Bersikap Apatis Tanda Depresi? Pahami Cara Mengatasinya!
Sikap apatis didefinisikan sebagai ketidakpedulian atau hilangnya minat terhadap situasi sosial dan emosional.
Menurut News Medical Life Science, seseorang dapat dikatakan apatis jika mereka menunjukkan kurangnya perasaan, minat, dan perhatian khusus tentang situasi tertentu atau kehidupan secara umum.
Perlu Moms ketahui bahwa meskipun banyak orang mungkin memiliki periode apatis yang singkat di beberapa titik dalam hidup mereka (yaitu mengabaikan kekecewaan, atau perasaan "tidak dapat diganggu"), sikap apatis dalam pengertian medis dianggap sebagai sindrom jangka panjang.
Sikap ini juga biasanya dikaitkan dengan kondisi mental atau gangguan tertentu.
Walau demikian, apatis tidak sama dengan depresi, namun, dapat termasuk bagian dari gangguan depresi atau terkait dengan penurunan kognitif.
Mengutip laman Parkinson’s Foundation, depresi biasanya menimbulkan perasaan tidak berharga atau bersalah.
Sementara orang dengan sikap apatis tidak akan merasakan suasana hati atau memiliki kondisi emosional yang datar.
Baca Juga: 8 Jenis Gangguan Kesehatan Mental yang Perlu Kita Kenal
Jenis-Jenis Apatis
Selama ini, Moms mungkin berpikir bahwa apatis hanya memiliki satu definisi secara umum. Padahal, apatis memiliki beberapa jenis yang berbeda.
Dalam sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, para peneliti mengidentifikasi dan mendeskripsikan subtipe apatis yang berbeda, di antaranya:
- Apatis emosional, ditandai dengan kurangnya emosi positif dan negatif.
- Sikap apatis, ditandai dengan kurangnya perilaku yang dimulai dari diri sendiri.
- Apatisme umum, ditandai dengan motivasi yang kurang, respons emosional yang buruk, dan kurangnya keterlibatan sosial.
Dua bentuk sikap apatis lain yang mungkin juga dialami seseorang, yaitu:
- Apatis pengamat
Jenis ini terkait dengan efek pengamat, sebuah fenomena di mana orang menyaksikan orang lain yang membutuhkan bantuan.
Namun, tidak melakukan apa pun untuk campur tangan atau menawarkan bantuan.
Ada banyak alasan mengapa orang tidak mengambil tindakan dalam situasi ini, termasuk ketidakpedulian atau sikap apatis terhadap penderitaan orang lain.
- Kelelahan karena belas kasih
Kadang-kadang orang pada awalnya peduli, tetapi menjadi kewalahan atau kelelahan secara fisik dan emosional.
Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan untuk merasakan kasih sayang atau empati terhadap orang lain.
Baca Juga: 5 Manfaat Asparagus Bagi Anak, Baik untuk Kesehatan Mental!
Tanda atau Contoh Sikap Apatis
Moms perlu mengetahui apa saja yang menjadi tanda seseorang mengalami sikap apatis, hal tersebut meliputi:
- Tidak adanya emosi, perasaan, perhatian atau gairah.
- Kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari.
- Perasaan acuh tak acuh.
- Kurangnya minat dalam aktivitas.
- Mengurangi partisipasi dalam aktivitas.
- Tidak emosional dalam menanggapi peristiwa positif dan negatif.
- Kurangnya motivasi untuk melakukan atau menyelesaikan apa pun.
- Kelesuan dan tingkat energi yang rendah atau kepasifan.
Apatis mungkin sering merupakan gejala depresi, tetapi keduanya bukanlah hal yang sama karena depresi biasanya membuat penderitanya mengalami ketidakberdayaan dan keputusasaan.
Apatis juga sering kali menjadi pembawa gejala depresi lainnya, termasuk anhedonia dan lesu.
Anhedonia, merupakan keadaan di mana seseorang tidak menikmati hal-hal yang biasanya mereka sukai. Keduanya memang mirip.
Tetapi sikap apatis lebih luas cakupannya daripada anhedonia.
Sementara kelesuan, bisa menjadi kondisi tubuh, pikiran, atau gabungan dari keduanya. Dalam kedua kasus tersebut, komponen inti adalah kelambatan atau kelambanan.
Hal ini sering kali berkaitan dengan apatis. Gejalanya meliputi mengantuk dan lelah.
Baca Juga: Lakukan Hal Ini Agar Badan Tak Lemas Saat Hamil
Penyebab Apatis
Munculnya sikap apatis dalam diri Moms atau seorang individu bisa disebabkan oleh banyak hal.
Namun secara umum, kondisi ini merupakan gejala dari beberapa gangguan kejiwaan dan neurologis yang meliputi:
- Penyakit Alzheimer
- Gangguan depresi persisten (alias dysthymia, sejenis depresi ringan kronis)
- Demensia frontotemporal
- Penyakit Huntington
- Penyakit Parkinson
- Kelumpuhan supranuklear progresif
- Skizofrenia
- Stroke
- Demensia vascular
Sebuah penelitian dalam jurnal Hindawi menemukan lesi lobus frontal di otak orang dengan gejala apatis.
Pusat apatis secara luas diyakini terletak di bagian depan otak. Dengan demikian, apatis dapat terjadi akibat stroke yang memengaruhi bagian otak ini.
Seseorang juga bisa memiliki sikap ini tanpa kondisi medis yang mendasarinya.
Misalnya, pada remaja yang terkadang cenderung mengalami sikap apatis, tetapi kondisi ini biasanya berlalu seiring waktu.
