20 Juni 2024

Frekuensi Napas Normal dalam 60 Detik pada Anak dan Dewasa

Cari tahu cara bernapas yang benar
Frekuensi Napas Normal dalam 60 Detik pada Anak dan Dewasa

Foto: Freepik.com/jcomp

Frekuensi napas normal adalah ketika seberapa banyak seseorang bernapas (menghirup dan menghembuskan napas) dalam 1 menit saat sedang istirahat.

Pada konteks tersebut, "saat istirahat" mengacu pada saat seseorang sedang tidak melakukan aktivitas fisik atau mental yang berat dan tubuhnya dalam keadaan rileks.

Ini adalah saat di mana seseorang mungkin sedang duduk santai, berbaring, atau melakukan aktivitas ringan tanpa merasa terburu-buru atau tegang.

Ingin tahu cara menghitung frekuensi napas normal seperti apa? Yuk, belajar bersama!

Baca Juga: Perut Terasa Penuh dan Sesak Apakah Tanda Hamil? Ini Sebabnya

Frekuensi Napas Normal Diukur saat Istirahat

Mengapa frekuensi napas normal diukur saat istirahat?

Karena dalam keadaan istirahat, sistem tubuh bekerja dengan kecepatan dasar tanpa adanya pengaruh tambahan dari aktivitas fisik atau stres.

Sehingga kita bisa mendapatkan ukuran "normal" atau dasar dari berbagai fungsi tubuh, termasuk frekuensi pernapasan.

Pentingnya Memiliki Frekuensi Napas yang Normal

Napas Lega
Foto: Napas Lega (Orami Photo Stock)

Jika frekuensi napas seseorang berada dalam kisaran normal, hal ini menunjukkan bahwa sistem pernapasan bekerja dengan efisien.

Artinya, frekuensi napas normal yakni tubuh mendapatkan pasokan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Berikut adalah dampak positif dari frekuensi napas yang normal pada tubuh:

1. Efisiensi Pemasokan Oksigen dan Pengeluaran Karbon Dioksida

Saat bernapas dengan frekuensi normal, paru-paru secara efektif mengambil oksigen dari udara dan memasokkannya ke dalam aliran darah, yang kemudian diangkut ke seluruh tubuh.

Dengan frekuensi napas yang normal, karbon dioksida juga dihilangkan dengan efisien dari darah saat kita menghembuskan napas.

2. Stabilitas pH Darah

Pernapasan yang normal memastikan keseimbangan antara oksigen dan karbon dioksida dalam darah, yang membantu menjaga pH darah pada kisaran normal.

Keseimbangan pH yang baik penting untuk fungsi sel dan enzim tubuh.

3. Tekanan Darah Stabil

Pernapasan yang efisien dapat membantu dalam pengaturan tekanan darah, karena oksigenasi yang baik mendukung fungsi jantung yang efektif.

4. Fungsi Otak Optimal

Otak memerlukan pasokan oksigen yang konsisten untuk berfungsi dengan baik.

Pernapasan yang normal memastikan otak mendapatkan oksigen yang cukup, mendukung konsentrasi, pemikiran, dan fungsi kognitif lainnya.

5. Relaksasi dan Ketenangan

Frekuensi napas normal, terutama yang mendekati batas bawah kisaran normal, sering dikaitkan dengan keadaan relaksasi dan ketenangan.

Ini berbeda dari pernapasan yang cepat yang mungkin terjadi saat seseorang cemas atau stres.

6. Energi dan Stamina

Pasokan oksigen yang optimal ke sel-sel tubuh mendukung produksi energi, meningkatkan stamina dan kinerja fisik.

Secara keseluruhan, frekuensi napas normal menunjukkan bahwa sistem pernapasan bekerja dengan baik.

Haal ini memastikan tubuh mendapatkan oksigen yang diperlukan dan menghilangkan limbah seperti karbon dioksida dengan efisien.

Ini mendukung kesehatan dan fungsi optimal dari berbagai sistem tubuh.

Baca Juga: Napas Anak Cepat saat Batuk Pilek? Ini Kata Dokter!

