Pengertian Cerkak Bahasa Jawa, Struktur, hingga Contohnya
Cerkak bahasa Jawa atau cerita cekak, merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang populer dan digemari masyarakat.
Cerkak bahasa Jawa ini layaknya cerpen dalam bahasa Indonesia, mampu membangkitkan imajinasi dan membawa pembacanya menyelami berbagai tema kehidupan.
Lebih dari sekadar hiburan, cerkak bahasa Jawa juga menjadi jendela budaya dan kearifan lokal.
Cerita-cerita yang disajikan sering kali mengangkat nilai-nilai luhur budaya Jawa, seperti gotong royong, kekeluargaan, dan penghormatan terhadap alam.
Penggunaan bahasa Jawa yang khas dan kaya akan makna pun menambah daya tarik tersendiri bagi para pembacanya.
Membaca cerkak bahasa Jawa tak hanya memberikan hiburan dan pengetahuan, tetapi juga dapat membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya Jawa.
Di era modern ini, keberadaan cerkak bahasa Jawa menjadi penting sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal.
Baca Juga: Mengenal Teks Sesorah Bahasa Jawa dan Contohnya, Cek yuk!
Pengertian Cerkak Bahasa Jawa
Melansir dari Jurnal Pena Indonesia, cerita pendek dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah cerkak.
K.R.T. Wijosastro (1993) mendefinisikan cerkak bahasa Jawa sebagai cerita rekaan yang pendek dan menarik, disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Cerkak bertujuan untuk menghibur dan memberikan pelajaran kepada pembacanya.
Istilah "cerkak" sendiri berasal dari kata "cerita" dan "cekak" yang berarti pendek.
Sesuai namanya, cerkak adalah cerita pendek yang umumnya terdiri dari 500-1000 kata, sehingga dapat dibaca dalam sekali duduk.
Cerkak bahasa Jawa menyajikan berbagai tema kehidupan, mulai dari kisah sehari-hari yang meliputi keluarga, percintaan, hingga legenda dan mitos.
Cerita-cerita ini dikemas dengan apik dan penuh makna, sehingga mampu membangkitkan imajinasi dan memberikan pelajaran bagi pembacanya.
Salah satu contoh cerkak bahasa Jawa yang terkenal adalah Kereta Api karya Ki Ageng Ngabei Soerodipo.
Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak kecil yang terobsesi dengan kereta api.
Obsesi ini membuatnya nekat untuk pergi ke stasiun kereta api tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Di stasiun, ia bertemu dengan berbagai macam orang dan mengalami berbagai peristiwa yang menarik.
Cerita ini memberikan pelajaran tentang pentingnya ketaatan kepada orang tua dan bahaya dari rasa ingin tahu yang berlebihan.
Bahasa Jawa yang digunakan dalam cerkak pun menjadi daya tarik tersendiri.
Penggunaan bahasa yang khas dan kaya akan makna menambah nilai estetika dan memberikan nuansa budaya Jawa yang kental.
Contohnya, penggunaan kata "kowe" dan "aku" untuk menunjukkan hubungan yang dekat dan akrab, atau penggunaan kata "mbah" dan "yu" untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua.
Membaca cerkak bahasa Jawa tak hanya memberikan hiburan dan pengetahuan, tetapi juga dapat membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya Jawa.
Cerkak menjadi jendela untuk melihat berbagai aspek budaya Jawa, seperti nilai-nilai luhur, tradisi, dan adat istiadat.
Baca Juga: Ciri-Ciri Cerita Rakyat Beserta Pengertian dan Jenisnya
Struktur Cerkak
Struktur cerkak bahasa Jawa adalah kerangka atau susunan cerita yang terdiri dari beberapa bagian.
Berikut adalah struktur cerkak secara umum:
1. Eksposisi
Bagian ini memperkenalkan tokoh utama, latar cerita, dan situasi awal cerita.
Eksposisi biasanya berupa penggambaran suasana, deskripsi tokoh, atau penyajian informasi latar belakang cerita.
Contoh:
"Pada suatu hari, di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Budi. Budi adalah anak yang rajin dan suka membantu orang tua."
