5 Fakta Vaksin Difteri bagi Ibu Hamil, Simak Moms!
Yuk, simak fakta vaksin difteri untuk ibu hamil. Dalam setiap kehamilan, ibu hamil perlu menjalani sejumlah tes untuk memastikan Moms dan bayi sehat.
Termasuk vaksin, salah satunya difteri.
Berikut Orami sudah merangkum fakta penting vaksin difteri bagi ibu hamil.
1. Bersifat Sangat Penting
Foto: spectrum.com
Seorang wanita hamil memiliki kemungkinan 3 sampai 5 persen untuk memiliki bayi dengan cacat lahir. Vaksin berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh Moms terhadap virus yang bisa sebabkan hal itu terjadi.
Salah satu vaksin yang lumrah diambil ibu hamil adalah Tdap, yaitu tetanus, difteri, dan pertusis.
Tetanus adalah penyakit bakteri. Ini menyebabkan pengetatan otot dan kejang otot yang menyakitkan di dalam tubuh.
Bahkan, meski dalam perawatan yang baik, 10-20 persen penderita tetanus meninggal karena penyakit ini.
Bakteri yang menyebabkan tetanus dapat ditemukan di tanah dan kotoran hewan. Detanus masuk ke tubuh seseorang melalui luka terbuka.
Kemudian, difteri. Yaitu, infeksi bakteri yang sering dimulai dengan demam dan sakit tenggorokan.
Lapisan tipis (disebut membran) bisa terbentuk di belakang tenggorokan dan saluran udara, sehingga sulit bernapas.
Tanpa perawatan, difteri bisa mematikan. Penggunaan vaksin difteri pada ibu hamil berhasil mengurangi penyakit ini di Amerika Serikat, Kanada, dan banyak negara lain.
Sedangkan pertusis (juga disebut batuk rejan), adalah penyakit bakteri yang biasanya dimulai dengan gejala seperti flu biasa.
Batuk parah dapat terjadi selama beberapa minggu. Pertusis berakibat fatal pada bayi. Dalam wabah pada 2010 di California, 10 bayi meninggal karena terinfeksi pertusis.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Vaksin Sebelum Merencanakan Kehamilan
2. Berpotensi Menular
Foto: acog.org
Tetanus tidak dapat disebarkan dari orang ke orang. Namun, difteri dan pertusis menular dan menyebar melalui udara ketika seseorang batuk atau bersin.
Jika seseorang tidak diberikan vaksin difteri dan pertusis, ada kemungkinan 80 persen bahwa orang yang tinggal serumah dengan orang yang terinfeksi akan tertular difteri dan pertusis.
3. Berisiko terhadap Kehamilan
Foto: todaysparent.com
Tetanus dan difteri dapat mematikan bagi seorang wanita hamil dan dapat menyebabkan kematian bayi. Dan juga berpotensi menyebabkan kelahiran sebelum usia 39 minggu, atau prematur.
Oleh karena itu, vaksin difteri pada ibu hamil penting diberikan.
Sedangkan tetanus dapat terjadi pada bayi yang ibunya tidak memiliki cukup perlindungan tetanus untuk diteruskan ke bayi yang baru lahir.
Tetanus pada periode baru lahir lebih sering terjadi pada negara-negara berkembang dan seringkali mematikan.
Kemudian pertusis. Infeksi mengenai pertusis selama kehamilan belum diteliti dengan baik. Tidak ada komplikasi kehamilan yang terlihat dalam satu serangkaian 32 wanita yang memiliki pertusis di akhir kehamilan.
Ada beberapa laporan tentang masalah untuk bayi, tetapi ternyata tidak diketahui jika masalah itu disebabkan pertusis dari ibu.
Baca Juga: Ingin Imunisasi Si Kecil? Ketahui Aturan Wajib sebelum Melakukan Vaksinasi
4. Manfaat Vaksin Tdap
Foto: babycenter.com
Vaksin Tdap memberikan perlindungan terhadap tetanus, difteri, dan pertusis untuk remaja dan dewasa.
Sebab, vaksinasi di masa kecil untuk penyakit-penyakit ini tidak memberikan perlindungan seumur hidup.
Vaksin Tdap tidak menular, artinya Moms tidak bisa mendapatkan penyakit dari vaksin.
Vaksin diberikan sebagai suntikan. Seperti halnya vaksin apa pun, vaksin ini tidak memberikan perlindungan 100 persen terhadap penyakit.
Tidak ada waktu tunggu yang disarankan karena suntikan Tdap dapat diberikan kapan saja selama kehamilan.
5. Waktu yang Tepat untuk Vaksin
Foto: pharmaceuticaltech.com
Sebuah studi yang dipimpin oleh Sylvia Becker-Dreps, MD, MPH dari UNC Gillings School of Global Public Health mengkaji lebih dari 675.000 kehamilan di AS.
Dia mengkaji untuk menentukan apakah vaksin Tdap yang diberikan kepada seorang ibu akan mengurangi kemungkinan anaknya menderita pertusis selama 18 bulan pertama kehidupan.
Hasilnya menunjukkan penurunan keseluruhan kasus pertusis, dan yang paling penting, pada rawat inap pertusis pada bayi yang ibunya diimunisasi selama kehamilan.
Penelitian Becker-Dreps meninjau lebih dari 675.000 kehamilan di AS dari 2010-2014 dan menganalisis data klaim asuransi untuk mengidentifikasi penerimaan Tdap selama kehamilan.
Para peneliti juga melihat rawat inap dan kunjungan rawat jalan untuk pertusis pada bayi hingga usia 18 bulan.
Hasil klinis menunjukkan bahwa kekebalan yang diturunkan dari ibu ke janin selama kehamilan melindungi bayi selama enam bulan pertama kehidupan, sebelum bayi menyelesaikan sendiri vaksin pertusis sepenuhnya.
’’Hasil kami menunjukkan bahwa mendapatkannya selama trimester ketiga, tetapi setidaknya dua minggu sebelum pengiriman, adalah yang terbaik untuk mengoptimalkan manfaat vaksin,’’ kata Becker-Dreps.
Vaksin di trimester ketiga disarankan agar bayi bisa mendapatkan sebanyak mungkin antibodi.
Fungsinya menyediakan perlindungan terhadap pertusis sebelum bayi dapat menerima vaksinnya sendiri.
Jika tidak diberikan selama kehamilan, Tdap harus diberikan segera setelah proses persalinan.
Meski di kehamilan sebelumnya sudah mendapat vaksin, dianjurkan Moms mendapatkan vaksin Tdap di setiap kehamilan.
Nah, itulah pentingnya vaksin difteri pada ibu hamil yang termasuk ke dalam rangkaian vaksin Tdap ini. Lebih peduli pada kesehatan yuk, Moms.
Baca Juga: Wajib Tahu, 5 Fakta Vaksinasi HPV yang Dapat Mencegah Kanker Serviks
(CIL/DIN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.