Frekuensi Napas Normal dalam 60 Detik Berdasarkan Usia

Berikut frekuensi napas normal dalam 60 detik anak dan dewasa dalam hitungan 60 detik.

1. Anak-Anak

Umumnya respiratory rate (RR) normal pada anak lebih banyak dan akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia.

Berikut ini frekuensi napas normal dalam 60 detik anak-anak berdasarkan rentang usianya, menurut New York State Department of Health:

  • Baru lahir–1 tahun: 30–60 kali per menit
  • Usia 1–3 tahun: 24–40 kali per menit
  • Usia 3–6 tahun: 22–34 kali per menit
  • Usia 6–12 tahun: 18–30 kali per menit
  • Usia 12–18 tahun: 12–16 kali per menit

2. Dewasa dan Lansia

Sementara untuk orang dewasa, atau yang berusia di atas 18 tahun, melansir dari Cleveland Clinic, tingkat pernapasan normal saat istirahat yakni 12–20 kali per menit.

Sementara untuk usia 65 tahun ke atas, melansir dari studi di jurnal BMJ, frekuensi napas normal adalah 16–25 kali per menit.

Cara Mengukur Frekuensi Napas Normal dalam 60 Detik

Dokter dan Anak (Orami Photo Stocks)
Foto: Dokter dan Anak (Orami Photo Stocks)

Untuk mengetahui apakah tingkat pernapasan Moms, Dads, dan Si Kecil normal atau tidak, ada trik khusus yang bisa digunakan untuk mengukurnya.

Berikut adalah langkah-langkah mudah untuk mengukur frekuensi napas normal dalam waktu 60 detik:

1. Atur Waktu Selama 1 Menit (60 Detik)

Siapkan timer atau jam yang memiliki fitur penghitung waktu selama 1 menit.

2. Posisikan Tubuh Dalam Keadaan Beristirahat

Pastikan Moms, Dads, atau Si Kecil berada dalam posisi yang nyaman seperti duduk atau berbaring. Tubuh harus dalam keadaan tenang dan rileks.

3. Hindari Aktivitas Berat Sebelumnya

Sebelum memulai pengukuran, pastikan bahwa Moms, Dads, atau Si Kecil tidak melakukan aktivitas fisik yang berat, karena ini bisa mempengaruhi hasil pengukuran.


4. Mulai Mengukur Frekuensi Napas

Ketika waktu sudah siap, mulai hitung jumlah napas yang diambil selama 1 menit.

Cara menghitungnya adalah dengan memperhatikan gerakan dada, yakni satu kali napas terdiri dari satu kali dada naik (menarik napas) dan satu kali dada turun (menghembuskan napas).

5. Hitung Jumlah Napas

Perhatikan dan hitung setiap kali dada naik dan turun. Setiap siklus lengkap dari dada naik dan turun dihitung sebagai satu napas.

6. Cocokkan Hasilnya

Setelah 1 menit berlalu, hitung jumlah total napas yang diambil.

Lalu, bandingkan hasil tersebut dengan tabel frekuensi napas normal yang sesuai dengan usia untuk mengetahui apakah frekuensi napas tersebut termasuk normal atau tidak.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Moms dan Dads dapat secara mudah memantau apakah pernapasan Si Kecil atau diri mereka sendiri berada dalam rentang yang sehat.

Mengetahui frekuensi napas yang normal penting untuk mendeteksi dini adanya masalah kesehatan yang mungkin memerlukan perhatian lebih lanjut.

Baca Juga: Fakta Menarik dan Manfaat Wasabi untuk Kesehatan, Bisa Cegah Obesitas!

Faktor yang Memengaruhi Frekuensi Napas

Olahraga (Orami Photo Stocks)
Foto: Olahraga (Orami Photo Stocks)

Frekuensi napas normal dalam 60 detik yang melebihi atau kurang dari normal belum tentu menandakan masalah kesehatan. Apalagi jika rentangnya tidak terlalu jauh.

Pasalnya, ada beberapa faktor yang memengaruhi jumlah frekuensi napas normal dalam 60 detik.

