Kolesistitis: Ini Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Moms sering merasakan nyeri hilang timbul? Waspada, bisa menjadi tanda awal terkena kolesistitis.
Sebagian besar kasus kolesistitis disebabkan karena penyumbatan saluran empedu, sehingga cairan empedu terperangkap di dalam kantong empedu.
Jika dibiarkan, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi seperti jaringan kantong empedu mati dan membusuk, kantong empedu pecah hingga penumpukan nanah.
Lantas, sebenarnya apa itu kolesistitis? Apa saja penyebabnya? Mari simak penjelasannya di bawah ini.
Baca Juga: 20+ Manfaat Minyak Zaitun untuk Kesehatan dan Kecantikan, Buktikan Moms!
Apa Itu Kolesistitis?
Foto Ilustrasi Kolesistitis (Orami Photo Stock)
Melansir StatPearls Journal, kolesistitis adalah penyakit berupa peradangan pada kantung empedu.
Kantung empedu sendiri merupakan organ kecil di sisi kanan perut yang berfungsi untuk menyimpan cairan empedu.
Organ empedu menempel pada saluran tempat mengalirnya cairan empedu dari hati ke usus.
Cairan empedu nantinya akan dikeluarkan dari kantong saat sedang makan untuk membantu mencerna lemak dari makanan.
Biasanya kolesistitis terjadi akibat adanya batu empedu yang terjebak di dalam saluran yang mengalirkan cairan empedu menuju usus.
Bila dibiarkan, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Kolesistitis bisa terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang (kronis).
Sebagian besar kasus kolesistitis akut disebabkan oleh penyumbatan di saluran empedu.
Sedangkan kolesistitis kronis merupakan peradangan yang terjadi setelah seseorang mengalami kolesistitis akut berulang kali.
Baca Juga: 10 Potret Transformasi Yuni Shara, Tetap Awet Muda di Usia 50 Tahun!
Gejala Kolesistitis
Foto Ilustrasi Gejala Kolesistitis (Orami Photo Stock)
Berdasarkan gejalanya, kolesistitis muncul dalam dua jenis, yaitu akut dan kronis.
Pada penyakit yang akut, gejala datang tiba-tiba, menyebabkan rasa sakit yang parah dan berkelanjutan.
Rasa sakit pada yang akut dimulai dari bagian tengah hingga perut kanan atas, lalu menyebar ke tulang belikat kanan atau punggung.
Biasanya nyeri ini akan berlangsung 15-20 menit setelah makan.
Sedangkan pada penyakit yang kronis, serangan peradangan telah terjadi berulang kali sehingga nyerinya cenderung tidak terlalu parah dan tidak selama nyeri pada kolesistitis akut.
Di bawah ini berbagai gejala lainnya.
- Nyeri di dada, punggung atas, atau bahu kanan.
- Nyeri ketika bernapas, bergerak, atau ketika ditekan.
- Bersendawa, mual, dan muntah, biasanya setelah makan makanan tinggi lemak.
- Suhu tubuh rendah.
- Kulit menguning.
- Mata terlihat putih.
- Tinja berwarna pucat.
- Gatal pada kulit, terjadi jika saluran utama yang membawa empedu ke usus terhambat batu.
- Demam dan menggigil, bila kantung empedu telah mengalami infeksi.
Mungkin ada beberapa tanda-tanda atau gejala yang tidak tercantum.
Jika Moms memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, silakan konsultasi dengan dokter.
Penyebab Kolesistitis
Foto Ilustrasi Penyebab Kolesistitis (Orami Photo Stock)
Penyebab kolesistitis bisa beragam kondisi di bawah ini:
1. Batu Empedu
Kolesistitis dapat terjadi karena adanya partikel-partikel keras yang berkembang di kantong empedu alias batu empedu.
Batu ini bisa menyumbat saluran empedu, sehingga cairan empedu akan dan berujung pada peradangan.
2. Tumor
Tumor dapat menghambat cairan empedu keluar dari kantong empedu dan menyebabkan penumpukan empedu maupun peradangan.
3. Penyumbatan Saluran Empedu
Jaringan parut dalam saluran empedu dapat memicu peradangan berupa kolesistitis.
4. Penyakit Tertentu
AIDS dan infeksi virus tertentu dapat memicu peradangan kandung empedu.
