6 Pertolongan Pertama Kejang Demam pada Anak, Catat!
Moms, cari tahu seperti apa pertolongan pertama kejang demam pada anak berikut ini.
Bagi kebanyakan ibu baru, menghadapi bayi yang sakit akan membuat panik dan khawatir berlebih. Apalagi jika Si Kecil demam, nafsu makannya berkurang, bahkan hingga tidak mau menyusui.
Selama setahun pertama, demam akan menjadi tantangan tersendiri.
Selanjutnya, saat anak demam Moms akan terbiasa dan tidak terlalu merasa tegang.
Namun jika kejang demam pada anak atau yang biasa disebut dengan "step" terjadi, Moms harus mempersiapkan diri dan juga harus sigap untuk memberikan pertolongan pertama.
Saat kejang demam pada anak terjadi, kondisinya bisa terlihat mengkhawatirkan.
Hal itu disebabkan oleh lonjakan aktivitas listrik otak yang tiba-tiba dan dapat menyebabkan anak jatuh dan gemetar atau mengejang dengan hebat. Atau, bahkan seorang anak tiba-tiba menjadi tidak responsif selama merasakan step.
Meskipun terdengar menakutkan, American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan bahwa kejang demam pada anak biasanya bukanlah keadaan darurat medis; mayoritas kejang demam pada anak akan berakhir dengan sendirinya dalam waktu normal lima menit.
Kejang demam biasanya terjadi pada anak yang berusia antara 3 bulan sampai 3 tahun.
Selain itu, kejang demam pada anak biasanya akan dialami oleh anak saat merasakan demam yang sangat tinggi, biasanya lebih dari 39 hingga 40 derajat Celcius atau lebih tinggi.
“Sangat traumatis untuk dilihat. Kebanyakan kejang demam pada anak tidak berbahaya,” kata ahli saraf Ajay Gupta, MD, Kepala Bagian Epilepsi Pediatrik di Pusat Epilepsi Klinik Cleveland.
Saat anak mengalami kejang demam, peningkatan suhu badannya saat demam akan terjadi dengan cepat.
Ada dua jenis step saat anak demam, yakni yang bersifat sederhana atau biasa dan kompleks.
Saat anak mengalami step yang kompleks, hal tersebut akan berlangsung lebih lama. Kejang demam pada anak ringan akan berlangsung tidak lama namun lebih sering terjadi.
Baca Juga: Apakah Bayi Demam Boleh Mandi atau Tidak? Ini Kata Ahli!
Penyebab Kejang Demam pada Anak
Kejang demam pada anak umumnya terjadi saat anak sakit, tetapi sering kali terjadi sebelum Moms menyadari bahwa Si Kecil sedang sakit.
Ini bisa saja terjadi karena biasanya terjadi pada hari pertama anak sakit. Ada beberapa penyebab kejang demam pada anak, yakni:
- Risiko kejang demam dapat meningkat setelah beberapa imunisasi, terutama imunisasi MMR. Demam tinggi setelah imunisasi paling sering terjadi 8 sampai 14 hari setelah anak diberikan imunisasi. Demam, bukan vaksinasi, yang menyebabkan kejang.
- Demam yang disebabkan oleh virus atau infeksi bakteri dapat menyebabkan step saat demam. Roseola adalah penyebab paling umum dari step yang terjadi saat demam.
- Faktor risiko lain, seperti memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kejang saat demam, akan menempatkan anak pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal serupa.
- Cacat saraf (seperti cerebral palsy).
- Memiliki keterlambatan dalam perkembangan.
- Kejang yang terjadi hanya pada satu sisi tubuh saja.
- Demam 40 derajat atau yang lebih tinggi.
- Lebih dari satu kali step dalam satu hari atau 24 jam selama merasakan penyakit yang sama.
- Step tanpa demam atau penyakit tertentu.
“Anak-anak tanpa faktor risiko ini kemungkinan besar tidak akan mengembangkan kejang saat demam di kemudian hari,” kata Dr. Ajay.
Baca Juga: Panduan Cara Mengompres Anak Agar Demam Cepat Turun
Gejala Kejang Demam pada Anak
Kejang demam pada anak dapat terjadi ketika banyak sel otak terbakar secara tidak normal pada saat bersamaan. Ini untuk sementara akan mengganggu sinyal listrik normal pada otak.
Aktivitas listrik yang berlebihan dan intens yang membanjiri otak dapat menyebabkan perubahan perilaku, kesadaran, dan gerakan tubuh.