Berikut ini beberapa hal yang memengaruhi respiratory rate normal:

1. Usia

Faktor yang memengaruhi cepat lambat atau frekuensi napas normal dalam 60 detik yang pertama adalah faktor usia. 

Melansir studi di jurnal Children (Basel), anak-anak memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi daripada orang dewasa.

Semakin muda usia seseorang, maka frekuensi pernapasannya akan semakin cepat, teman-teman. 

Ini berarti anak-anak memiliki kemungkinan frekuensi pernapasannya lebih cepat dua kali lipat daripada orang dewasa normal. 

2. Jenis Kelamin

Sebuah penelitian di jurnal Breathe menyebutkan bahwa, jenis kelamin mungkin saja berpengaruh pada frekuensi napas seseorang.

Hal ini karena kapasitas volume paru pria yang lebih besar dibandingkan volume paru wanita.

Baca Juga: 16 Cara Mengeluarkan Dahak pada Bayi agar Lega Napasnya

3. Kondisi Kesehatan

Faktor kesehatan, khususnya masalah sistem pernapasan, jelas dapat memengaruhi frekuensi napas.

Jumlah napas yang lebih cepat pada orang dewasa bahkan lebih dari 24 kali per menit bisa menandakan adanya masalah tertentu.

Masalah pada sistem pernapasan, seperti paru-paru, dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen.

Saat kekurangan oksigen, tubuh akan berusaha memenuhinya lewat bernapas.

Akibatnya, napas jadi lebih cepat dan frekuensinya jadi bertambah.

4. Aktivitas

Semakin berat aktivitas seseorang, maka frekuensi pernapasannya pun akan semakin meningkat, teman-teman. 

Ini disebabkan karena tubuh membutuhkan oksigen yang lebih besar dibandingkan orang-orang yang memiliki aktivitas ringan.

Oksigen di sini berperan untuk memasok energi yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas tersebut. 

5. Keadaan Emosional

Keadaan emosional juga jadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi frekuensi napas dalam 60 detik.

Coba perhatikan, pernahkah Moms bernapas lebih cepat saat merasa takut atau cemas?

Sementara, saat Moms sedang dalam keadaan relaks, pernapasan lebih lambat. Ini berhubungan dengan cara kerja sistem saraf.

Pasalnya, sistem pernapasan juga diatur oleh bagian di dalam otak.

Saat merasa cemas atau takut, sistem saraf pusat akan memerintahkan tubuh Moms dalam mode flight or fight. 

Mode ini akan membuat Moms bernapas lebih cepat pula sebagai respons alami.


Penyebab Frekuensi Napas Lebih Rendah dari Normal

Menarik Napas
Foto: Menarik Napas (Orami Photo Stocks)

Frekuensi napas yang lebih rendah dari batas normal disebut bradipnea.

Ada beberapa penyebab bradipnea, yang meliputi:

1. Penyakit Neurologis

Gangguan pada otak atau saraf yang mengendalikan pernapasan dapat menyebabkan bradipnea.

Contohnya termasuk cedera otak traumatis, penyakit saraf seperti Guillain-Barré syndrome, dan beberapa kondisi lainnya.

2. Gangguan Metabolik

Beberapa kondisi metabolik, seperti penyakit hipotiroidisme (kondisi di mana tiroid tidak aktif seperti seharusnya), dapat menyebabkan penurunan frekuensi napas.

3. Hipoksia

Pada beberapa kondisi, kurangnya oksigen dapat memperlambat laju pernapasan.

Meskipun respons tubuh yang lebih umum terhadap hipoksia adalah meningkatkan frekuensi napas.

4. Kondisi Paru-Paru Kronis

Meskipun kondisi paru-paru seperti PPOK sering menyebabkan napas cepat, dalam tahap lanjut atau dengan eksaserbasi tertentu, bisa terjadi penurunan laju pernapasan.

