyelesaian konflik dan perdamaian antara kelompok-kelompok yang berselisih.
Masyarakat Suku Dani menggunakan upacara ini untuk menyelesaikan masalah dan berdamai dengan cara yang harmonis.
4. Simbol Kesederhanaan dan Kebersamaan
Upacara Bakar Batu merupakan simbol kesederhanaan dan kebersamaan masyarakat adat Papua.
Filosofi yang terkandung dalam upacara ini mencakup nilai-nilai seperti persamaan hak, keadilan, dan kerukunan, serta jauh dari rasa iri, dengki, dendam, dan kesumat
Itulah tadi informasi seputar upacara bakar batu. Semoga informasi di atas bermanfaat.
Sama seperti daerah lainnya, wilayah yang berada di ujung timur Indonesia ini juga memiliki tradisi kebudayaan yang harus dihormati dan jaga kelestariannya.
- https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/download/2210/1016/6060
- https://berita.upi.edu/tradisi-bakar-batu-baripen/
- https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/viewFile/41562/36954
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.