Kenali Abses Peritonsil, Nanah di Sekitar Amandel Karena Infeksi
Penting bagi Moms untuk membiasakan diri maupun anak-anak untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Karena mulut bisa saja mengalami masalah, seperti abses peritonsil.
“Abses peritonsil atau peritonsiler abses adalah infeksi tonsil yang berlanjut ke jaringan longgar sekitar tonsil, sampai ke langit-langit mulut yang lunak,” jelas dr. Emma Agustini, Sp. THT-KL, Dokter Spesialis THT (Telinga, Hidung & Tenggorokan), Kepala & Leher RS Pondok Indah – Bintaro Jaya,
Biasanya, abses peritonsil terjadi karena adanya radang tonsil yang berulang.
Perlu Moms ketahui juga bahwa abses peritonsil ini sering kali dialami oleh usia remaja dan dewasa muda, baik wanita maupun pria.
Maka, Moms perlu waspada dan memahami kondisi ini lebih lanjut. Yuk, simak penjelasan dr. Emma Agustini mengenai abses peritonsil, mulai dari gejala hingga cara mengatasinya.
Baca Juga: Tanpa Operasi, Ini 10 Cara Mengobati Amandel pada Anak di Rumah
Gejala Abses Peritonsil
“Gejala abses peritonsil dibagi ke dalam dua fase. Fase awal gejala yang ada adalah tonsilitis atau radang amandel.
Sementara pada fase berat, abses peritonsil dapat menimbulkan keluhan sulit menelan, air liur bertambah banyak, nyeri telinga di sisi yang sakit, dan sulit membuka mulut, serta demam.
Biasanya tonsil membesar di satu sisi,” jelas dr. Emma Agustini.
American Academy of Family Physician juga menjelaskan gejala lain yang mungkin menandakan terjadinya abses peritonsil.
Beberapa gejala abses peritonsil, meliputi:
- Demam
- Odynophagia atau adanya rasa sakit saat menelan
- Sakit tenggorokan parah yang lebih buruk di satu sisi
- Pembengkakan dan peradangan kelenjar getah bening (limfadenitis)
- Rahang dan leher kaku (trismus)
- Suara teredam atau serak
- Nafas tengik atau berbau busuk
Baca Juga: Amandel pada Anak, Ini Berbagai Hal yang Wajib Moms Ketahui!
Penyebab Abses Peritonsil
Lebih lanjut, dr. Emma Agustini menjelaskan bahwa penyebab abses peritonsil adalah adanya bakteri streptococcus pyogenes dan bakteri golongan bacteroidaceae atau bakteri anaerob.
Mengutip WebMD, bakteri streptokokus tersebut dapat menyebabkan infeksi pada jaringan lunak di sekitar amandel (biasanya hanya pada satu sisi).
Jaringan lunak di sekitar amandel itu kemudian diserang oleh anaerob (bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen), yang masuk melalui kelenjar di dekatnya.
Meski sebenarnya abses peritonsil dapat dialami oleh siapa pun, tetapi beberapa kondisi tertentu dapat meningkatkan risikonya.
Berikut faktor risiko yang bisa menyebabkan abses peritonsil:
- Infeksi gigi (seperti infeksi gusi periodontitis dan radang gusi)
- Tonsilitis kronis
- Mononukleosis menular
- Leukemia limfositik kronis (CLL)
- Batu atau endapan kalsium di amandel (tonsilolit)
- Merokok
Baca Juga: 14 Cara Mengatasi Bau Mulut dengan Bahan Alami, Yuk Coba!
Komplikasi Abses Peritonsil
Apabila abses peritonsil tak diatasi dengan tepat, hal ini dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
Sebagian besar komplikasi terjadi pada penderita diabetes, pada orang yang sistem kekebalannya lemah.
Seperti penderita AIDS, penerima transplantasi pada obat penekan kekebalan, atau pasien kanker.
Selain itu komplikasi juga bisa terjadi pada mereka yang tidak menyadari keseriusan penyakit dan tidak mencari pertolongan medis.
Komplikasi utama dari abses peritonsil meliputi:
- Penyumbatan jalan napas
- Perdarahan akibat erosi abses ke pembuluh darah utama
- Dehidrasi karena kesulitan menelan
- Infeksi pada jaringan di bawah tulang dada
- Radang paru-paru
- Meningitis
- Sepsis (bakteri dalam aliran darah)
Baca Juga: Bau Mulut Jadi Salah Satu Tanda Kanker Mulut? Begini Penjelasan Ahli
Diagnosis Abses Peritonsil
Apabila anak-anak atau Moms mengalami salah satu gejala abses peritonsil di atas, sebaiknya segera menghubungi dokter.
