Acetylsistein: Manfaat, Dosis, dan Efek Samping Penggunaan
Acetylsistein adalah obat resep, yang hadir dalam tiga bentuk, yaitu larutan inhalasi, larutan injeksi, dan tablet effervescent oral.
Solusi inhalasi acetylsistein hanya tersedia sebagai obat generik, yang biasanya lebih murah daripada obat bermerek.
Cara mengonsumsinya dengan dihirup menggunakan nebulizer, yaitu mesin yang mengubah obat menjadi kabut.
Inhalasi acetylsistein dapat digunakan sebagai bagian dari terapi kombinasi, yang dapat dikonsumsi bersamaan dengan jenis obat lain.
Namun, jangan mencampur acetylsistein dengan obat lain dalam nebulizer.
Sejauh ini, belum ada studi yang membuktikan keefektivitasannya.
Simak serba-serbi terkait dengan penggunaan acetylsistein di bawah ini!
Baca Juga: Neozep Forte untuk Obat Flu, Ini Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Cara Tepat Menggunakan Acetylsistein
Foto: halodoc.com
Acetylsistein hadir dalam bentuk cair dan larutan pekat untuk dihirup melalui mulut menggunakan nebulizer.
Nebulizer biasanya digunakan 3 hingga 4 kali sehari.
Ketika diberikan dengan metode lain, acetylsistein harus digunakan sesuai petunjuk.
Untuk memaksimalkan keefektivitasannya, obat ini harus digunakan di waktu yang setiap hari.
Untuk penggunaan obat ini, sebaiknya ikuti petunjuk dan saran dari dokter atau Moms dapat membaca pada resep.
Jangan menggunakan obat ini melebihi dari dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Jika ingin mencampurkan dengan obat lain sebaiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu.
Cara penggunaan larutan obat ini dengan dicampur dengan air infus atau air steril dan digunakan dalam waktu satu jam.
Obat ini mengeluarkan sedikit aroma yang tidak enak saat digunakan, akan tetapi tidak akan berangsur lama.
Dalam botol acetylsistein yang sudah terbuka, akan ada perubahan warna menjadi ungu muda.
Akan tetapi, perubahan warna tersebut tidak akan mempengaruhi keefektivitasan obat saat digunakan.
Baca Juga: Anak Sesak, Bolehkah Menggunakan Nebulizer di Rumah?
Anjuran Penggunaan yang Disarankan
Penggunaan acetylsistein hanya dianjurkan dengan nebulizer yang terbuat dari plastik atau kaca.
Acetylsistein sebaiknya tidak digunakan secara rutin.
Konsultasikan dengan dokter atau apoteker tentang cara penggunaan nebulizer yang tepat.
Nebulizer harus tetap steril.
Bersihkan segera setelah setiap penggunaan.
Jika nebulizer tidak dibersihkan, cepat atau lambat alat tersebut akan tersumbat dan mengganggu keefektivitasan obat.
Acetylsistein digunakan membantu mengencerkan lendir kental yang terbentuk di saluran udara.
Beberapa penyakit yang dapat diatasi menggunakan obat ini, seperti:
- Bronkitis
Iritasi atau peradangan pada saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk.
- Radang Paru-Paru
Peradangan pada rongga udara di bagian dalam paru-paru yang ditandai dengan batuk dan sesak napas.
- Emfisema
Penyakit paru-paru yang disebabkan oleh zat kotor dan beracun dari udara, seperti terpapar asap rokok atau polusi udara.
- Asma
Peradangan pada saluran pernapasan, yang memicu sesak napas dan batuk.
- Cystic Fibrosis
Salah satu gangguan penyakit genetik yang merusak paru-paru dan sistem pencernaan.
- Tuberkulosis
Penyakit bakteri menular yang ditandai dengan batuk disertai demam.
Penderita terkadang mengeluarkan bercak darah saat batuk.
Baca juga: Mengenal Micardis (Obat Darah Tinggi): Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya
Dosis Penggunaan Acetylsistein
Dosis penggunaan harus disesuaikan dengan anjuran dokter dan label pada kemasan obat.
Dosis juga ditentukan berdasarkan usia, berat badan, dan kondisi keparahan penyakit pada penderita.
Berikut ini dosis umum penggunaan acetylsistein:
Untuk mengencerkan lendir di saluran pernapasan
Dewasa berusia 18 tahun ke atas:
Dosis umum yang dianjurkan sebanyak 3-5 mililiter, dengan kadar 20 persen kandungan obat.
Dosis lainnya adalah 6-10 mililiter, dengan kadar 10 persen kandungan obat.
Kedua dosis tersebut dapat dikonsumsi 3-4 kali sehari.
Dosis lain dapat berkisar dari 1-10 mililiter dengan kadar 20 persen kandungan obat atau 2-20 mililiter dengan kadar 10 persen obat.
Dosis tersebut dapat dikonsumsi setiap 2-6 jam sekali.
Anak berusia 0-17 tahun:
Belum ada studi mengenai obat ini untuk digunakan pada anak yang berusia di bawah 18 tahun.
Namun, sebaiknya tetap konsultasikan dengan dokter atau apoteker dosis yang tepat untuk anak di bawah 18 tahun.
Baca Juga: Mengenal Obat Thyrozol untuk Atasi Hipertiroid, Cek Fungsi, Dosis, dan Efek Sampingnya di Sini
Efek Samping Penggunaan Obat
Foto: Orami Photo Stock
Jika digunakan sesuai dosis yang dianjurkan, obat ini jarang menimbulkan efek samping.
Berikut ini beberapa efek samping yang umum terjadi setelah penggunaan obat ini, meliputi:
- Peningkatan frekuensi batuk, karena obat bekerja dengan mengencerkan lendir pada saluran pernapasan
- Sariawan
- Mual
- Muntah
- Demam
- Pilek
- Sifat lekat
- Sesak dada
- Mengi
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung mereda atau justru semakin memburuk.
Baca Juga: Bayi Mengalami Mengi, Bagaimana Mengatasinya?
Efek Samping Serius
Hubungi dokter jika mengalami gejala efek samping yang serius dan terasa mengancam jiwa.
Salah satu efek samping serius yang bisa saja terjadi adalah bronkospasme.
Gejalanya meliputi mengi, rasa sesak di dada, dan kesulitan bernapas.
Selalu diskusikan kemungkinan efek samping yang akan terjadi dengan dokter atau apoteker yang mengetahui riwayat kesehatan Moms, ya!
- https://www.rxlist.com/consumer_acetylcysteine_mucomyst/drugs-condition.htm
- https://www.webmd.com/drugs/2/drug-8938/acetylcysteine/details
- https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a615021.html
- https://www.healthline.com/health/drugs/acetylcysteine-inhalation-solution
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.