Oleh karena itu, Moms harus memperhatikan gejala kejang demam pada anak yang dapat terjadi secara bervariasi berdasarkan jenisnya. Yakni:
1. Kejang saat Demam yang Sederhana
Kejang pada anak jenis ini biasanya berlangsung kurang dari 2 menit tapi bisa bertahan hingga 15 menit. Biasanya, kondisi kejang pada anak ini hanya akan terjadi sekali dalam periode 24 jam.
Gejala step demam sederhana biasanya seperti: hilang kesadaran, anggota tubuh berkedut atau kejang dan biasanya berpola ritmik, kebingungan atau kelelahan setelah kejang, lengan atau kaki tidak lemah.
2. Kejang Saat Demam yang Kompleks
Kejang saat demam yang kompleks berlangsung selama lebih dari 15 menit.
Kejang demam pada anak berulang dapat terjadi selama 30 menit dan bisa juga terjadi lebih dari sekali selama jangka waktu 24 jam.
Gejala step saat demam yang kompleks adalah: hilang kesadaran, anggota tubuh berkedut atau kejang, kelemahan sementara biasanya di satu lengan atau tungkai.
3. Kejang Berulang
Jika kejang demam pada anak yang sederhana atau kompleks terjadi berulang kali, hal itu dianggap sebagai step demam berulang.
Gejala kejang demam berulang meliputi:
- Suhu tubuh anak untuk kejang pertama mungkin lebih rendah
- Kejang atau step berikutnya sering terjadi dalam waktu satu tahun setelah kejang awal
- Suhu demam mungkin tidak setinggi kejang demam pertama
- Sering demam
Jika step dengan demam berulang sering terjadi, ini memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami epilepsi di kemudian hari dilansir studi dari National Center of Biotechnology and Information.
Baca Juga: 6 Pertolongan Pertama Kejang Demam pada Anak, Catat!
Pertolongan Pertama saat Kejang Demam pada Anak Terjadi
Meskipun kejang saat demam sering kali tidak menyebabkan masalah yang bertahan lama atau berkelanjutan, Moms bisa melakukan pertolongan pertama pada anak saat mengalami kejang. Apa saja itu?
1. Jangan Panik
Ini akan menjadi pertolongan pertama kejang demam pada anak yang paling penting.
Hal ini karena saat panik , Moms biasanya tidak dapat bertindak logis hingga bisa saja malah membahayakan Si Kecil.
Tetap tenang dan berikan pertolongan pertama untuk mencegah anak dari cedera saat kejang.
“Sangat penting untuk tidak panik jika anak Moms mengalami kejang. Sebaliknya, cobalah untuk tetap tenang dan amati anak kita," jelas Dr. Ajay.
2. Pastikan Kondisinya
Jika Moms tidak merasa yakin apakah Si Kecil mengalami step atau tidak, berikan sentuhan ringan dan panggil namanya dengan keras untuk mencoba menarik perhatiannya. Kemudian lihat responsnya.
Jika tidak ada, bisa dipastikan Si Kecil sedang mengalami step dan harus segera diberikan pertolongan pertama.
Sementara itu, tetap temani anak dan dan jangan pernah meninggalkannya sendirian. Moms tidak akan pernah tahu risiko apa yang akan terjadi jika meninggalkannya.
Baca Juga: Panik Tangan dan Kaki Bayi seperti Kejang? Ini Kata Dokter!
3. Pastikan Posisi Anak Aman
Letakkan anak di atas permukaan yang empuk, seperti tempat tidur dan pastikan Si Kecil dapat bernapas dengan cukup.
Kemudian, posisikan dalam keadaan tidur menyamping untuk menghindari tersedak jika kemungkinan Si Kecil akan muntah.
Singkirkan benda-benda yang berpotensi berbahaya selama mengalami kejang seperti furnitur, benda tajam atau benda lainnya.
Jangan coba menggendong atau menahan gerakannya saat kejang. Hal ini dilakukan agar tidak membatasi anak yang sedang kejang demam karena memerlukan ruang yang sedikit lebih luas.
4. Hitung Waktu Step
Lihat jam untuk menghitung waktu berapa lama kejang demam pada anak terjadi.
Ini akan membantu Moms untuk melakukan tindakan selanjutnya, apakah termasuk step yang membahayakan dan harus segera mendapatkan pertolongan medis atau bisa diobati di rumah saja.
Pastikan Moms mencatat atau mengingat waktu saat kejang dimulai dan berapa lama kejang berlangsung. Perhatikan juga apa yang terjadi pada anak saat step berlangsung.
Keterangan Moms tentang kejang demam pada anak penting untuk membantu dokter melakukan evaluasi.
Dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin beberapa tes dasar untuk memastikan bahwa tidak ada selain demam yang memicu kejang.
