Antibiotik untuk Radang Tenggorokan, Apakah Pasti Diperlukan?
Apakah Moms sedang mencari antibiotik untuk radang tenggorokan dan batuk?
Awas, tidak setiap kasus radang tenggorokan dan batuk butuh antibiotik, lho, Moms!
Alih-alih sembuh, penggunaan antibiotik sembarangan malah bisa menyebabkan resistensi antibiotik.
Resistensi antibiotik adalah ketika penyakit akibat infeksi bakteri tak bisa lagi diobati dengan antibiotik berdosis rendah.
Agar tak mengalami kondisi tersebut, simak fakta tentang antibiotik untuk radang tenggorokan dan batuk di bawah ini, ya!
Baca Juga: Mengatasi Radang Tenggorokan Saat Hamil
Pengertian Radang Tenggorokan
Sebelum mengetahui apa saja antibiotik untuk radang tenggorokan dan batuk, Moms perlu tahu pengertian dari kondisi radang tenggorokan.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Public Library of Science, radang tenggorokan adalah rasa sakit, kering, atau gatal di tenggorokan.
Sensasi nyeri di tenggorokan adalah salah satu gejala yang paling umum dari kondisi ini.
Kebanyakan kasus radang tenggorokan disebabkan oleh infeksi virus.
Namun, ada pula beberapa kejadian radang tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Terlepas dari itu, radang tenggorokan akibat kondisi apa pun tetap bisa menyebabkan rasa tidak nyaman ketika menelan.
Gejala tersebut juga umumnya disertai keluhan lain, seperti tidak nafsu makan, pusing, hingga demam.
Baca Juga: 15 Obat Alami Sakit Tenggorokan dan Radang Tenggorokan untuk Anak dan Dewasa!
Jenis-Jenis Radang Tenggorokan
Radang tenggorokan dibagi menjadi beberapa jenis. Pembagian tersebut berdasarkan area tenggorokan yang terkena peradangan.
Berikut ini beberapa jenis dari radang tenggorokan:
1. Faringitis
Faringitis adalah peradangan pada faring, yang berada di bagian belakang tenggorokan.
Kondisi inilah yang paling sering disebut sebagai "sakit tenggorokan".
Faringitis juga dapat menyebabkan rasa gatal di tenggorokan dan kesulitan menelan.
2. Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan amandel, yaitu dua bantalan jaringan berbentuk oval di bagian belakang tenggorokan.
Tanda dan gejala tonsilitis adalah amandel yang membengkak, sakit tenggorokan, dan kesulitan menelan.
Moms juga mungkin akan mendapati kelenjar getah bening yang teraba lunak di sisi leher.
3. Laringitis
Laringitis adalah peradangan pada kotak suara (laring) akibat penggunaan berlebihan, iritasi, atau infeksi.
Di dalam laring terdapat pita suara atau dua lipatan selaput lendir yang menutupi otot dan tulang rawan.
Biasanya, pita suara membuka dan menutup dengan mulus, membentuk suara melalui gerakan dan getarannya.
Ketika bagian tersebut meradang, mungkin Moms akan kesulitan untuk mengeluarkan suara.
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Radang Tenggorokan pada Balita
Gejala Radang Tenggorokan
Gejala radang tenggorokan bisa berbeda-beda, tergantung penyebabnya.
Radang tenggorokan bisa menyebabkan sensasi gatal, seperti terbakar, lecet, kering, perih, dan menyakitkan, di area tenggorokan.
Ketika mengalami radang tenggorokan, Moms akan merasa kesakitan ketika menelan atau berbicara.
Tenggorokan atau amandel Moms juga mungkin akan terlihat merah.
Selain itu, bercak putih berupa nanah juga terkadang akan terbentuk di area amandel.
Bercak putih ini lebih sering terjadi pada radang tenggorokan akibat infeksi bakteri daripada akibat infeksi virus.
Seiring dengan radang tenggorokan, Moms bisa mengalami gejala hidung tersumbat, pilek, bersin, batuk, demam, dan panas dingin.
Selain itu, Moms juga mungkin mengalami kelenjar di leher membengkak, suara parau, pegal-pegal, sakit kepala, kesulitan menelan, dan kehilangan nafsu makan
Baca Juga: Apa Tindakan Pertama Saat Anak Radang Tenggorokan?