Frekuensi Napas Lebih Tinggi dari Normal

Sesak Napas
Foto: Sesak Napas (Medicalnewstoday.com)

Frekuensi napas yang lebih tinggi dari normal disebut kondisi takipnea. Ada berbagai penyebab untuk takipnea, antara lain:

1. Kekurangan Oksigen (Hipoksia)

Ketika kadar oksigen di darah menurun, tubuh biasanya merespons dengan meningkatkan frekuensi pernapasan untuk mendapatkan lebih banyak oksigen.

2. Demam

Penyakit infeksi atau kondisi lain yang menyebabkan demam dapat meningkatkan frekuensi pernapasan.

3. Asidosis

Ini adalah kondisi di mana tingkat keasaman darah meningkat, sering kali disebabkan oleh peningkatan karbon dioksida atau ketidakseimbangan elektrolit.

Tubuh mungkin merespons dengan meningkatkan frekuensi pernapasan untuk mencoba mengeluarkan karbon dioksida berlebih.

4. Penyakit Paru-Paru

Kondisi seperti asma, bronkitis, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), pneumonia, dan emboli paru dapat menyebabkan takipnea.

5. Gagal Jantung

Gagal jantung kongestif, di mana jantung tidak memompa darah secara efisien, dapat menyebabkan cairan menumpuk di paru-paru, yang bisa menyebabkan takipnea.

6. Kecemasan dan Panik

Serangan kecemasan atau serangan panik dapat menyebabkan seseorang bernapas dengan cepat dan dangkal.

7. Anemia

Kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

8. Sepsis

Sebuah respons tubuh terhadap infeksi yang bisa mempengaruhi banyak sistem organ dan sering kali menyebabkan frekuensi napas yang meningkat.

Jika Frekuensi Napas Tidak Normal, Apakah Perlu ke Dokter?

Sesak Napas
Foto: Sesak Napas (shutterstock.com)

Sebenarnya, laju pernapasan yang sedikit tidak sesuai dengan normalnya masih tidak masalah sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Hanya saja, dalam beberapa kasus, tingkat pernapasan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa menjadi tanda adanya masalah medis.

Bila Moms, Dads, atau Si Kecil punya penyakit paru seperti emfisema, asma, dan bronkitis kronis, bisa memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah tingkat pernapasan masih aman sesuai dengan kondisi kesehatan.

Selain itu, sebaiknya perhatikan, Moms, bila tingkat pernapasan anggota keluarga ada yang sangat tidak normal dan disertai dengan gejala berikut:

  • Demam
  • Kelelahan
  • Sakit tenggorokan

Sebaiknya, segera periksakan ke dokter bila frekuensi napas tidak normal datang bersamaan dengan gejala di atas.

Di sisi lain, jangan sepelekan dan segera kunjungi dokter bila Moms, Dads, atau Si Kecil mengalami gejala berikut:

  • Kulit kebiruan
  • Terdengar suara saat bernapas
  • Sakit dada
  • Laju pernapasan sangat sedikit tiap menit

Pada dasarnya, perubahan laju pernapasan terjadi secara alami seiring bertambahnya usia.

Ini karena semakin menua, kita bisa lebih rentan mengalami penyakit dan penurunan fungsi organ tubuh.

Begitu pula dengan organ pernapasan yang turut bisa memengaruhi laju pernapasan Moms dan Dads.

Baca Juga: Penyebab Napas Berat dan Cara Mengatasinya, Wajib Tahu!

Itu dia Moms penjelasan tentang frekuensi napas normal, serta cara mengukurnya.

Jika frekuensi napas yang dihitung tidak normal dan ada gangguan lainnya, segera hubungi dokter, ya Moms!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5980468/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7599577/
  • https://my.clevelandclinic.org/health/articles/10881-vital-signs
  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/vital-signs-body-temperature-pulse-rate-respiration-rate-blood-pressure
  • https://www.healthline.com/health/normal-respiratory-rate
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/324409
  • https://www.verywellhealth.com/what-is-a-normal-respiratory-rate-2248932
  • https://www.sleepfoundation.org/sleep-apnea/sleep-respiratory-rate
  • https://www.bmj.com/content/284/6316/626

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.