3 Cara Komunikasi Ini Bisa Menimbulkan Konflik Dengan Pasangan
Banyak pernikahan bisa diselamatkan jika pasangan meningkatkan cara mereka berkomunikasi satu sama lain.
Seringkali kebiasaan buruk paling sederhana justru yang membuat pasangan mengalami masalah.
Menurut Erika Krull, MSEd, LMHP sebagaimana dikutip dari psychcentral.com, begitu perkawinan berjalan di jalur yang sulit, negativitas tumbuh. Masalah meningkat karena kedua pasangan mengulangi kesalahan mereka berulang kali.
Berikut cara komunikasi yang salah dan kerap dilakukan pasangan.
Baca Juga : Bertengkar dengan Suami Secara Sehat
1. Berteriak pada pasangan
Ketika Moms merasa marah, tentu Moms mungkin mulai meninggikan suara Moms. Kemarahan menciptakan ketegangan.
Ketika ketegangan meningkat, Moms mencari cara untuk melepaskan atau mengekspresikannya.
Berteriak pada pasangan Moms menjadi pilihan yang cepat dan mudah, meskipun sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada menyelesaikan masalah.
Mungkin terasa menyenangkan untuk melepaskan ketegangan dan emosi Moms pada pasangan Anda ketika mereka membuat Anda kesal, tetapi perasaan puas sering kali tidak berlangsung lama.
“Apa pun yang Anda katakan dalam keadaan marah Anda kemungkinan akan menambah bahan bakar ke api,” tambah Erika.
Baca Juga : 5 Cara Menyelesaikan Konflik dalam Hubungan
Berteriak juga melepaskan banyak emosi negatif yang kuat loh, Moms. Tidak peduli apa yang Moms coba komunikasikan pada saat itu, emosi akan menjadi pusat perhatian.
Itulah yang justru paling menarik perhatian orang yang menjadi lawan bicara Moms.
Sayangnya, pesan yang Moms ucapkan akan berkurang atau bahkan disalahpahami karena Moms membuat pasangan Anda bersikap defensif dan frustrasi daripada responsif dan pengertian.
Bukan berarti Moms tidak bisa mengungkapkan emosi yang kuat ketika sedang berbicara. Tapi berteriak melebihi batas akan mengubah pesan yang ingin disampaikan.
Justru emosi harus diatur terlebih dahulu sebelum Moms ingin mengungkapkan sesuatu.
2. Memiliki Sikap Kompetitif
Beberapa sifat kompetitif tidak masalah, tetapi berlebihan akan justru mengurangi esensi kompetitif itu sendiri.
Hal yang paling sering dilakukan adalah berkompetisi agar terlihat baik di depan anak.
Namun, kompetisi jangan terlalu sering dilakukan sebab jika merasa kompetitif maka ada salah satu pihak yang menang dan pihak lainnya kalah.
Maka dari itu, Moms jangan menjadikan pasangan sebagai lawan kompetisi. Untuk sekedar menjadikannya motivasi mungkin bukan sesuatu yang masalah.
Baca Juga : Hentikan 5 Hal Ini Agar Hubungan Lebih Sehat
3. Menikah Tentang Saya, Bukan Kami
Pernahkah Moms berhenti untuk mendengarkan obrolan dan justru memikirkan hal lain yang terjadi di pikiran Moms?
Kemungkinan besar Moms hanya fokus pada diri sendiri bukan kepada pernikahan atau hubungan antara Moms dan pasangan.
Moms mungkin memikirkan hal lain yang berfokus pada Moms sendiri seperti apa efeknya untuk kegiatan yang akan dilakukan atau hal-hal lain yang berhubungan dengan diri Moms seorang.
Secara alami, obrolan ini agak bias karena dari sudut pandang Moms. Tapi bagaimana dengan obrolan yang berhubungan dengan pasangan Moms?
Apakah ini semua tentang seberapa menyenangkan Moms nantinya, apa yang Moms harapkan dari suami atau istri, dan suasana hati seperti apa yang sedang Moms alami?
(GSA/CAR)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.