Baca Juga: Ini Penyebab dan Bahaya Gangguan Kesehatan Mental pada Remaja yang Tidak Ditangani
Diagnosis Apatis
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Healthline, penyedia layanan kesehatan menggunakan 4 kriteria untuk mendiagnosis sikap apatis.
Orang dengan sikap apatis harus memenuhi semua kriteria di bawah ini:
1. Penurunan atau Kurangnya Motivasi
Seseorang menunjukkan motivasi yang berkurang yang tidak sesuai dengan usia, budaya, atau status kesehatan.
2. Perubahan Perilaku, Pemikiran, atau Emosional
Perubahan perilaku mungkin menyulitkan untuk terlibat dalam percakapan atau melakukan tugas sehari-hari.
Perubahan dalam berpikir termasuk ketertarikan pada berita, acara sosial, dan pemikiran yang mendalam.
3. Efek pada Kualitas Hidup
Perubahan perilaku berdampak negatif pada kehidupan profesional dan hubungan pribadi seseorang.
4. Perubahan Perilaku Tidak Disebabkan oleh Kondisi Lain
Perubahan perilaku tidak terkait dengan cacat fisik, penggunaan zat, atau tingkat kesadaran yang terpengaruh.
Seseorang harus mengalami gejala tersebut setidaknya selama empat minggu atau lebih untuk didiagnosis dengan sikap apatis.
Baca Juga: 12 Manfaat Spa Treatment Bagi Kesehatan dan Mental
Cara Mengatasi Apatis
Meski mungkin terdengar sepele, sikap apatis perlu penanganan khusus karena tidak dapat hilang dengan sendirinya.
Apalagi jika hal ini terjadi karena kondisi kesehatan mental yang bermasalah.
Melansir Verywell Mind, perawatan untuk sikap apatis tergantung pada penyebab yang mendasari.
Jika disebabkan oleh gangguan neurodegeneratif progresif, akan diresepkan obat untuk mencoba dan mengatasi gejala ini.
1. Pengobatan
Contoh obat yang dapat digunakan untuk mengobati kondisi yang menampilkan apatis sebagai gejala meliputi:
- Antidepresan, seperti paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft), dan bupropion (Wellbutrin, Zyban).
- Antidementia, yang mengobati penyakit Alzheimer, seperti donepezil (Aricept), galantamine (Razadyne), dan rivastigmine (Exelon).
- Antipsikotik, yang digunakan untuk mengobati skizofrenia.
- Stimulan dopamin, yang mengobati penyakit Parkinson, seperti ropinirole (Requip).
- Psikostimulan, yang sering digunakan untuk mengobati apatis tanpa penyebab (contohnya termasuk methylphenidate (Ritalin), pemoline (Cylert), dan amphetamine).
Baca Juga: 6 Fakta Seputar Antibiotik, Sudah Tahu?
2. Psikoterapi
Dokter juga mungkin akan merekomendasikan psikoterapi ketika sikap apatis terkait dengan kondisi seperti depresi atau kecemasan.
Misalnya, dengan terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini adalah salah satu pendekatan yang membahas pikiran dan perilaku yang mendasari suatu perbuatan yang berujung pada ketidakpedulian serta motivasi yang buruk dalam diri seseorang.
Baca Juga: 7+ Terapi Anak Autis untuk Si Kecil, Salah Satunya Terapi Kemampuan Sosial!
Pengobatan Mandiri
Apabila Moms atau orang di sekitar Moms apatis tapi tidak mengambil tindakan dengan obat atau terapi, mungkin bisa mencoba pengobatan mandiri dengan cara:
1. Tetapkan Tujuan Kecil
Memiliki terlalu banyak tujuan dan kemudian gagal menyelesaikan tugas dapat membuat Moms merasa kalah dan tidak termotivasi sehingga memicu sikap apatis.
Sebaliknya, fokuslah untuk menyelesaikan tugas-tugas kecil yang lebih mudah dikelola.
2. Pisahkan Proyek Besar Menjadi Langkah-Langkah Kecil
Sangat mudah untuk merasa kewalahan saat dihadapkan pada proyek besar.
Dengan menangani hanya sebagian kecil dari proyek setiap hari, Moms dapat membuat kemajuan menuju tujuan bahkan jika sedang mengalami perasaan apatis.
3. Perhatikan Pemicunya
Perhatikan apakah ada situasi atau pemicu stres tertentu yang membuat Moms merasa apatis.
Menghilangkan rintangan yang membuat diri sendiri merasa tidak termotivasi mungkin dapat membantu Moms merasa lebih mampu menemukan inspirasi.
4. Ubah Rutinitas
Terkadang kesibukan sehari-hari dapat membuat Moms merasa tidak terinspirasi dan memicu sikap apatis.
Cobalah untuk mencari cara sehingga dapat keluar dari rutinitas, meskipun perubahan ini relatif kecil.
Selain dengan menerapkan beberapa cara di atas, janganlah takut untuk meminta bantuan.
Teman dan keluarga yang suportif dapat membantu Moms saat merasa tidak termotivasi, dan mendapatkan dukungan dari mereka mungkin dapat membantu memicu kembali minat yang ada dalam diri.
Menghubungi dokter atau ahli kesehatan mental juga dapat membantu Moms dalam menemukan pendekatan pengobatan apatis yang sesuai.
- https://www.parkinson.org/Understanding-Parkinsons/Symptoms/Non-Movement-Symptoms-Apathy
- https://www.news-medical.net/health/What-is-Apathy-and-Why-Does-it-Occur.aspx
- https://www.healthline.com/health/apathy#signs
- https://www.hindawi.com/journals/drt/2011/893905/
- https://www.verywellmind.com/apathy-lethargy-and-anhedonia-379832
- https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0169938
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.