Penyebab Radang Tenggorokan
Penyebab radang tenggorokan berkisar dari infeksi bakteri, virus, atau cedera.
Nah, untuk tahu lebih lanjut tentang penyebab radang tenggorokan, simak penjelasan di bawah ini, ya, Moms!
1. Pilek, Flu, dan Infeksi Virus Lainnya
Berdasarkan jurnal Canadian Family Physician, virus menyebabkan sekitar 90% radang tenggorokan.
Beberapa virus yang menyebabkan radang tenggorokan, yaitu influenza, mononucleosis, campak, cacar air, dan gondongan.
2. Radang Tenggorokan dan Infeksi Bakteri Lainnya
Infeksi bakteri juga bisa menyebabkan radang tenggorokan.
Kondisi tersebut umumnya disebabkan oleh bakteri Streptococcus grup A.
Terdapat temuan yang menyebut, infeksi bakteri menyebabkan hampir 40% kasus radang tenggorokan pada anak-anak.
Pada kondisi ini, antibiotik barulah diperlukan.
Namun, untuk menentukan jenis dan dosis antibiotik yang paling sesuai, Moms mesti berobat ke dokter.
Jangan sekali-sekali mengonsumsi antibiotik sembarangan atau tanpa pengawasan ketat dari dokter, ya!
Baca Juga: Apa Obat Antibiotik yang Aman untuk Ibu Hamil?
3. Alergi
Ketika sistem kekebalan bereaksi terhadap pemicu alergi, tubuh akan melepaskan bahan kimia.
Hal tersebut menyebabkan munculnya gejala, seperti hidung tersumbat, mata berair, bersin, dan iritasi tenggorokan.
Lendir berlebih di hidung bisa menetes ke bagian belakang tenggorokan. Ini disebut tetesan post nasal dan dapat mengiritasi tenggorokan.
4. Udara Kering
Udara kering dapat menyedot kelembapan dari mulut dan tenggorokan, serta membuatnya terasa kering dan gatal.
Udara kemungkinan besar kering pada bulan-bulan musim dingin di negara empat musim.
Hal ini disebabkan oleh penghangat ruangan atau heater yang bekerja terus-menerus tanpa henti.
Baca Juga: 15 Makanan Penyebab Radang Tenggorokan, Hindari Ya Moms!
5. Asap, Bahan Kimia, dan Iritan Lainnya
Banyak bahan kimia dan zat lain di lingkungan yang mengiritasi tenggorokan, yakni rokok dan produk tembakau lain, polusi udara, produk pembersih, serta bahan kimia.
Nature Public Health Emergency Collection menyebut, setelah peristiwa 9/11 di Amerika Serikat, lebih dari 62% petugas pemadam kebakaran yang menangani peristiwa mengeluhkan radang tenggorokan.
Dari jumlah tersebut, hanya 3,2% yang pernah mengalami radang tenggorokan sebelum bencana World Trade Center.
Sisanya mengalami radang tenggorokan karena peristiwa tersebut.
Kejadian itu mungkin diakibatkan oleh paparan bahan kimia berbahaya yang melayang di udara setelah kejadian.
6. Cedera
Cedera apa pun, seperti terbentur atau teriris di leher, bisa menyebabkan sakit di tenggorokan.
Makanan yang tersangkut di tenggorokan juga bisa membuatnya iritasi.
Penggunaan berulang kali membebani pita suara dan otot di tenggorokan.
Moms bisa mengalami radang tenggorokan setelah berteriak, berbicara dengan keras, atau bernyanyi dalam jangka waktu yang lama.
Radang tenggorokan adalah keluhan umum di kalangan instruktur dan guru fitnes, yang sering harus berteriak.
Baca Juga: 15 Makanan Penyebab Radang Tenggorokan, Hindari Ya Moms!
7. Penyakit Gastroesophageal Reflux (GERD)
Penyakit gastroesophageal reflux (GERD) adalah suatu kondisi ketika asam dari lambung kembali ke kerongkongan, yaitu saluran yang membawa makanan dari mulut ke perut.
Asam tersebut mengiritasi kerongkongan dan tenggorokan, juga menyebabkan gejala seperti mulas, sakit perut, hingga tenggorokan nyeri.
Pada beberapa kasus, GERD juga bisa menyebabkan bau mulut (halitosis), lho!
8. Tumor Tenggorokan
Tumor tenggorokan, kotak suara, atau lidah adalah penyebab radang tenggorokan yang kurang umum.