2. Komplikasi
Bagian ini mulai memunculkan konflik atau permasalahan yang dihadapi oleh tokoh utama. Konflik ini dapat berupa konflik internal (batin) atau eksternal (luar).
Contoh:
"Suatu hari, ayah Budi jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Budi harus membantu ibunya untuk membiayai pengobatan ayahnya."
3. Rising Action
Bagian ini menceritakan tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh tokoh utama untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya.
Biasanya, pada bagian ini terjadi peningkatan intensitas konflik dan ketegangan cerita.
Contoh:
"Budi bekerja keras untuk membantu ibunya. Ia bekerja di sawah dan membantu tetangganya."
4. Klimaks
Bagian ini merupakan puncak dari cerita, di mana terjadi titik balik atau penyelesaian dari konflik yang dihadapi oleh tokoh utama.
Contoh:
"Suatu hari, Budi mendapatkan hadiah dari sebuah lomba menulis cerita. Hadiah tersebut dapat digunakan untuk membiayai pengobatan ayahnya."
5. Falling Action
Bagian ini menceritakan tentang akibat atau dampak dari penyelesaian konflik yang terjadi pada klimaks.
Contoh:
"Ayah Budi sembuh dari sakitnya. Budi dan keluarganya hidup bahagia."
6. Resolusi
Bagian ini merupakan akhir dari cerita, di mana semua konflik telah terselesaikan dan cerita mencapai penyelesaiannya.
Contoh:
"Budi belajar bahwa dengan kerja keras dan ketekunan, semua rintangan dapat diatasi."
Baca Juga: 5 Cerita Rakyat Bahasa Inggris Populer untuk Si Kecil
Unsur Intrinsik Cercak
Unsur intrinsik cerkak bahasa Jawa adalah elemen-elemen yang membangun cerita dari dalam.
Elemen-elemen ini saling berkaitan dan menentukan kualitas cerita secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa unsur intrinsik cercak:
1. Tema
Tema adalah gagasan utama yang mendasari cerita. Tema dapat berupa nilai moral, pesan sosial, atau ideologi tertentu.
2. Alur/Plot
Alur adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita. Alur terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
- Eksposisi: Pengenalan tokoh dan latar cerita.
- Komplikasi: Munculnya konflik atau permasalahan.
- Rising Action: Usaha-usaha yang dilakukan tokoh untuk menyelesaikan konflik.
- Klimaks: Puncak dari cerita.
- Falling Action: Akibat atau dampak dari penyelesaian konflik.
- Resolusi: Penyelesaian akhir cerita.
3. Latar/Setting
Latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya cerita. Latar dapat dibagi menjadi tiga jenis:
- Latar tempat: Di mana cerita terjadi.
- Latar waktu: Kapan cerita terjadi.
- Latar suasana: Bagaimana suasana cerita.
4. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan karakter tokoh dalam cerita.
Penokohan dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti:
- Deskripsi: Penggambaran fisik dan psikis tokoh.
- Dialog: Percakapan antar tokoh.
- Tindakan: Perbuatan yang dilakukan tokoh.
- Pikiran: Apa yang dipikirkan tokoh.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menceritakan kisah dalam cerita. Sudut pandang dapat dibagi menjadi dua jenis:
- Sudut pandang orang pertama: Pengarang menceritakan kisah sebagai tokoh utama.
- Sudut pandang orang ketiga: Pengarang menceritakan kisah sebagai orang luar.
6. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pengarang menggunakan bahasa dalam cerita.
Gaya bahasa dapat dilihat dari pemilihan kata, kalimat, dan majas yang digunakan.
Baca Juga: Kumpulan Cerita Rakyat Pendek Nusantara Berbagai Daerah
Contoh Cerkak Bahasa Jawa
Adapun kumpulan contoh cerkak bahasa Jawa berikut bisa jadi inspirasi!
1. "Wong Tuwa Lan Wong Cilik"
Berikut contoh cerkak bahasa Jawa berjudul Wong Tuwa Lan Wong Cilik.
"Saben dinten, ing kutha Alit Kutho, ana wong tuwa kuwi sêng sêmbên njalari ing pasar. Wong tuwa iku sêng sembrono lan ora têru-terus, uga ora ngerti karo wong cilik.
