2 Jenis Infeksi Kehamilan yang Bahayakan Janin dan Cara Mencegahnya
Perubahan hormon dan sistem kekebalan tubuh selama kehamilan dapat membuat perempuan lebih rentan terhadap infeksi tertentu. Saat hamil, sistem kekebalan tubuh harus bekerja ekstra karena mendukung imunitas ibu hamil serta bayinya.
Begitu juga dengan perubahan hormon yang mempengaruhi saluran kemih dan organ yang berkaitan, yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra.
Hal ini meningkatkan risiko terkena infeksi saluran kemih maupun infeksi jamur yang dikenal sebagai kandidiasis. Tingkat estrogen yang lebih tinggi di saluran reproduksi membuat Moms juga rentan terhadap infeksi ragi vagina (yeast infection).
Infeksi tersebut tentu tak bisa dianggap enteng. Jika tak diobati dengan tuntas bisa memicu komplikasi kehamilan, menularkan penyakit pada bayi melalui plasenta, menyebabkan keguguran, berisiko persalinan prematur, bayi cacat lahir hingga kematian.
Baca Juga: Cara Membedakan Keputihan yang Normal dan Berbahaya Saat Hamil
Sayangnya, obat yang digunakan untuk mengobati infeksi juga menimbulkan efek serius, terutama pada bayi di kandungan. Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk meminimalisir risiko infeksi selama kehamilan dengan memahami jenis-jenis infeksi dan cara pencegahannya.
Secara umum infeksi selama kehamilan berdasarkan penyebabnya dikelompokkan menjadi 2 penyebab, yaitu:
1. Penyakit Menular Seksual
Penyakit seksual menular yang dapat menyebabkan masalah adalah sebagai berikut:
Infeksi klamidia: dapat menyebabkan persalinan prematur dan pecahnya selaput yang mengandung janin sebelum waktunya. Infeksi ini juga dapat menyebabkan peradangan mata (konjungtivitis) pada bayi baru lahir.
Gonore: dapat menyebabkan konjungtivitis pada bayi baru lahir.
Sifilis: dapat ditularkan dari ibu ke janin melalui plasenta. Sifilis dapat menyebabkan beberapa cacat lahir.
Human Immunodeficiency Virus (HIV): dapat ditularkan ke janin pada sekitar 25 persen dari kehamilan jika tidak diobati. Para ahli merekomendasikan perempuan yang terinfeksi HIV agar menjalani terapi obat antiretroviral selama kehamilan.
Bagi beberapa perempuan yang terinfeksi HIV, persiapan persalinan caesar sebaiknya direncanakan terlebih dahulu, yang dapat mengurangi risiko penularan HIV ke bayi. Kehamilan tampaknya tidak mempercepat perkembangan infeksi HIV pada perempuan.
Herpes genital, yang dapat ditularkan ke bayi selama persalinan normal. Bayi yang terinfeksi herpes dapat berkembang menjadi infeksi otak yang mengancam jiwa disebut herpes ensefalitis.
Infeksi herpes pada bayi juga dapat merusak organ-organ internal lainnya dan menyebabkan kulit dan mulut luka, kerusakan otak permanen, atau bahkan kematian.
Jika wanita mengalami luka herpes di daerah kelamin pada akhir kehamilan, ibu hamil biasanya disarankan untuk menjalani persalinan caesar, sehingga virus tidak menular ke bayi.
2. Infeksi Nonseksual Menular
Infeksi nonseksual juga bisa menular dan menyebabkan masalah serius. Antara lain:
Campak Jerman (rubella): bisa menyebabkan berbagai masalah pada bayi, terutama katarak, cacat lahir kelainan jantung, gangguan pendengaran, dan perkembangan tertunda.
Infeksi sitomegalovirus: dapat melewati plasenta dan merusak lever dan otak janin, dan janin tidak berkembang seperti yang diharapkan.
Cacar (varicella): meningkatkan risiko keguguran. Infeksi ini dapat merusak mata janin atau menyebabkan cacat anggota badan, kebutaan, atau cacat intelektual. Kepala janin mungkin lebih kecil dari normal.
Toksoplasmosis, infeksi protozoa: dapat menyebabkan keguguran, kematian janin, dan cacat lahir yang serius.
Listeriosis: yaitu infeksi bakteri, yang meningkatkan risiko kelahiran prematur, keguguran, dan bayi lahir mati. Bayi baru lahir mungkin terkena infeksi, tetapi gejala infeksi mungkin tertunda sampai beberapa minggu setelah lahir.
Infeksi bakteri vagina (seperti vaginosis bakteri): yang dapat menyebabkan persalinan prematur atau pecahnya selaput yang mengandung janin sebelum waktunya.
Infeksi saluran kemih: yang meningkatkan risiko persalinan prematur dan pecahnya selaput yang mengandung janin sebelum waktunya.
Infeksi virus Zika: dapat ditularkan dari wanita hamil kepada janinnya selama kehamilan atau ke bayinya selama waktu kelahiran. Infeksi virus Zika selama kehamilan dapat menyebabkan microcephaly (cacat lahir di mana kepala dan otak bayi lebih kecil dari kebanyakan bayi dengan usia dan jenis kelamin yang sama) dan cacat otak yang parah lainnya.
Infeksi paru-paru: dimana pada ibu hamil terdapat cairan lebih banyak selama kehamilan. Peningkatan jumlah cairan berakibat tekanan yang lebih besar pada paru-paru dan perut.
Akibatnya tubuh sulit membersihkan cairan yang berkumpul di paru-paru sehingga merangsang pertumbuhan bakteri dan menghambat kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Baca Juga: Cara Merawat Miss V Setelah Melahirkan
Tindakan Pencegahan dan Pengobatan
Nah, Moms sudah tahu jenis infeksi apakah yang dapat memengaruhi Moms selama kehamilan, sekarang marilah kita belajar bagaimana cara mengatasinya:
- Lakukan imunisasi untuk mencegah infeksi sebelum merencanakan kehamilan.
- Perhatikan setiap gejala yang muncul dan jalani pemeriksaan selama kehamilan secara teratur.
- Hindari kontak seksual dengan pasangan jika ia terinfeksi.
- Pastikan dokter menggunakan peralatan dan jarum suntik steril
- Karena sistem kekebalan tubuh ibu hamil cenderung lebih rendah, sebaiknya Moms tetap waspada. Moms dapat melakukan tindakan pencegahan dengan merebus makanan pada suhu tinggi, minum air bersih, mencuci tangan secara menyeluruh setelah menyentuh hewan, dan sebagainya
- Konsultasikan dengan dokter untuk jenis antibiotik antibakteri yang akan berhasil menumpas bakteri tertentu yang menyebabkan infeksi selama kehamilan.
- Jika Moms menderita infeksi saluran kemih, minumlah cukup air minimal 8 gelas sehari. Jika infeksi berlanjut selama lebih dari dua hari, segera konsultasikan dengan dokter.
- Sekarang Moms sudah mengetahui cara pencegahan berbagai infeksi yang dapat terjadi pada kehamilan. Jagalah kesehatan untuk mencegah terkena infeksi selama kehamilan.
(ROS)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.