Terapi Wicara Anak, Ini 5 Tanda Buah Hati Perlu Mengikutinya!
Terlambat bicara ternyata bukan satu-satunya tanda balita perlu terapi wicara anak lho, Moms. Intervensi dini juga sebenarnya diperlukan oleh balita yang mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan wicara.
Seperti dijelaskan dalam laman Autism Speaks, tujuan utama terapi bahasa-wicara adalah membantu anak maupun dewasa untuk meningkatkan kemampuan verbal, nonverbal, dan komunikasi sosial supaya bisa berkomunikasi dengan lebih baik.
Nah, berikut adalah beberapa tanda Si Kecil perlu terapi wicara anak yang perlu Moms ketahui.
Baca Juga: Mengenal Hidroterapi, Terapi Air untuk Orang yang Sedang Alami Depresi
Tanda Buah Hati Perlu Ikut Terapi Wicara Anak
1. Perkembangan Bahasanya Tertinggal Jauh Dari Teman Sebaya
Foto: rstandart.com
Kecepatan perkembangan setiap balita memang berbeda, tapi menurut panduan American Speech-Language-Hearing Association, umumnya tonggak perkembangan bahasa sudah dicapai balita pada usia tertentu.
Inilah contoh balita yang perkembangan bahasanya tertinggal jauh dari teman sebaya dan perlu mengikuti terapi wicara:
- Tidak banyak bersuara dan tidak menggunakan gestur tangan di usia 1 tahun.
- Menggunakan kurang dari 50 kosakata dan belum bisa merangkai kalimat dengan setidaknya dua kata di usia 2 tahun.
- Tidak ada pertambahan kosakata atau kemampuan merangkai kalimat dari bulan ke bulan.
- Sebagian besar kata yang diutarakan masih sulit dimengerti di usia 3 tahun.
- Tidak bereaksi pada permainan cilukba.
2. Kesulitan Memahami Perintah Sederhana
Foto: nurseryworld.co.uk
Di usia 2 tahun, balita seharusnya sudah bisa memahami perintah sederhana. Misalnya saja, menengok saat dipanggil namanya, berjalan mengambil sesuatu saat Moms memintanya, atau menunjuk bola saat Moms bertanya “mana bolanya?”
Kalau Moms meminta Si Kecil untuk menunjuk gambar kelinci di buku dan ia merespon dengan mengucapkan kelinci berulang kali tanpa menunjuk gambarnya, itu juga bisa jadi tanda balita perlu terapi wicara.
Baca Juga: 7 Pertanyaan Penting yang Perlu Diajukan ke Terapis
3. Echolalia
Foto: speechtherapistvancouver.ca
Kalau Moms perhatikan, balita berusia 2 tahun umumnya masih suka melakukan echolalia, yaitu menirukan kata atau suara yang didengarnya. Namun, biasanya sambil menambahkan kata-katanya sendiri.
Nah, masih sering menggunakan echolalia setelah usia 3 tahun juga bisa menjadi tanda balita perlu terapi wicara. Moms juga perlu mengecek kemungkinan Si Kecil mengalami gangguan perkembangan atau berada dalam spektrum autisme.
4. Kesulitan Mengucapkan Huruf Vokal
Foto: albanyentaandallergy.com
Meski terkadang masih sering tertukar, normalnya balita usia 2 tahun bisa mengucapkan huruf vokal dengan benar. Dia juga biasanya mulai mengucapkan kata dengan huruf vokal maupun huruf konsonan.
Bila Si Kecil masih sering salah melafalkan huruf vokal (seperti koceng untuk kata kucing atau borong untuk kata burung) atau hanya menggunakan huruf vokal untuk mengkomunikasikan kata (seperti aa untuk kata makan atau iu untuk kata itu), memang sebaiknya Si Kecil mengikuti terapi wicara.
5. Mengulang Huruf Atau Suku Kata Pada Awal Kata
Foto: alam-altfl.com
Selama kata diucapkan secara utuh tanpa kesulitan, sering mengulang kata saat berbicara sebenarnya masih termasuk normal untuk balita yang sedang belajar bicara kok, Moms.
Berbeda halnya kalau balita sering gagap atau berbicara dengan mengulang huruf atau suku kata pada awal kata (seperti m-m-m-mama atau ti-ti-ti-tidur). Terapi wicara bisa jadi bentuk intervensi dini untuk mendukung kelancaran bicara Si Kecil.
Meski sedikit, setiap bulan seharusnya terlihat kemajuan dalam perkembangan bahasa dan bicara balita. Bila tidak ada kemajuan atau kemampuannya malah tampak menurun, maka itu adalah tanda balita perlu terapi wicara.
Bagaimana dengan Moms, selain terapi wicara anak, apa yang biasanya dilakukan bersama Si Kecil untuk mendukung perkembangan bicara dan bahasanya?
Baca Juga: 7 Bentuk Komunikasi Nonverbal yang Bikin Moms Lebih Dekat dengan Anak
(WA/DIN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.