“Anak harus dinilai untuk menyingkirkan infeksi seperti meningitis, serta masalah metabolisme seperti dehidrasi, kadar glukosa atau natrium yang rendah. Salah satu penyebab kejang ini harus segera diobati,” kata Dr. Ajay.
5. Jangan Memasukkan Sesuatu ke dalam Mulut
Meski terlihat kesakitan, jangan pernah memasukkan apapun ke dalam mulut anak. Ini akan membahayakan dan berpotensi tersedak karena anak bisa bergerak ke sana kemari dengan gerakan yang tidak menentu.
Jangan meletakkan apapun di mulut anak seperti kain lap atau kaus kaki.
Banyak anak mengatupkan gigi saat kejang, ini akan berpotensi melukai anak.
6. Beri Obat
Selama kejang demam pada anak terjadi, bersihkan air liur atau kotoran lain seperti bekas muntahan dengan lembut dari mulut anak dengan kain yang lembut.
Jika terlihat step saat demam berakhir, temui dokter atau UGD.
Minta anak minum obat untuk menurunkan demamnya, seperti ibuprofen jika usianya di atas 6 bulan atau asetaminofen (Tylenol).
Seka kulitnya dengan waslap atau spons dan air bersuhu ruangan untuk mendinginkannya.
“Satu-satunya hal tambahan yang dibutuhkan anak adalah asetaminofen untuk menurunkan demam; hidrasi dengan air, sup atau es loli; dan TLC,” terang Dr. Ajay.
Baca Juga: Kopi untuk Anak Kejang, Mitos Atau Fakta, Ya?
Waspadai Kondisi Darurat Kejang Demam pada Anak
Sebagian besar kejang demam pada anak tidak menghasilkan efek yang bertahan lama.
Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kerusakan otak, cacat intelektual atau ketidakmampuan belajar, dan itu tidak berarti anak Moms memiliki kelainan mendasar yang lebih serius.
Kejang demam dipicu oleh kejang dan tidak menunjukkan epilepsi.
Epilepsi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kejang berulang tanpa sebab yang disebabkan oleh sinyal listrik abnormal di otak.
Jika Moms telah melakukan pertolongan pertama untuk kejang demam pada anak, Moms harus tetap memantau perkembangan kondisinya.
Waspadai jika Moms melihat tanda-tanda ini dan segera hubungi nomer telepon petugas kesehatan darurat.
- Jika itu adalah pertama kalinya anak mengalami kejang.
- Kejang demam pada anak berlangsung lebih dari 5 menit atau anak sulit atau bahkan tidak bisa bernapas .
- Leher kaku.
- Muntah-muntah.
- Rasa mengantuk yang parah.
- Anak mengalami step berulang dan tidak kembali normal selama di antaranya.
- Anak tidak bangun setelah kejang.
- Anak terluka saat kejang.
- Jika kejang terjadi di dalam air.
- Jika anak menderita diabetes atau kondisi medis yang mengancam nyawa.
“Anak kita biasanya akan kembali ke aktivitas normal segera setelah kejang berakhir tanpa komplikasi lebih lanjut,” jelas Susan Matesanz, MD, ahli saraf pediatrik yang saat ini menjalani tahun terakhir residensi di Rumah Sakit Anak Philadelphia yang juga anggota American Academy of Pediatrics Section on Neurology.
Susan menjelaskan, anak harus selalu diperiksa oleh dokter untuk menentukan apa yang menyebabkan kejang demam pada anak seperti demam tinggi, misalnya, ataukah adanya masalah medis atau kondisi neurologis lain seperti epilepsi.
“Dokter dapat membantu kita mengobati penyebab yang mendasari yang diidentifikasi, dan dapat membantu membuat rencana tindakan kejang lanjutan jika anak mengalami kejang lagi,” jelasnya.
Dilansir CHOC Children setelah step, Moms mungkin melihat anak terlihat lelah, mengantuk atau mudah tersinggung. Tapi anak harus kembali ke dirinya yang biasa dalam beberapa jam dan terus pulih ke keadaan normalnya.
Baca Juga: Berapa Suhu Normal Anak dan Kapan Dikatakan Demam?
Mencegah Kejang Demam pada Anak
Kebanyakan kejang demam pada anak terjadi dalam beberapa jam pertama demam, selama kenaikan awal suhu tubuh.
Untuk mencegahnya, Moms bisa melakukan beberapa hal di bawah ini.
1. Memberikan obat pada Anak
Memberi anak asetaminofen bayi atau anak atau ibuprofen (Motrin Bayi, Motrin Anak, lainnya) pada awal demam dapat membuat anak Moms merasa lebih nyaman, tetapi tidak akan mencegah kejang .