Ketika radang tenggorokan adalah tanda kanker, gejalanya tidak akan hilang meski telah diobati.
Segera berobat ke dokter apabila radang tenggorokan tak kunjung membaik setelah diobati selama 1 minggu, ya, Moms!
Baca Juga: 13 Makanan Pemicu Kanker yang Harus Dibatasi
Berapa Lama Radang Tenggorokan Sembuh?
Lamanya radang tenggorokan yang dialami bisa berbeda-beda, tergantung riwayat kesehatan dan penyebab yang mendasari.
Dikutip dari British Medical Journal, radang tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi virus biasanya sembuh dalam 2 hingga 7 hari.
Biasanya, tidak diperlukan perawatan medis khusus jika penyakitnya disebabkan oleh infeksi virus.
Artinya, Moms tidak perlu sampai mengonsumsi antibiotik hanya untuk mengobati radang tenggorokan akibat infeksi virus.
Dalam kasus tersebut, Moms hanya perlu beristirahat, mengonsumsi makanan sehat, dan memperbanyak minum air putih.
Namun, lain halnya dengan radang tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pada kasus radang tenggorokan akibat infeksi bakteri, Moms mungkin membutuhkan konsumsi antibiotik dari dokter.
Nah, antibiotik tersebut wajib dikonsumsi berdasarkan saran dan resep dari dokter.
Hindari menggandakan atau mengubah dosis sesuka hati, tanpa berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter.
Ingat, Moms, antibiotik hanya untuk radang tenggorokan akibat infeksi bakteri. Dan, obat tersebut wajib dikonsumsi berdasarkan saran dan resep dokter.
Lantas, bagaimana dengan tanda radang tenggorokan akan sembuh?
Hal tersebut bisa diketahui di saat Moms sudah tidak lagi merasa sakit atau nyeri ketika menelan makanan maupun minuman.
Selain itu, tubuh Moms juga mulai terasa bugar, nafsu makan kembali, serta tak lagi pusing atau demam.
Baca Juga: Long Covid: Pengertian, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Pengobatan Rumahan untuk Radang Tenggorokan
Tidak semua kasus radang tenggorokan, termasuk batuk dan pilek, memerlukan antibiotik agar bisa sembuh.
Ingat, Moms, antibiotik hanya untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri.
Sementara itu, radang tenggorokan, batuk, dan pilek umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
Karenanya, akan lebih baik jika Moms tidak terlalu mengandalkan antibiotik untuk pengobatan radang tenggorokan.
Bahkan, dalam beberapa kasus radang tenggorokan ringan, Moms dapat mengobatinya dengan cara rumahan.
Apa saja cara yang termasuk? Berikut ini beberapa di antaranya:
- Cukup istirahat dan mengonsumsi makanan sehat.
- Menghindari gorengan atau makanan yang terlalu pedas.
- Berkumur dengan campuran air hangat dan 1/2 hingga 1 sendok teh garam.
- Mengonsumsi minuman hangat yang terasa menenangkan tenggorokan, seperti teh panas dengan madu, kaldu sup, atau air hangat dengan lemon.
- Dinginkan tenggorokan Moms dengan mengonsumsi makanan dingin, seperti es loli atau es krim.
- Mengisap permen.
- Nyalakan humidifier untuk menambah kelembapan udara di dalam ruangan.
Selain yang telah disebutkan, Moms juga sebaiknya hindari bersuara keras atau berteriak sampai tenggorokan terasa lebih baik, ya!
Baca Juga: 7 Teh Terbaik untuk Mengatasi Radang Tenggorokan
Antibiotik untuk Radang Tenggorokan dan Batuk
Penggunaan antibiotik untuk radang tenggorokan dan batuk hanya boleh dilakukan apabila penyakit disebabkan oleh infeksi bakteri.
Menurut jurnal yang dipublikasikan di Cochrane Library, antibiotik hanya mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Dengan kata lain, golongan obat tersebut tidak akan mengobati penyakit apa pun yang terjadi akibat infeksi virus.
Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), antibiotik untuk radang tenggorokan akan diresepkan dokter jika benar bahwa penyakitnya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Inilah beberapa fungsi antibiotik untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri:
- Meringankan radang tenggorokan dan gejala lain yang disebabkan oleh infeksi bakteri
- Mempercepat penyembuhan
- Mengurangi kemungkinan penyebaran penyakit ke orang lain
- Membantu mencegah komplikasi, seperti infeksi sinus dan amandel, serta hal-hal yang lebih serius
Baca Juga: 5 Buah untuk Bantu Redakan Radang Tenggorokan yang Bisa Dicoba
Dokter paling sering meresepkan penisilin atau amoksisilin (Amoxil) untuk mengobati radang tenggorokan akibat infeksi bakteri.
Jenis antibiotik tersebut banyak dipilih, karena lebih aman, murah, dan bekerja dengan baik pada bakteri Streptococcus.
Perlu Moms ketahui, jenis bakteri tersebut adalah yang paling sering menjadi penyebab radang tenggorokan.
Namun, jika Moms alergi terhadap penisilin, dokter mungkin akan menggunakan salah satu dari antibiotik untuk radang tenggorokan di bawah ini:
- Azitromisin (Zithromax, Zmax, Z-Pak)
- Cephalosporin, termasuk cefixime (Suprax), cefuroxime (Ceftin), dan cephalexin (Keflex)
- Klaritromisin (Biaxin)
- Klindamisin (Cleocin)
Biasanya, antibiotik yang diberikan harus dikonsumsi selama sekitar 10 hari.
Penting untuk mengonsumsi antibiotik untuk radang tenggorokan hingga habis, bahkan jika gejalanya sudah mulai membaik.
Menghentikan konsumsi antibiotik untuk radang tenggorokan sebelum waktunya dapat membuat beberapa bakteri tetap hidup.
Hal tersebut bisa membuat Moms sakit lagi dalam beberapa hari.
Baca Juga: 11 Obat Sakit Kepala Alami, Yuk Coba Moms!
Pastikan untuk selalu ingat bahwa penggunaan antibiotik untuk sariawan di tenggorokan, termasuk radang dan batuk, wajib berdasarkan resep dari dokter.
Jika dokter mengatakan bahwa Moms tidak memerlukan antibiotik untuk radang tenggorokan, maka jangan meminta diresepkan obat tersebut.
Ini karena penggunaan antibiotik untuk radang tenggorokan dan batuk secara sembarangan akan menyebabkan resistensi antibiotik.
Dilansir dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), resistensi antibiotik dapat mengancam kemampuan tubuh untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri.
Resistensi antibiotik bahkan terbukti membuat penyakit, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan sejenisnya menjadi lebih sulit diobati.
Jadi, jangan sembarangan mengonsumsi antibiotik, ya, Moms. Wajib berdasarkan resep dan saran dari dokter!
Baca Juga: 6 Fakta Seputar Antibiotik, Sudah Tahu?
Gejala Serius yang Perlu Diwaspadai
Segera berobat ke dokter jika Moms mengalami gejala yang berpotensi lebih serius, seperti berikut.
- Radang tenggorokan terasa sangat parah
- Kesulitan atau tidak bisa menelan
- Kesulitan atau terasa nyeri saat bernapas
- Kesulitan membuka mulut
- Sendi terasa sakit
- Demam tinggi hingga lebih dari 38 derajat Celcius
- Leher yang nyeri atau kaku
- Sakit atau berdenging di telinga
- Terdapat di dalam air liur atau dahak
- Radang tenggorokan yang berlangsung selama lebih dari seminggu
Jangan anggap sepele tanda-tanda tersebut, ya, Moms. Lebih baik segera periksa ke dokter agar bisa segera ditangani sebelum muncul komplikasi.
Baca Juga: Ketahui Perbedaan Radang Tenggorokan dan Infeksi Tenggorokan
Demikian serba-serbi penggunaan antibiotik untuk radang tenggorokan, termasuk batuk dan sariawan.
Setelah mengetahui fakta tersebut, diharapkan Moms tidak lagi mengonsumsi antibiotik sembarangan.
Pastikan hanya mengonsumsi antibiotik untuk radang tenggorokan dan penyakit lain berdasarkan resep dokter, ya, Moms!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4219770/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3135445/
- https://pediatrics.aappublications.org/content/126/3/e557
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3439613/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC200788/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3898587/
- https://www.cochrane.org/CD000023/ARI_antibiotics-people-sore-throats
- https://www.cdc.gov/groupastrep/diseases-hcp/strep-throat.html
- https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.