Nanging, ana wong cilik saka kampung liyane. Wong cilik iku sêng gemêng, sabar, lan ora gampang nggolek ajènan. Wong cilik iku ora mlayu loro, mangan ambèr-ambèr, lan nyembah-yembah dewa.
Salah sawijining dina, wong tuwa iku ketemu karo wong cilik ing pasar. Wong cilik iku lagi mainan ing tengah pasar, ngrasakno jroning kembang mawar.
Wong tuwa iku ngrasakno kesal lan narik marah. "Kulo uga arep mainan iki!" iwak-iwak wong tuwa iku. Nanging, wong cilik iku ora terpengaruh. "Gusti Allah bakal nggawe sing apik," sambari wong cilik iku, lan menerusake mainan marang wong tuwa iku.
Wong tuwa iku bingung lan ngrasakno malu. Iki pertama kaline wong tuwa iku ngenteni diceluk.
Wong cilik iku terus mainan mawar kanggo iku dadi bunga kang apik. Iku gusti Allah iku wis menehi wejangan ing ati wong cilik iku. Iku ora gampang dirobèhi olèh kata-kata marah wong tuwa iku.
Saka dina iku, wong tuwa iku mulai ngertos yen wong cilik iku lebih apik tinimbang karo wong tuwa iku. Iku uga mulai ngenteni ora marah lan kasebut dhawuh sing apik.
Moral saka cerita iki, kita kabeh kudu ngenteni lan ngertos wong liyane, uga ora gampang marah kanggo sing bènèr. Wong cilik lan wong tuwa kabeh duwé wejangan lan wejangan sing apik.
Semoga cerita iki bisa njawani sampeyan lan ngajari kita kabeh kanggo ngenteni lan njalari saka wong liyane."
Cerita tersebut mengisahkan tentang seorang wong tuwa (orang tua) dan seorang wong cilik (anak kecil) yang memiliki perbedaan sikap dan sifat.
Wong tuwa ini kurang sabar dan sering marah-marah, sementara wong cilik ini adalah seorang anak yang sabar, pemurah, dan tidak mudah marah.
Suatu hari, di pasar, wong tuwa tersebut bertemu dengan wong cilik yang sedang bermain dengan bunga mawar.
Wong tuwa tersebut ingin ikut bermain dengan bunga tersebut, tetapi wong cilik dengan bijaknya mengatakan bahwa "Gusti Allah akan membuat yang indah," dan melanjutkan permainannya tanpa marah.
Wong tuwa merasa bingung dan malu karena ini pertama kalinya dia diingatkan oleh seorang anak kecil. Dari situlah, dia mulai belajar untuk lebih memahami dan mengontrol emosinya.
Moral dari cerita ini adalah pentingnya kesabaran, pemahaman, dan tidak mudah marah ketika berurusan dengan orang lain.
Hal ini juga mengajarkan kita untuk selalu siap belajar dari orang lain, termasuk anak-anak, dan untuk menerima nasihat yang baik.
Baca Juga: 34 Tempat Wisata Jogja dan Rekomendasi Penginapannya!
2. "Damarwulan Lan Menak Jinggo"
Selanjutnya, cerkak bahasa Jawa "Darmawulan Lan Menak Jinggo" yang tak kalah apik.
"Wulan suka dadi putri Kangjeng Prabu Angling Dharma, raja Majapahit. Dene Kresna, kang ngaku Gusti Kangjeng, kang akuwi kapribaden kang akeh ninggalakeh ing luhuring manah.
Tapi, Damarwulan ora arep maen dadi wong tuwa. Wulan nganggo marang Banyak Kapribaden ing Dukuh Sukabumi.
"Wulan, ngono piye wektune kulo bisa ketemu menak sedulur kang ana ing Majapahit?" tanya Banyak Kapribaden.
"Mugi kasedya wektu, kang," jawab Wulan.
Banyak Kapribaden nyawang Damarwulan sing adus nganggo baju kemben, mesem, lan wong rapal. Banyak Kapribaden nemu rekoso kang kancan kang dadi yuda kang tan sregep. "Ayo, adus! Kowe gawe sarjana dene kadhaftar ing panggonan!?"
Nanging, karep ana kesalahan dadi, Banyak Kapribaden ora mriksa saben bekas kang ana ing bekas nalika supaya wong mripat."