Berhati-hatilah saat memberikan aspirin kepada anak-anak atau remaja.
Meskipun aspirin disetujui untuk digunakan pada anak-anak yang lebih tua dari usia 3 tahun, anak-anak dan remaja yang sembuh dari cacar air atau gejala mirip flu tidak boleh mengonsumsi aspirin.
Ini karena aspirin telah dikaitkan dengan sindrom Reye, kondisi langka namun berpotensi mengancam nyawa, pada anak-anak tersebut.
Baca Juga: 11+ Obat Epilepsi di Apotek untuk Kendalikan Gejala Kejang
2. Lakukan Kompres Hangat
Menggunakan kompres hangat adalah salah satu metode yang sering direkomendasikan untuk membantu menurunkan demam pada anak-anak, yang secara tidak langsung dapat membantu mencegah kejang demam.
Kejang demam biasanya terjadi ketika suhu tubuh anak naik dengan cepat atau sangat tinggi.
Kompres hangat membantu menurunkan suhu tubuh anak secara perlahan dan lembut.
Metode ini bekerja dengan memindahkan panas dari tubuh anak ke handuk atau kain yang hangat, yang kemudian merilis panas ke udara.
Kompres hangat lebih aman dibandingkan dengan kompres dingin, yang bisa menyebabkan tubuh anak bereaksi dengan cara meningkatkan suhu tubuh sebagai respons terhadap dingin yang ekstrem.
Kompres hangat memberikan sensasi yang menenangkan dan dapat membuat anak merasa lebih nyaman selama demam.
Dengan menurunkan suhu tubuh secara bertahap dan terkontrol, kompres hangat dapat membantu mencegah kejang demam yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba dan tinggi.
Menggunakan kompres hangat sebagai bagian dari strategi manajemen demam bisa sangat membantu, tetapi harus dilakukan dengan benar dan di bawah pengawasan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya dalam mencegah kejang demam.
3. Mengawasi Suhu Tubuh Anak
Mengawasi suhu tubuh anak secara rutin dan tepat adalah langkah penting dalam mencegah kejang demam, khususnya pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang atau yang berisiko tinggi mengalaminya.
Kejang demam biasanya terjadi ketika suhu tubuh anak naik secara tiba-tiba dan mencapai tingkat yang tinggi, seringkali karena infeksi atau penyakit lain.
Memantau suhu tubuh membantu dalam mengelola demam secara efektif.
Orang tua bisa lebih tepat dalam memberikan obat penurun demam pada waktu yang tepat atau menggunakan metode fisik seperti kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
Cara mengawasi suhu tubuh anak:
- Penggunaan Termometer
Gunakan termometer digital yang akurat untuk mengukur suhu tubuh.
Tempatkan termometer di bawah lengan, di mulut, atau di rektum untuk mendapatkan pembacaan yang akurat.
- Frekuensi Pengukuran
Ukur suhu tubuh anak secara teratur, terutama jika mereka terlihat tidak nyaman atau jika Moms merasa mereka mungkin demam.
Frekuensi pengukuran bisa meningkat ketika anak sakit, misalnya setiap dua hingga empat jam sekali.
- Catat Suhu
Mencatat suhu yang diukur dapat membantu melacak pola demam dan efektivitas pengobatan.
Ini juga informasi berharga yang bisa dibagikan dengan dokter jika kondisi anak tidak membaik.
4. Obat Pencegahan yang Diresepkan
Jarang, resep obat antikonvulsan digunakan untuk mencoba mencegah kejang demam pada anak. Namun, obat-obatan ini dapat memiliki efek samping yang serius yang mungkin lebih besar daripada manfaatnya.
Diazepam rektal (Diastat) atau midazolam hidung mungkin diresepkan untuk digunakan sesuai kebutuhan pada anak-anak yang rentan terhadap kejang demam yang lama.
Obat-obatan ini biasanya digunakan untuk mengobati kejang yang berlangsung lebih dari lima menit atau jika anak mengalami lebih dari satu kali kejang dalam waktu 24 jam.
Mereka biasanya tidak digunakan untuk mencegah kejang demam.
Itu dia Moms beberapa cara untuk mengatasi kejang demam pada anak.
Memberikan pertolongan pertama pada anak saat mengalami kejang akan memperkecil risiko yang akan terjadi pada Si Kecil. Tetap tenang dan temani terus Si Kecil ya Moms.
- https://www.idai.or.id/
- https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/febrile_convulsions/
- https://health.choc.org/febrile-seizures-and-kids-what-parents-should-know/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2511/
- https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/seizures/Pages/Seizure-First-Aid-for-Children.aspx
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.