Mengenal Badai Sitokin yang Bisa Terjadi pada Pasien COVID-19
Pada sejumlah kasus COVID-19, banyak pasien yang terinfeksi menjadi semakin parah bahkan berakibat fatal karena mengalami badai sitokin.
Apakah Moms sudah tahu apa yang disebut dengan badai sitokin ini? Secara umum, badai sitokin terjadi karena respon kekebalan tubuh yang berlebihan.
Lebih jelasnya, berikut gejala, penyebab, dan cara mengatasi badai sitokin pada pasien COVID-19 yang dirangkum dari berbagai sumber.
Baca Juga: 11 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak di Tengah Pandemi COVID-19
Apa Itu Badai Sitokin?
Foto: uab.edu
Menurut National Cancer Institute, badai sitokin merupakan reaksi kekebalan yang parah di mana tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah terlalu cepat.
Perlu Moms ketahui, sitokin adalah glikoprotein kecil yang diproduksi oleh berbagai jenis sel di seluruh tubuh. Nama 'sitokin' berasal dari kata sel (cyto) dan gerakan (kinos) dalam bahasa Yunani.
Sitokin memainkan peran penting dalam respon imun normal untuk menangani zat menular, seperti virus atau bakteri, tetapi hal ini bisa menjadi berbahaya apabila tubuh memiliki terlalu banyak sitokin.
Pasalnya, kadar sitokin yang berlebihan atau tidak terkendali dalam tubuh ini kemudian mengaktifkan lebih banyak sel imun yang mengakibatkan hiperinflamasi sehingga bisa sangat membahayakan atau bahkan membunuh pasien.
Badai sitokin dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi, kondisi autoimun, atau penyakit lainnya. Ini juga dapat terjadi setelah perawatan dengan beberapa jenis imunoterapi.
Beberapa penelitian yang menganalisis profil sitokin dari pasien COVID-19 menunjukkan bahwa badai sitokin berkorelasi langsung dengan cedera paru-paru, kegagalan multi-organ, dan prognosis COVID-19 yang parah.
Selain pada pasien COVID-19, badai sitokin juga bisa terjadi pada pasien penyakit flu atau pernapasan lain yang disebabkan oleh virus corona seperti SARS dan MERS.
Kondisi ini juga seringkali berkaitan dengan penyakit tidak menular, seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.
Baca Juga: Jenis Imunisasi Anak yang Diprioritaskan di Masa Pandemi COVID-19, Catat!
Apa Saja Gejala Badai Sitokin?
Foto: Orami Photo Stock
Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda.
Terkadang, kondisi ini hanya ditandai dengan gejala ringan seperti flu. Namun, gejalanya juga bisa parah dan mengancam jiwa.
Beberapa tanda seseorang mengalami badai sitokin biasanya termasuk:
- Demam dan kedinginan
- Kelelahan
- Pembengkakan ekstremitas
- Mual dan muntah
- Sakit otot dan sendi
- Sakit kepala
- Ruam
- Batuk
- Sesak napas
- Napas cepat
- Kejang
- Tubuh mengalami getaran
- Kesulitan mengkoordinasikan gerakan
- Kebingungan dan halusinasi
- Kelesuan dan respons yang buruk.
Tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi gejala dari badai sitokin yang parah. Jantung pun mungkin tidak memompa sebaik biasanya.
Akibatnya, badai sitokin dapat memengaruhi banyak sistem organ sehingga berpotensi menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
Selain itu, pasien yang mengalami badai sitokin, gejala pernapasannya dapat semakin memburuk menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), yang mungkin memerlukan ventilasi mekanis untuk membantu mereka mendapatkan oksigen yang cukup.
Apa Penyebab Badai Sitokin pada Pasien COVID-19?
Foto: Orami Photo Stock
Sebenarnya, hanya sedikit pasien COVID-19 yang mengembangkan dan mengalami gejala dari badai sitokin.
Namun menurut penelitian dari Journal of Microbiology and Molecular Biology Review, orang-orang tertentu mungkin lebih rentan mengalami badai sitokin saat terinfeksi virus COVID-19 jika mereka memiliki gen spesifik yang membuat sistem kekebalan mereka bereaksi dengan cara tertentu.
Dalam hal ini, tidak diketahui secara pasti bagaimana kelebihan pelepasan sitokin pada tubuh bisa terjadi pada pasien COVID-19.
Faktor-faktor lain, seperti adanya kondisi kesehatan lain yang mendasarinya, mungkin menjadi penentu yang jauh lebih besar dari tingkat keparahan infeksi COVID-19 sehingga dapat menyebabkan kadar sitokin yang berlebihan.
