Serba-serbi Kondisi Inkontinensia Urine yang Wajib Diketahui
Apakah Moms atau Dads pernah mengalami kesulitan untuk menahan kencing? Jika iya, mungkin kalian mengidap inkontinensia urine.
Inkontinensia urine terjadi saat seseorang kehilangan kontrol kandung kemih.
Kondisi ini adalah masalah yang cukup umum, tetapi sayangnya bisa membuat pengidapnya merasa malu.
Tingkat keparahannya berkisar dari sesekali buang air kecil saat batuk atau bersin hingga keinginan untuk buang air kecil yang begitu tiba-tiba dan kuat sehingga tidak bisa ke toilet tepat waktu.
Baca Juga: Urine Berbau Tidak Sedap, Hati-Hati Terkena 5 Penyakit Ini
Jenis dan Gejala Inkontinensia Urine
Meskipun terjadi lebih sering seiring bertambahnya usia, inkontinensia urine bukan konsekuensi penuaan yang tak terhindarkan.
Selain itu, bagi kebanyakan orang, gaya hidup sederhana dan perubahan pola makan atau perawatan medis dapat mengobati gejala inkontinensia urine.
Ada beberapa jenis inkontinensia urine yang bisa terjadi, yaitu:
- Inkontinensia Stres
Urine bocor saat menekan kandung kemih dengan batuk, bersin, tertawa, berolahraga, atau mengangkat sesuatu yang berat.
- Inkontinensia Mendesak
Memiliki keinginan yang tiba-tiba dan kuat untuk buang air kecil diikuti dengan keluarnya urine yang tidak disengaja.
Moms mungkin perlu sering buang air kecil, termasuk sepanjang malam.
Inkontinensia mendesak dapat disebabkan oleh kondisi kecil, seperti infeksi, atau kondisi yang lebih parah seperti gangguan neurologis atau diabetes.
- Inkontinensia Overflow
Mengalami sering atau terus-menerus meneteskan air seni karena kandung kemih yang tidak kosong sepenuhnya.
- Inkontinensia Fungsional
Gangguan fisik atau mental membuat seseorang tidak bisa ke toilet tepat waktu.
Misalnya, jika menderita radang sendi yang parah, seseorang mungkin tidak mampu membuka kancing celana dengan cukup cepat.
- Inkontinensia Campuran
Seseorang bisa mengalami lebih dari satu jenis inkontinensia urine.
Nah, yang paling sering adalah kombinasi inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.
Pasien mungkin merasa tidak nyaman mendiskusikan inkontinensia dengan dokter.
Akan tetapi, jika inkontinensia sering terjadi atau mempengaruhi kualitas hidup, penting untuk menemui dokter karena inkontinensia urine dapat menyebabkan beberapa hal, seperti:
- Menyebabkan seseorang membatasi aktivitas dan membatasi interaksi sosial.
- Berdampak negatif pada kualitas hidup.
- Meningkatkan risiko jatuh pada orang dewasa yang lebih tua saat mereka terburu-buru ke toilet.
- Menunjukkan kondisi kesehatan lain yang perlu penanganan serius.
Baca Juga: Mengenal Kateter Urine: Tipe, Proses Pemasangan hingga Harga
Penyebab Inkontinesia Urine
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari, kondisi medis yang mendasari, atau masalah fisik.
Evaluasi menyeluruh oleh dokter dapat membantu menentukan apa yang ada di balik kondisi ini.
1 . Inkontinensia Urine Sementara
Minuman, makanan, dan obat-obatan tertentu dapat bertindak sebagai diuretik sehingga merangsang kandung kemih dan meningkatkan volume urine.
Beberapa yang termasuk misalnya sebagai berikut.
- Alkohol
- Kafein
- Minuman berkarbonasi dan air soda
- Pemanis buatan
- Cokelat
- Cabai
- Makanan yang tinggi rempah-rempah, gula atau asam, terutama buah jeruk
- Obat jantung dan tekanan darah, obat penenang, dan relaksan otot
- Vitamin C dosis besar
Inkontinensia urine juga bisa disebabkan oleh kondisi medis yang mudah diobati, seperti:
- Infeksi Saluran Kemih
Infeksi dapat mengiritasi kandung kemih sehingga menyebabkan Moms memiliki keinginan yang kuat untuk buang air kecil dan, terkadang, inkontinensia.
- Sembelit
Rektum terletak di dekat kandung kemih dan berbagi banyak saraf yang sama.
Kotoran yang keras dan padat di rektum pun bisa menyebabkan saraf ini menjadi terlalu aktif dan meningkatkan frekuensi buang air kecil.
Baca Juga: Susah Buang Air Kecil? Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya!
2. Inkontinensia Urine Persisten
Inkontinensia urine juga menjadi kondisi persisten yang disebabkan oleh masalah atau perubahan fisik yang mendasarinya, termasuk:
- Kehamilan
Perubahan hormon dan peningkatan berat janin dapat menyebabkan inkontinensia stres.
- Persalinan
Persalinan pervaginam dapat melemahkan otot yang diperlukan untuk mengontrol kandung kemih dan merusak saraf kandung kemih dan jaringan pendukung, yang menyebabkan dasar panggul turun (prolaps).
Dengan prolaps, kandung kemih, rahim, rektum atau usus kecil bisa terdorong ke bawah dari posisi biasanya dan menonjol ke dalam vagina.
