Mengenal Dyspnea: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Pernahkah Moms mengalami dyspnea, atau bahasa awamnya sesak napas?
Secara umum, kondisi ini menandakan adanya gangguan kesehatan pada paru-paru.
Namun, dyspnea juga bisa menjadi pertanda adanya gangguan jantung hingga kesehatan mental.
Seperti apa gejala dyspnea dan apa bedanya dengan takipnea? Temukan jawabannya pada ulasan berikut ini, ya Moms!
Baca Juga: Seperti Apa Kondisi Paru-Paru Pada Penderita Tuberkulosis?
Apa Itu Dyspnea?
Dyspnea adalah kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami sesak napas atau napas pendek.
Kondisi ini membuat penderita sulit mengambil oksigen ke paru-paru hingga menyebabkan dada sesak.
Sesak napas bisa terjadi dalam waktu yang singkat, bahkan hanya 1-2 menit.
Hal ini biasanya terjadi setelah seseorang melakukan olahraga yang intens, pergi ke tempat yang tinggi, atau mengalami perubahan suhu yang ekstrem.
Sesak napas juga bisa terjadi dalam waktu yang lebih lama, bahkan sampai berbulan-bulan.
Kondisi ini disebut chronic dyspnea atau dyspnea kronis.
Pada umumnya, chronic dyspnea disebabkan oleh gangguan kesehatan kronis seperti asma, COPD, gangguan jantung, obesitas, dan interstitial pulmonary fibrosis (luka pada jaringan paru-paru).
Dalam dunia medis, dyspnea termasuk kondisi yang banyak dialami oleh pasien, terutama penderita penyakit kronis.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Seminars in Oncology Nursing menyebutkan, bahwa kondisi ini menyerang lebih dari 44% pasien penderita kanker.
Penyebab Dyspnea
Sesak napas bisa disebabkan oleh beberapa hal dan menimbulkan efek yang berbeda pula.
Apabila Moms mengalami sesak napas atau napas pendek setelah berolahraga, biasanya kondisi ini akan membaik setelah istirahat beberapa waktu.
Lain halnya jika sesak napas muncul akibat penyakit asma atau penyakit paru-paru lainnya, pasien biasanya membutuhkan inhaler untuk menambah pasokan oksigen ke paru-paru.
Selain kedua penyebab di atas, ada beberapa penyebab lain yang memicu napas pendek secara tiba-tiba, di antaranya:
- Gelisah (anxiety)
- Pneumonia
- Anemia
- Reaksi alergi
- Tekanan darah rendah
- Tersedak
- Gagal jantung
Baca Juga: Pneumotoraks, Paru-Paru Kolaps yang Ditandai dengan Sesak Napas
Perbedaan Dyspnea dan Takipnea
Kalau dyspnea disebut sebagai sesak napas atau napas pendek, takipnea juga menggambarkan kondisi yang mirip.
Dalam dunia kesehatan, takipnea (tachypnea) adalah kondisi ketika seseorang bernapas dengan cepat melebihi batas normal.
Menurut penelitian NCBI, orang dewasa normalnya bernapas sebanyak 12-20 kali/menit, sedangkan anak-anak sebanyak 21-46 kali/menit.
Nah, kalau Moms bernapas lebih dari 20 kali/menit, Moms mungkin mengalami takipnea.
Jika berbicara soal penyebabnya, takipnea tidak memiliki penyebab yang pasti seperti dyspnea.
Moms bisa mengalami takipnea setelah olahraga intens, saat mengalami penyakit saluran pernapasan, diabetes, alergi, atau kecemasan (anxiety).
Selain orang dewasa, bayi baru lahir juga bisa mengalami kondisi ini, lho Moms!
Pada umumnya, hal ini disebabkan oleh masalah saluran pernapasan yakni retensi cairan.
Bayi yang mengalami retensi cairan dalam 24 jam pertama pasca lahiran biasanya muncul warna kebiru-biruan di area perioral, mendengkur, retraksi pernapasan, geleng-geleng kepala, atau lubang hidungnya melebar.
Diagnosis Dyspnea
Untuk mengetahui apa penyebabnya, dokter akan melakukan langkah-langkah berikut selama proses pemeriksaan dyspnea:
1. Cek Riwayat Kesehatan
Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami, seperti kapan munculnya, seberapa sering, dan hal apa yang mempengaruhinya.
2. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa tubuh secara langsung untuk mencari tanda-tanda yang dapat berkaitan dengan penyebab dyspnea, misalnya detak jantung yang cepat atau suara napas yang tidak normal.
3. Tes Tambahan
Dokter mungkin merujuk pasien untuk menjalani tes tambahan, seperti:
- Foto Rontgen Dada, CT scan, atau tes pencitraan lainnya untuk melihat keadaan paru-paru di dalam dada.
- Tes darah untuk mencari tahu ada tidaknya anemia atau penyakit lain dalam darah.
- Tes fungsi paru-paru untuk menunjukkan seberapa baik pasien bernapas.
- Tes latihan kardiopulmoner, yaitu tes yang dilakukan saat pasien berolahraga untuk melihat seberapa baik oksigen masuk dan karbon dioksida keluar dari tubuh.
4. Konsultasi dengan Spesialis
Jika diperlukan, dokter akan merujuk pasien ke spesialis paru-paru (pulmonologis) atau spesialis jantung (kardiologis) untuk evaluasi lebih lanjut.
Baca Juga: 9 Bahaya Merokok bagi Kesehatan, Bisa Sebabkan Kanker Paru-paru!
Cara Mengobati Dyspnea
Sebelum melakukan tindakan pengobatan dyspnea, dokter tentu harus memastikan penyebabnya terlebih dahulu.
Dengan begitu, penanganan yang disarankan menjadi lebih tepat sasaran.
Contohnya, jika dyspnea disebabkan oleh olahraga intens atau aktivitas fisik yang berat, Moms cukup beristirahat sampai kondisinya membaik.
Apabila disebabkan oleh asma, Moms bisa menggunakan obat steroid dan broncholidator, misalnya albuterol, pirbuterol, dan levalbuterol.
Selanjutnya, dyspnea yang disebabkan oleh pneumonia bisa diatasi dengan obat NSAID ,opiate, obat anticemas, dan antibiotik yang mengandung azithromycin dan levofloxacin.
Selain obat-obatan tersebut, Moms juga bisa melakukan teknik pernapasan untuk membantu mengurangi keparahannya.
Misalnya teknik pernapasan dengan bibir mengerucut dan melatih otot pernapasan supaya lebih kuat.
Baca Juga: Rekomendasi Obat Sesak Napas Alami dan Apotek yang Mudah Ditemukan
Cara Mencegah Dyspnea
Tenang saja, Moms, ada beberapa cara mencegah dyspnea yang bisa dilakukan berikut ini.
- Jangan merokok dan hindari asap rokok dari orang lain.
- Jauhi lingkungan yang berisiko seperti asap kimia.
- Turunkan berat badan jika perlu, karena ini bisa mengurangi tekanan pada jantung dan paru-paru.
- Lakukan aktivitas fisik secara teratur untuk memperkuat sistem kardiovaskular dan pernapasan.
- Jika berada di tempat dengan ketinggian yang tinggi, sesuaikan diri secara bertahap dan kurangi aktivitas fisik yang berlebihan.
Nah, itu dia informasi lengkap seputar dyspnea. Jika mengalami gejalanya, segera konsultasikan ke dokter, ya!
- https://www.healthline.com/health/dyspnea
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/314963
- https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0749208122000080
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541062/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499965/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.