Hipermetropi atau Rabun Dekat: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati
Istilah hipermetropi mungkin kurang familier bagi Moms dan Dads.
Tapi, kondisi ini sama dengan rabun dekat yang membuat penglihatan menjadi kabur.
Masalah mata ini bisa dialami siapa saja dari segala usia.
Risiko untuk mengalami hipermetropi cukup tinggi pada orang-orang yang lahir dari keluarga yang punya riwayat penyakit tersebut.
Kondisi tersebut tentu bisa mengganggu aktivitas, yang berujung menurunkan kualitas hidup.
Meski begitu, Moms tidak perlu terlalu cemas, sebab kondisi ini bisa diringankan dengan beberapa cara.
Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai hipermetropi, Moms!
Baca Juga: Miopi atau Rabun Jauh: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mencegah
Apa Itu Hipermetropi?
Rabun dekat atau dikenal juga dengan istilah hiperopia atau hipermetropi adalah masalah penglihatan umum yang menyebabkan seseorang dapat melihat benda yang jauh dengan jelas, tapi objek yang letaknya dekat terlihat buram.
Lebih lengkapnya, kondisi ini juga dijelaskan langsung oleh dr. Amir Shidik, Sp.M (K) Dokter Spesialis Mata Konsultan Kornea, Lensa, dan Bedah Refraktif RS Pondok Indah – Pondok Indah.
"Hipermetropi atau rabun dekat adalah kondisi di mana kekuatan refraksi mata menyebabkan suatu objek penglihatan difokuskan di belakang retina," jelas dr. Amir Shidik.
Sehingga membutuhkan koreksi lensa positif atau plus (+) untuk memfokuskan objek tersebut pada pusat penglihatan bernama makula retina.
Dengan dibantu kemampuan akomodasi, pasien dengan kelainan refraksi hipermetropi memiliki penglihatan jauh yang cukup baik, tetapi penglihatan dekat kurang baik.
Kendati demikian, akomodasi yang berlebihan akan menyebabkan kelelahan pada mata.
Tingkat rabun ini juga memengaruhi seberapa besar kemampuan fokus mata.
Kondisi ini juga cenderung menurun dalam keluarga sehingga bisa diderita sejak kecil. Untungnya, kondisi ini dapat terbantu dengan penggunaan kacamata.
Nah, sudah jelas ya, Moms kalau hipemetropi adalah gangguan mata yang menjadi buram ketika melihat benda dari jarak dekat.
Selain itu, mungkin Moms juga bertanya-tanya, lensa apa yang digunakan bagi rabun dekat?
dr. Amir Shidik menjelaskan, lensa yang paling tepat untuk hipermetropi adalah lensa positif, ya Moms.
"Lensa yang paling tepat untuk mata yang memiliki kondisi rabun dekat adalah lensa positif/plus (+) yang berfungsi memfokuskan bayangan lebih ke depan, sehingga berada tepat di pusat penglihatan," jelasnya.
Baca juga: Mengenal Strabismus, Kondisi Mata Juling pada Bayi
Perbedaan Miopi dan Hipermetropi
Kedua kondisi ini memang kerap tertukar, nih Moms. Padahal 2 masalah mata ini cukup berbeda dan penggunaan lensa atau kacamata pun tentu akan berbeda juga.
Berikut penjelasan perbedaan miopi dan hipermetropi oleh dr. Amir Shidik.
1. Dalam Hal Fokus Objek Penglihatan
- Pada kondisi hipermetropi, objek penglihatan difokuskan di belakang pusat penglihatan.
- Pada kondisi miopi, objek penglihatan difokuskan di depan pusat penglihatan.
2. Dalam Hal Koreksi Lensa
- Penderita hipermetropi membutuhkan lensa positif atau plus untuk memajukan fokus penglihatan
- Penderita miopi membutuhkan lensa negatif atau minus untuk memundurkan fokus penglihatan agar tepat di pusat penglihatan.
3. Dalam Hal Kenyamanan Pasien untuk Beraktivitas
- Penderita hipermetropi dapat melihat jauh dengan cukup baik meskipun menimbulkan keluhan mata lelah. Namun begitu, penglihatan dekatnya sangat tidak nyaman sampai menimbulkan buram
- Penderita miopi kesulitan untuk melihat jauh, tetapi penglihatan dekatnya cukup baik.
Baca Juga: Mengenal Strabismus, Kondisi Mata Juling pada Bayi
Apa Itu Hyperopia?
Hyperopia bisa juga disebut sebagai rabun jauh adalah kondisi ketidakmampuan untuk melihat objek jarak jauh dengan jelas.
Tingkat rabun jauh ini bisa memengaruhi kemampuan fokus. Orang dengan rabun jauh parah, mungkin hampir tidak bisa melihat objek dari jauh.
Maka, objek akan terlihat sedikit jelas jika dilihat dari jarak dekat.
