Penggunaan CTM untuk Ibu Hamil, Apakah Membahayakan?
Banyak yang masih mempertanyakan terkait dengan penggunaan CTM untuk ibu hamil.
Sebenarnya, apakah diperbolehkan?
CTM adalah obat yang bekerja dengan memblokir histamin saat seseorang mengalami reaksi alergi.
Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel darah putih dalam tubuh ketika terjadi reaksi alergi atau infeksi.
Perlu diingat, penggunaan CTM hanya diperbolehkan dalam jangka waktu singkat, karena dapat memicu efek samping.
Lantas, mengapa penggunaan CTM untuk ibu hamil tidak diperbolehkan?
Baca Juga: Mengenal Obat Thyrozol untuk Atasi Hipertiroid, Cek Fungsi, Dosis, dan Efek Sampingnya di Sini
Penggunaan CTM untuk Ibu Hamil Dilarang
Foto: halodoc.com
CTM berperan dalam mengeringkan beberapa cairan tubuh untuk meredakan gejala reaksi alergi, seperti hidung dan mata berair.
Terkait dengan dosis penggunaan yang aman, Moms bisa bertanya lebih lanjut dengan dokter.
CTM ampuh digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi dermatologis maupun non dermatologis.
Meski fungsinya penting, penggunaan CTM untuk ibu hamil tidak disarankan, karena dapat menimbulkan efek teratogenik.
Efek teratogenik adalah efek yang menyebabkan kelainan kongenital mayor.
Kondisi ini bisa terjadi apabila obat dikonsumsi saat kehamilan, atau antara minggu ke-3 sampai minggu ke-8 pasca pembuahan.
Tidak main-main, efek samping yang bisa saja terjadi, seperti kelainan morfologis ringan atau fungsional pada si calon bayi.
Alih-alih mengonsumsi CTM, kita bisa mendiskusikannya dengan dokter terkait obat yang cocok digunakan untuk mengatasi reaksi alergi selama kehamilan.
Mengonsumsi CTM dinilai menimbulkan dampak yang lebih besar ketimbang manfaatnya.
Jadi, perhatikan betul dan hindari penggunaannya!
Baca Juga: Obat Mual Saat Hamil untuk Moms yang Mengalami Morning Sickness, Catat!
Apakah Aman Dikonsumsi untuk Ibu Menyusui?
Sama dengan penggunaan CTM untuk ibu hamil, melansir dari Mother to Baby penggunaannya dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
Efek samping tersebut bisa terjadi jika penggunaannya dikombinasikan dengan dekongestan, seperti pseudoephedrine dan phenylephrine.
Hingga kini, tidak ada informasi cukup memadai untuk mengetahui apakah atau seberapa besar dosis yang aman untuk digunakan pada ibu menyusui.
Jika memerlukan obat dengan kandungan antihistamin, diskusikan dengan dokter untuk merekomendasikan merek dagang lain yang lebih aman.
Penggunaan obat hanya diperbolehkan jika manfaatnya lebih besar ketimbang efek samping yang bisa saja dialami.
Baca Juga: Neozep Forte untuk Obat Flu, Ini Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Cara Penggunaan CTM
Terkecuali ibu hamil, obat boleh dikonsumsi secara bebas sesuai anjuran.
Jika menggunakan produk yang dijual bebas, pastikan Moms membaca semua petunjuk pada kemasan produk sebelum mengonsumsinya.
Jika memiliki pertanyaan, konsultasikan dengan apoteker ya, Moms. Jika dokter telah meresepkan obat, gunakanlah sesuai dengan petunjuk.
Dosis umum penggunaan CTM disesuaikan berdasarkan usia, kondisi medis, dan respons tubuh terhadap pengobatan yang dilakukan.
Jangan menggandakan, mengurangi, atau memberhentikan penggunaan obat tanpa rekomendasi dari dokter.
Hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan obat tanpa arahan dokter dapat memicu munculnya sejumlah efek samping.
Disarankan mengonsumsi obat secara teratur, agar manfaatnya dapat dirasakan secara efektif.
Untuk memaksimalkan hasil, disarankan untuk mengonsumsi obat pada waktu yang sama setiap hari.
Jika keluhan masih tetap berlanjut atau bertambah parah, sebaiknya segera cari bantuan medis darurat.
Baca Juga: 6 Tips untuk Ibu Hamil yang Alergi Dingin, Antikambuh!
Perhatikan Ini sebelum Menggunakan CTM
Melansir dari Medline Plus, ada beberapa hal yang perlu diketahui sebelum memutuskan untuk menggunakan CTM.
Berikut ini beberapa di antaranya:
- Beri tahu dokter dan apoteker jika alergi terhadap kandungan klorfeniramin atau obat lain.
- Beri tahu dokter dan apoteker terkait dengan penggunaan obat resep dan nonresep, vitamin, suplemen nutrisi, dan produk herbal yang dipakai saat ini.
- Beri tahu dokter jika pernah atau tengah menderita asma, emfisema, bronkitis kronis, atau jenis penyakit paru-paru lainnya.
- Beri tahu dokter jika tengah menderita glaukoma, diabetes, kesulitan buang air kecil, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kejang, atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
- Beri tahu dokter jika sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui.
- Penggunaan obat dapat membuat mengantuk. Jangan berkendara setelah penggunaan obat.
- Bicarakan dengan dokter tentang risiko dan manfaat mengonsumsi CTM jika sudah berusia 65 tahun atau lebih.
Baca Juga: Mengenal Micardis (Obat Darah Tinggi): Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya
Efek Samping Penggunaan CTM
Foto: Orami Photo Stock
Dalam beberapa kasus, penggunaan CTM dapat menyebabkan sejumlah efek samping.
Berikut ini beberapa di antaranya:
- Kantuk
- Mulut, hidung, dan tenggorokan kering
- Mual
- Muntah
- Kehilangan selera makan
- Sembelit
- Sakit kepala
- Sesak pada dada
Beberapa efek samping bisa serius.
Jika Moms mengalami salah satu dari gejala berikut, segera hubungi dokter:
- Masalah penglihatan
- Kesulitan buang air kecil
Itulah penggunaan CTM untuk ibu hamil beserta penjelasan lain yang perlu diketahui terkait dengan penggunaan obat.
Ibu hamil tidak diperbolehkan mengonsumsi obat sembarangan dan disarankan untuk mengikuti petunjuk dari dokter.
- https://mothertobaby.org/fact-sheets/chlorpheniramine-pregnancy/
- https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682543.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.