Tonjolan tersebut dapat dikaitkan dengan inkontinensia.
- Bertambahnya Usia
Penuaan otot kandung kemih dapat menurunkan kapasitas kandung kemih untuk menyimpan urine.
Kontraksi kandung kemih yang tidak disengaja menjadi lebih sering seiring bertambahnya usia.
- Menopause
Setelah menopause, wanita memproduksi lebih sedikit estrogen, hormon yang menjaga lapisan kandung kemih dan uretra tetap sehat.
Kerusakan jaringan ini dapat memperburuk inkontinensia.
- Pembesaran Prostat
Terutama pada pria yang lebih tua, inkontinensia sering disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat, kondisi yang dikenal sebagai hiperplasia prostat jinak.
- Kanker Prostat
Pada pria, inkontinensia stres atau inkontinensia urgensi dapat dikaitkan dengan kanker prostat yang tidak diobati.
Tetapi lebih sering, inkontinensia adalah efek samping dari perawatan untuk kanker prostat.
- Halangan
Tumor di mana saja di sepanjang saluran kemih dapat menghalangi aliran normal urine, yang menyebabkan inkontinensia overflow.
Batu saluran kemih terkadang bisa menyebabkan kebocoran urine.
- Kelainan Saraf
Multiple sclerosis, penyakit Parkinson, stroke, tumor otak, atau cedera tulang belakang dapat mengganggu sinyal saraf yang terlibat dalam kontrol kandung kemih yang menyebabkan inkontinensia urine.
Melihat penyebab-penyebab di atas, jika inkontinensia urine memengaruhi aktivitas sehari-hari, jangan ragu menemui dokter, ya!
Baca Juga: Mengenal Pediatrik Hidronefrosis: Pembengkakan Ginjal Akibat Penumpukan Urine
Cara Mengobati Inkontinensia Urine
Ketika Moms mengalami inkontinensia urine akibat penyakit kronis, mungkin akan sulit untuk disembuhkan.
Dokter mungkin akan memberikan obat untuk mengatasinya. Dalam kasus lebih parah, Dokter akan melakukan tindakan operasi.
Namun, setidaknya Moms bisa mengatasi inkontinensia urine dengan mengubah gaya hidup.
Menurut Web MD, perubahan gaya hidup bisa membantu Moms mengatasi dua tipe inkontinensia, yaitu inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.
Berikut ini sejumlah cara mengatasi inkontinensia urine melalui perubahan gaya hidup.
1. Melatih Keinginan Buang Air Kecil
Moms harus latihan mengontrol kapan dan seberapa sering menggunakan toilet. Bagaimana caranya?
Buatlah catatan harian tentang kebiasaan, termasuk apa yang diminum dan bagaimana perasaan Moms sebelum kebocoran urine terjadi.
Ini akan membantu dokter membuat jadwal untuk Moms. Dengan adanya jadwal, Moms bisa meminimalisasi terjadinya mengompol.
2. Melatih Dasar Panggul
Moms bisa melakukannya dengan senam Kegel, yaitu cara sederhana untuk memperkuat dasar panggul yang melemah setelah melahirkan atau karena penuaan.
Lakukan pengencangan, lalu kendurkan otot-otot Moms, dan ulangi beberapa kali. Kegel dapat membantu mengontrol aliran urine.
3. Berhenti Merokok
Merokok dapat membuat Moms atau Dads batuk lebih sering, sedangkan batuk bisa membuat kita sulit menahan air seni.
Ketika batuk terus-menerus, otot-otot di kandung kemih bisa lebih teriritasi. Selain itu, merokok merupakan penyebab utama kanker kandung kemih.
4. Menahan Keinginan untuk Kencing
Ini adalah cara untuk mengendalikan perasaan ingin buang air kecil yang tiba-tiba muncul.
Moms dapat melakukannya dengan mengalihkan pikiran, mengambil napas dalam-dalam, dan Kegel.
5. Menurunkan Berat Badan
Ternyata, menurunkan berat badan juga bisa membantu mengatasi inkontinensia urine, terutama bagi Moms yang mengalami kegemukan.
Seberapa banyak Moms minum pada siang hari juga perlu diperhatikan. Selain itu, hindari konsumsi kafein dan alkohol berlebih.
Baca juga: Mengenal Enuresis, Kondisi Tidak Mampu Mengontrol Urine Sehingga Rentan Mengompol
Selain gaya hidup, pembedahan juga dapat dipertimbangkan. Prosedur yang cocok untuk pasien akan tergantung pada jenis inkontinensia yang terjadi:
- Perawatan bedah untuk inkontinensia stres, seperti prosedur selempang, digunakan untuk mengurangi tekanan pada kandung kemih atau memperkuat otot yang mengontrol buang air kecil.
- Pembedahan untuk mengobati inkontinensia mendesak termasuk memperbesar kandung kemih atau menanamkan alat yang merangsang saraf yang mengontrol otot detrusor.
Baca Juga: Mengetahui Kondisi Kesehatan Lewat Warna Urine
Itulah ulasan mengenai inkontinensia urine yang perlu dipahami. Sebaiknya segera temui dokter jika mengalami gejalanya, ya!
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/urinary-incontinence/diagnosis-treatment/drc-20352814
- https://www.nhs.uk/conditions/urinary-incontinence/
- https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/u/urinary-incontinence
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.