Cerkak Damarwulan Lan Menak Jinggo" mengisahkan tentang petualangan dan kisah cinta antara Damarwulan, seorang pemuda yang berani dan pemberani, dengan Menak Jinggo, seorang putri yang cantik dan cerdas.
Damarwulan digambarkan sebagai sosok yang berani dan pemberani, yang siap melawan kekuasaan yang zalim demi keadilan.
Dia tidak takut untuk menghadapi tantangan dan berjuang untuk melindungi rakyatnya dari penindasan.
Kisah cinta antara Damarwulan dan Menak Jinggo menunjukkan bahwa cinta sejati dapat mengatasi segala rintangan dan hambatan.
Mereka saling mencintai dan setia satu sama lain, bahkan dalam menghadapi ujian dan rintangan yang sulit.
3. "Srikandi Lan Arjuna"
Cerkak bahasa Jawa ini pun mengangkat tentang pentingnya kesetaraan gender.
"Srikandi putri Ki Suyudono lan Panjeng Arimbi ngelu ing Dukuh Glagahwangi. Lan luwih kalebu ingkang didol dadi ratu ing Majapahit. Srikandi kalebu ing kagem Gusti Kangjeng.
Saiki, biyudoing Gusti Kangjeng, Sing Satriya Gahana langkung siyudho lan tamtama.
Srikandi pingin Satriya Gahana, nanging mung nglarat, Gusti Kangjeng laras sawijining mardi. Kang wus mriksa teka lan dados marang Gusti Kangjeng. Srikandi ing ingkang ngatur sawise Gusti Kangjeng nampi alon angkara Satriya Gahana lan wong liyane sing dadi raden.
"Gusti, piye wektune kula bisa ketemu Satriya Gahana, kang kasil dipun gugu marang pandhita-pandhita?" pitutur Srikandi.
"Gampang. Kowe bisa ketemu Satriya Gahana sawise panika manah manut rata ing karaton," Gusti Kangjeng nyawang.
Nalika Gusti Kangjeng ana ing Majapahit, Srikandi golek pandhita kang wisayuta. Ya, iku kanthi cara Srikandi bisa ketemu Satriya Gahana."
Cerkak "Srikandi Lan Arjuna" mengisahkan tentang kisah Srikandi, putri Ki Suyudono dan Panjeng Arimbi, yang memperjuangkan cintanya kepada Satriya Gahana, seorang prajurit yang berani dan gagah.
Srikandi digambarkan sebagai sosok perempuan yang mandiri dan berani.
Dia tidak takut untuk mengejar keinginannya dan memperjuangkan cintanya, bahkan jika itu berarti melanggar norma sosial atau menghadapi tantangan yang sulit.
Srikandi menunjukkan kesetiaan yang besar kepada cintanya, Satriya Gahana, dan keberaniannya untuk mengejar cintanya meskipun harus menghadapi rintangan dan kesulitan.
Pesan ini menggambarkan pentingnya kesetiaan dan keberanian dalam hubungan cinta.
Baca Juga: Sinopsis Hierarchy, tentang Kehidupan Siswa di Sekolah Elite
Demikian penjelasan seputar cerkak bahasa Jawa, dari pengertian hingga contohnya.
Mempelajari cerkak bahasa Jawa bersama Si Kecil dapat membantu menanamkan nilai moral yang baik dengan cara yang unik, Moms.
- https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpi/article/download/375/219#:~:text=cerkak%20maupun%20guritan.-,Cerita%20pendek%20(cerpen)%20dalam%20sastra%20Jawa%20modern%20disebut%20dengan%20istilah,disebut%20dengan%20nama%20short%20story.
- https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/63427/MzAzMTcx/Cinta-dan-Benci-dalam-Antologi-Cerita-Cekak-Pralambang-Karya-Ardini-Pangastuti-BN-dalam-Materi-Ajar-Bahasa-Jawa-serta-Moralilas-Jawa-di-SMKN-2-Pacitan-BAB-II.pdf
- https://penerbitgarudhawaca.com/sekilas-tentang-cerkak/
- https://www.ambarisna.com/2020/08/tentang-cerkak-Pengertian-Unsur-Nilai-dan-Sinopsisnya.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.