Baca Juga: 29 Lokasi Vaksin COVID-19 untuk Anak 12-17 Tahun di Jabodetabek, Cek Syarat Pendaftarannya!
Bagaimana Cara Mendiagnosis Kadar Sitokin yang Berlebihan?
Foto: Orami Photo Stock
Tergantung pada situasinya, proses diagnosis mungkin memerlukan berbagai jenis tes medis, seperti tes darah tertentu.
Riwayat medis dan pemeriksaan fisik juga penting dalam memberikan titik awal diagnostik. Dokter biasanya ingin tahu tentang masalah medis masa lalu dan gejala baru-baru ini.
Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk mencari tahu tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan badai sitokin.
Hal ini sangat penting karena kadar sitokin yang berlebihan dapat memengaruhi begitu banyak sistem tubuh yang berbeda.
Tekanan darah rendah yang tidak normal, demam, dan oksigen rendah dalam darah (hipoksia) dapat ditemukan sebagai salah satu cara meyakinkan diagnosis.
Kelainan laboratorium, seperti yang terlihat pada tes darah dasar, juga dapat memberikan petunjuk.
Seseorang yang menderita badai sitokin mungkin memiliki kelainan seperti berikut:
- Penurunan jumlah sel imun
- Peningkatan penanda kerusakan ginjal atau hati
- Peningkatan penanda inflamasi seperti protein C-reaktif (CRP)
- Kelainan pada penanda pembekuan darah
- Peningkatan feritin (terlibat dalam respon infeksi)
- Pencitraan medis juga dapat memberikan petunjuk. Misalnya, rontgen dada mungkin menunjukkan keterlibatan paru-paru dari badai sitokin yang terkait dengan COVID-19.
Baca Juga: 7 Fakta Vaksin Moderna yang Baru Saja Tiba di Indonesia, Aman bagi Pemilik Komorbid!
Bagaimana Cara Mengatasi Badai Sitokin pada Pasien COVID-19?
Foto: Orami Photo Stock
Hingga saat ini, para peneliti masih mengeksplorasi banyak jenis terapi berbeda untuk mengobati sindrom badai sitokin dari penderita COVID-19.
Banyak yang mempelajari terapi yang sudah ada, terutama yang memengaruhi sistem kekebalan untuk melihat apakah ada jenis perawatan yang dapat membantu pasien COVID-19 dari serangan sitokin yang berlebihan.
Misalnya, terapi biologis Kineret (anakinra) yang biasa digunakan untuk mengobati orang dengan rheumatoid arthritis dan kondisi medis lain yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Terapi ini bekerja dengan cara memblokir aktivitas sitokin spesifik yang dikenal sebagai interleukin 1 (IL-1).
Terkadang, terapi ini dapat membantu pasien dengan badai sitokin dari kondisi autoimun.
Para peneliti saat ini sedang mempelajari apakah terapi ini dapat membantu orang sakit kritis dengan sindrom badai sitokin dari COVID-19.
Contoh lain adalah Actemra (tocilizumab), terapi biologis yang dapat digunakan untuk rheumatoid arthritis dan kondisi lainnya. Terapi ini memblokir aktivitas sitokin lain, interleukin 6 (IL-6).
Menurut jurnal yang diterbitkan oleh ASH Publications, terkadang Actemra digunakan untuk mengobati badai sitokin yang dihasilkan sebagai efek samping terapi (seperti pada penyakit leukemia).
U.S National Library of Medicine mengatakan bahwa para ilmuwan saat ini sedang menyelidiki terapi ini, serta banyak intervensi potensial lainnya.
Meski belum pasti, ada beberapa terapi yang dapat digunakan untuk membantu mengekang efek badai sitokin sehingga bisa menurunkan potensi kematian akibat COVID-19.
Itulah informasi mengenai badai sitokin yang bisa menyerang pasien COVID-19 dan berakibat fatal.
Semoga informasinya dapat membantu ya, Moms.
- https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/cytokine-storm
- https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fimmu.2020.01446/full
- https://www.newscientist.com/definition/cytokine-storm/
- https://www.news-medical.net/health/What-is-Cytokine-Storm.aspx
- https://www.verywellhealth.com/cytokine-storm-syndrome-4842383
- https://journals.asm.org/doi/10.1128/MMBR.05015-11
- https://ashpublications.org/blood/article/124/2/188/32896/Current-concepts-in-the-diagnosis-and-management
- https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04330638
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.