Periksalah untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
Melansir Kids' Health, dokter akan memeriksa mulut, tenggorokan, dan leher. Dokter juga dapat melakukan kultur tenggorokan dan tes darah.
Terkadang, dokter mungkin akan melakukan CT scan, ultrasound, atau magnetic resonance imaging (MRI).
Selain mendiagnosis abses peritonsil secara akurat, CT scan dapat mendeteksi potensi gangguan saluran napas dan menunjukkan penyebaran infeksi ke ruang leher dalam yang berdekatan.
MRI lebih unggul daripada CT scan untuk mendefinisikan jaringan lunak.
Oleh karena itu, MRI dinilai lebih baik dalam mendeteksi komplikasi dari infeksi leher dalam, seperti trombosis vena jugularis internal atau erosi abses ke dalam selubung karotis.
Namun, MRI memakan waktu pemindaian yang lebih lama, biaya lebih tinggi, dan berpotensi menyebabkan klaustrofobia
Klaustrofobia merupakan rasa takut berlebihan atau fobia terhadap tempat yang tertutup.
Baca Juga: Mengenal Perbedaan CT Scan dan MRI, Ketahui Risikonya
Cara Mengatasi Abses Peritonsil
“Abses peritonsil harus dikeluarkan melalui tindakan insisi dan drainase. Selain itu juga diberikan antibiotik.
Dokter menyarankan untuk operasi amandel paling cepat satu bulan setelah abses peritonsil sembuh,” terang dr. Emma Agustini.
Perawatan tersebut dilakukan agar dokter dapat mengeringkan abses peritonsil.
Dokter akan melakukannya dengan cara mengeluarkan nanah pada abses peritonsil menggunakan jarum (disebut aspirasi) atau membuat sayatan kecil pada abses menggunakan pisau bedah agar nanah dapat keluar.
Jika cara ini tidak berhasil, amandel pasien mungkin harus diangkat dengan prosedur operasi yang disebut tonsilektomi.
Hal ini biasanya berlaku untuk orang yang pernah mengalami tonsilitis banyak atau sudah pernah mengalami abses peritonsil sebelumnya.
Jika sulit makan atau minum, pasien mungkin memerlukan cairan IV (intravena yang diberikan ke pembuluh darah) untuk hidrasi.
Seorang dokter juga akan meresepkan obat penghilang rasa sakit dan antibiotik.
Pemberian antibiotik mencakup antimikroba yang efektif melawan bakteri streptokokus dan anaerob oral.
Dikutip dari jurnal National Center for Biotechnology Information, antibiotik empiris yang umum digunakan adalah penisilin seperti ampisilin atau amoksisilin, yang dikombinasikan dengan metronidazol atau klindamisin.
Perlu Moms ingat bahwa, jika dokter meresepkan antibiotik, selalu minum dan habiskan seluruh obat sesuai resep.
Bahkan meski Moms telah merasa lebih baik setelah beberapa hari.
Jika tidak mengonsumsi antibiotik sesuai aturan dokter, infeksi bisa saja kembali dan pengobatan perlu dilakukan dengan cara lain.
Orang yang menjalani operasi amandel mungkin memerlukan rawat inap singkat di rumah sakit.
Dengan begitu, dokter dapat mengawasi mereka untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.
Jika abses peritonsil mulai kembali, Moms mungkin memerlukan antibiotik lain atau drainase lebih lanjut.
Selain itu, bila Moms mengalami pendarahan yang berlebihan atau kesulitan bernapas dan menelan, segera dapatkan bantuan medis.
Moms tidak bisa mengatasinya dengan perawatan rumahan apa pun. Sebaiknya konsultasikan seluruh gejala serta jenis pengobatan abses peritonsil pada dokter hingga benar-benar sembuh.
Baca Juga: 5 Perbedaan Radang Amandel dengan Radang Tenggorokan, Jangan Bingung Lagi!
Pencegahan Abses Peritonsil
Lalu, adakah cara atau tindakan yang bisa mencegah terjadinya abses peritonsil? Tentu saja ada, Moms!
Salah satu caranya adalah tidak merokok karena gaya hidup seperti ini bisa meningkatkan risikonya.
Selain itu, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut. Namun terkadang, kondisi ini terjadi di luar kendali.
Jadi, jika Moms merasa gejala abses peritonsil, segera hubungi dokter. Semakin dini dokter mendiagnosisnya, akan semakin mudah juga pengobatannya.
- https://www.webmd.com/oral-health/guide/peritonsillar-abcess
- https://www.aafp.org/afp/2017/0415/p501.html
- https://kidshealth.org/en/teens/peritonsillar-abscess.html
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519520/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.