Rabun ini biasanya sudah ada sejak lahir dan cenderung diturunkan dari keluarga. Tapi, bisa juga dengan gaya hidup tidak sehat dengan mata.
Meski menimbulkan ketidaknyamanan dan ketidakmampuan dalam melihat jelas, penggunaan kacamata atau lensa kontak bisa membantu memfokuskan mata.
Bisa juga dilakukan dengan operasi lasik yang kini sudah umum dilakukan banyak orang, Moms.
Baca Juga: Mengenal Hiperopia, Rabun Dekat pada Anak
Gejala atau Ciri-Ciri Hipermetropi
Setiap orang dapat menunjukkan gejala berbeda-beda. Namun, umumnya mengeluhkan gejala berikut ini.
- Objek yang letaknya dekat terlihat buram.
- Sering menyipitkan mata untuk dapat melihat dengan jelas.
- Mata mudah kelelahan, diikuti dengan sensasi panas terbakar atau sakit di dalam maupun di sekitar mata.
- Tidak nyaman melakukan aktivitas yang perlu memfokuskan mata dengan objek yang berdekatan, seperti membaca, menulis, bekerja dengan komputer, atau menggambar.
Jika Moms atau Dads mengalami rabun dekat cukup parah, sulit untuk melakukan aktivitas secara maksimal atau tidak dapat menikmati aktivitas tertentu karena masalah mata ini, segera periksa ke dokter mata.
Berikut ciri-ciri rabun dekat lainnya menurut dr. Amir Shidik.
- Penglihatan dekatnya buram
- Sering menimbulkan kelelahan pada mata untuk penglihatan dekat
- Membutuhkan koreksi kacamata lensa positif atau plus (+).
Sebagai tambahan informasi, berikut ciri-ciri rabun jauh atau miopi sebagai pembeda.
- Penglihatan dekatnya nyaman, sementara penglihatan jauhnya buram
- Pada miopi ringan, pasien merasa nyaman untuk aktivitas sehari-hari, sehingga merasa tidak membutuhkan kacamata terutama pada usia dewasa
- Membutuhkan koreksi kacamata negatif/minus (-).
Baca juga: Alami Mata Sakit saat Melirik? Ini Penyebab dan Cara Menanganinya
Apa Penyebab Hipermetropi?
Mata Moms memiliki dua bagian yang bertugas untuk memfokuskan gambar, yakni:
- Kornea (selaput bening berbentuk kubah, yang menutupi bagian depan mata ).
- Lensa (jaringan transparan dan lentur, yang terletak tepat di belakang iris dan pupil, setelah kornea )
Pada mata yang berbentuk normal, masing-masing elemen pemfokusan ini memiliki kelengkungan yang sangat halus, seperti permukaan kelereng.
Kornea dan lensa dengan kelengkungan seperti itu membengkokkan (membiaskan) semua cahaya yang masuk untuk membuat gambar yang terfokus tajam langsung pada retina, di bagian belakang mata Anda.
Pada orang dengan hipermetropi , kornea dan lensa tidak melengkung secara merata dan mulus, sinar cahaya tidak dibiaskan dengan benar, sehingga mata mengalami kelainan refraksi.
Kondisi ini ditandai dengan bola mata Anda lebih pendek dari biasanya atau kornea Anda terlalu sedikit melengkung. Efeknya adalah kebalikan dari rabun jauh.
Baca juga: Rekomendasi Warna Softlens yang Cocok untuk Kulit Sawo Matang
Komplikasi Hipermetropi
Memiliki rabun dekat tapi tidak melakukan tindakan perawatan bisa menyebabkan komplikasi, di antaranya:
- Mata juling
- Kualitas hidup tidak maksimal
- Terjadi ketegangan mata yang menyebabkan sakit kepala dan mata mudah kelelahan
- Sangat mungkin mengalami cedera, seperti terjatuh
5 Fakta Rabun Senja pada Anak, Bisa Terjadi karena Diabetes!
Bagaimana Diagnosis Hipermetropi?
Rabun jauh didiagnosis dengan pemeriksaan mata dasar, yang meliputi penilaian refraksi dan pemeriksaan kesehatan mata.
Penilaian refraksi menentukan apakah Moms atau Dads memiliki masalah penglihatan seperti rabun jauh atau rabun jauh, astigmatisme, atau presbiopia.
Dokter mungkin menggunakan berbagai instrumen dan meminta Moms dan Dads untuk melihat melalui beberapa lensa untuk menguji jarak dan penglihatan jarak dekat.
Dokter kemungkinan juga akan memberikan obat tetes mata untuk melebarkan pupil selama pemeriksaan kesehatan mata.
Obat ini mungkin membuat mata jadi lebih sensitif terhadap cahaya selama beberapa jam setelah pemeriksaan.
