3 Cara Mengakali Kekhawatiran Menjadi Orang Tua Baru
Dengan media sosial yang merajai dunia, orang tua baru makin khawatir tentang citra ideal menjadi orang tua.
Padahal, pepatah mengatakan kalau tidak ada yang bisa dipersiapkan untuk menjadi orang tua.
Mempersiapkan mental dan emosional selama kehamilan dapat mengurangi risiko gangguan suasana hati, seperti kecemasan dan depresi pascapersalinan dan memudahkan transisi menjadi orang tua.
Mengatasi Kekhawatiran Menjadi Orang Tua Baru
Dikutip dari Journal of Marriage and The Family, ada perubahan identitas yang datang seiring dengan berperan menjadi orang tua.
Melepaskan konsep sempurna tentang kehamilan atau kelahiran yang sempurna dapat sangat membantu dengan perubahan hidup yang monumental ini.
1. Kelola Harapan
Foto: Orami Stock Photos
Sangat membantu untuk memahami bahwa kenyataan menjadi orang tua awal tidak semudah yang orang pikirkan.
Dr. Darby Saxbe, Ph.D., seorang profesor psikologi di University of Southern California, merekomendasikan untuk menurunkan standar dan harapan orang tua baru.
Kenyataannya adalah banyak orang tua yang berharap merasa kewalahan.
"Seorang bayi mengubah segalanya. Hidup orang tua baru tidak akan sama setelah bayi baru lahir," kata Dr. Diana Morelen, Ph.D., asisten profesor psikologi di East Tennessee State Universitas yang memiliki spesialisasi kesehatan mental prenatal.
Orang tua baru, terutama ibu baru, mungkin kehilangan waktu tidur nyenyaknya.
Baca Juga: 4 Dampak Negatif Kurang Tidur Bagi Kesehatan Perempuan
2. Tetap Terhubung dengan Pasangan
Foto: Orami Stock Photos
Berfokuslah pada hubungan pasangan. Pertahankan hal itu karena tahun pertama pengasuhan anak merupakan keadaan yang sulit.
Saxbe mengatakan bahwa kualitas hubungan pasangan cenderung menurun di transisi menjadi orang tua, tetapi setiap pasangan berbeda dan belum tentu mengalami hal itu.
“Tahun setelah melahirkan adalah salah satu saat paling menegangkan dalam hubungan pernikahan. Pasangan mungkin kesulitan mengasuh anak, berbeda filosofi membesarkan anak, dan mengalami masalah keuangan sehingga lebih mungkin mengalami konflik dan tekanan perkawinan," kata Dr. Noosha Niv, Ph.D, seorang psikolog dan pendiri Mind Matters Institute, di Glendale, California.
Renungkan kekuatan dan tantangan dalam hubungan, Dr. Morelen menyarankan.
Penting untuk membangun strategi komunikasi yang kuat dengan pasangan sebelum bayinya lahir.
Baca Juga: Aura Kasih Langsung Hamil Setelah Menikah, Ini 5 Faktor yang Menyebabkan Cepat Hamil
3. Dapatkan Tidur Berkualitas
Foto: Orami Stock Photos
Tidak ada yang merasa baik ketika kurang tidur karena ini terkait dengan risiko gangguan mood .
Ketika ritme tidur menjadi tidak teratur, risiko gangguan bipolar dan depresi pun meningkat, kata Dr. Saxbe.
Kurang tidur adalah masalah umum setelah kelahiran bayi baru, kata ahli terapi perkawinan dan keluarga yang berpusat di Los Angeles, Elyse Springer.
Sedapat mungkin, rencanakan cara untuk memastikan ibu baru beristirahat setelah bayi lahir. Mintalah bantuan dari pasangan, keluarga, atau teman.
"Jika Moms dapat beristirahat, Moms bisa merawat bayi Moms dengan lebih baik," tutup Dr. Morelen.
Baca Juga: Ini Pengaruh Kurang Tidur pada Kualitas Sperma
(TPW/DIN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.