Pelebaran pupil memungkinkan dokter untuk melihat pandangan yang lebih luas di dalam mata.
Baca juga: 7+ Manfaat Sinar Matahari untuk Kesehatan, Bisa Mencegah Rabun Jauh Lho!
Bagaimana Cara Mengobati Hipermetropi?
Tujuan mengobati hiperopia adalah untuk membantu memfokuskan cahaya pada retina. Berikut pengobatan yang direkomendasikan dokter menurut situs Mayo Clinic.
1. Memakai Lensa
Pada orang muda, pengobatan tidak selalu diperlukan karena lensa kristal di dalam mata cukup fleksibel untuk mengimbangi kondisi tersebut.
Tergantung pada tingkat rabun dekat, Moms dan Dads mungkin memerlukan lensa resep untuk meningkatkan penglihatan jarak dekat.
Terutama seiring bertambahnya usia dan lensa di dalam mata menjadi kurang fleksibel.
Lensa untuk membantu melihat dapat berupa kacamata atau lensa kontak. Moms bisa memilih sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan.
Kacamata mungkin kurang nyaman di aktivitas tertentu, sedangkan softlens punya masa kedaluwarsa.
Oleh karena itu, pertimbangkan mana lensa yang digunakan. Atau bisa juga memilih keduanya yang digunakan secara bergantian sesuai kebutuhan.
2. Bedah Refraktif
Prosedur medis ini bisa dilakukan untuk hipermetropi ringan, sedang, hingga parah.
Perawatan bedah ini memperbaiki rabun jauh dengan membentuk kembali kelengkungan kornea mata.
Metode operasi refraktif umumnya, meliputi:
- Keratomileusis in situ dengan bantuan laser (LASIK)
Dengan prosedur ini, ahli bedah mata membuat lipatan tipis berengsel ke dalam kornea.
Dokter kemudian menggunakan laser untuk menyesuaikan lekukan kornea yang mengoreksi rabun jauh.
Pemulihan dari operasi LASIK biasanya lebih cepat dan menyebabkan ketidaknyamanan yang lebih sedikit daripada operasi kornea lainnya.
- Keratektomi subepitel berbantuan laser (LASEK)
Ahli bedah membuat penutup ultra-tipis hanya di lapisan pelindung luar kornea (epitel).
Dokter kemudian menggunakan laser untuk membentuk kembali lapisan luar kornea, mengubah kurvanya, dan kemudian menggantikan epitel.
- Keratektomi fotorefraksi (PRK)
Prosedur ini mirip dengan LASEK, kecuali ahli bedah mengangkat seluruh epitel, kemudian menggunakan laser untuk membentuk kembali kornea.
Epitel tidak diganti, tetapi akan tumbuh kembali secara alami, sesuai dengan bentuk baru kornea.
Baca juga: Mata Silinder: Gejala, Faktor Penyebab, dan Cara Menanggulanginya
3. Cek Mata Rutin
Jika Moms berisiko tinggi terkena penyakit mata tertentu, seperti glaukoma, lakukan pemeriksaan pelebaran pupil mata setiap satu hingga dua tahun, mulai usia 40 tahun.
Besaran refraksi mata dapat berubah, sehingga kondisi mata Moms dan Dads yang sekarang mungkin akan mengalami perubahan.
Lewat pemeriksaan rutin, perubahan lensa bisa disesuaikan.
Tanpa masalah hipermetropi dan berisiko rendah mengalami penyakit mata, sebenarnya pemeriksaan mata perlu dilakukan.
Terutama jika usia sudah memasuki 40 tahun.
Pengecekan mata dilakukan dengan interval berikut ini.
- Setiap dua hingga empat tahun antara usia 40 dan 54 tahun.
- Setiap satu hingga tiga tahun antara usia 55 dan 64 tahun.
- Setiap satu hingga dua tahun dimulai pada usia 65 tahun.
Baca Juga: 5+ Cara Mengatasi Mata Buram karena HP, Cegah Mata Kering!
Jika Moms memiliki kondisi kesehatan yang memengaruhi mata, seperti diabetes, mungkin perlu memeriksakan mata secara teratur.
Tanyakan kepada dokter mata seberapa sering perlu melakukan pemeriksaan.
Selain itu, tidak ada cara pasti untuk mencegah kondisi tersebut.
Akan tetapi, Moms dan Dads bisa menurunkan risikonya dengan mengonsumsi makanan yang menyehatkan mata, melindungi mata dari sinar matahari, berhenti merokok, serta tidur cukup.
Apabila curiga mengalami gejala-gejala hipermetropi dan merasa sangat terganggu karenanya, jangan tunda untuk segera berobat ke dokter spesialis mata, ya, Moms!
- https://patient.info/eye-care/long-sight-hypermetropia
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/farsightedness/diagnosis-treatment/drc-20372499
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/farsightedness/diagnosis-treatment/drc-20372499
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.