5. Masalah Pembuluh Darah
Penyakit yang parah dapat merusak pembuluh darah dan menurunkan aliran darah ke kantong empedu, yang kemudian menyebabkan kolesistitis.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Itinerary Labuan Bajo 4 Hari 3 Malam, Pastikan ke Pulau Padar dan Pulau Komodo
Apakah Kolesistitis Berbahaya?
Foto Ilustrasi Kolesistitis (Orami Photo Stock)
Jika Moms terkena kolesistitis, wajib memeriksakan diri segera ke dokter untuk melakukan diagnosis dan menjalankan pengobatan yang tepat.
Kolesistitis yang tidak ditangani dengan benar berpotensi memicu komplikasi serius bahkan fatal.
Kantong empedu bisa mati dan membusuk, atau pecah adalah komplikasi paling berbahaya.
Apabila terjadi, hal ini menyebabkan infeksi yang serius pada rongga perut, yaitu peritonitis.
Baca Juga: Ukuran Meja Belajar untuk Anak yang Direkomendasikan Berdasarkan Tinggi Badannya
Cara Mengobati Kolesistitis
Foto Ilustrasi Kolesistitis (Orami Photo Stock)
Cara mengobati kolesistitis biasanya akan melibatkan perawatan di rumah sakit.
Langkah ini bertujuan mengendalikan peradangan pada kantong empedu. Pada beberapa kasus, operasi juga mungkin dibutuhkan.
1. Perawatan di Rumah Sakit
Selama di rumah sakit, dokter akan melakukan beberapa langkah di bawah ini guna mengendalikan gejala kolesistitis yang dialami oleh pasien:
- Berpuasa
Pasien tidak diperbolehkan untuk makan atau minum terlebih dahulu untuk meringankan beban kerja kantong empedu.
- Pemberian cairan infus
Cairan infus akan diberikan untuk membantu dalam mengatasi dehidrasi.
- Pemberian antibiotik
Bila kantong empedu sudah mengalami infeksi, dokter akan memberikan obat antibiotik.
- Obat pereda nyeri
Obat antinyeri akan membantu dalam meredakan sakit hingga kondisi peradangan di kantong empedu membaik.
- Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
Beberapa pasien dengan batu empedu yang menyumbat saluran empedu mungkin membutuhkan prosedur ERCP guna mengangkat batu empedu.
Gejala kolesistitis umumnya membaik dalam 2-3 hari.
Namun peradangan kantong empedu dapat kembali terjadi alias kambuh.
Pasien dengan kolesistitis berulang membutuhkan operasi untuk mengangkat kantong empedu.
2. Operasi
Operasi pengangkatan kantong empedu atau kolesistektomi dapat dilakukan dengan tiga cara berikut:
- Kolesistektomi laparoskopi
Dalam operasi ini, dokter akan memasukkan instrumen bedah lewat beberapa sayatan kecil pada perut pasien.
- Kolesistektomi laparoskopi insisi tunggal
Kantong empedu akan diangkat lewat satu sayatan yang biasanya dibuat dekat pusar.
- Kolesistektomi terbuka
Prosedur pengangkatan kantong empedu ini dilaksanakan dengan sayatan besar pada perut pasien.
Karena itu, durasi pemulihan pasien biasanya akan lebih lama daripada operasi laparoskopi.
Setelah kantong empedu diangkat, cairan empedu akan langsung dialirkan dari hati ke usus halus tanpa disimpan dahulu di kantong empedu.
Namun jangan cemas karena tanpa kantong empedu pun, pasien dapat hidup dengan normal.
Baca Juga: 20 Contoh Hewan Vivipar, Mulai dari yang Dipelihara hingga Diternakkan!
Cara Mencegahan Kolesistitis
Foto Ilustrasi Kolesistitis (Orami Photo Stock)
Pencegahan biasanya dilakukan dengan mengurangi risiko kolesistitis yaitu berupa:
- Makan makanan yang sehat
Pilih makanan kaya akan serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan lemak sehat lainnya.
Jauhi makanan tinggi lemak dan kolesterol.
- Olahraga
Olahraga membantu mengurangi kolesterol. Makin rendah kadar kolesterol, makin rendah kemungkinan mengalami batu empedu.
- Menurunkan berat badan secara perlahan
Sebuah penelitian Visceral Medicine, menemukan bahwa penurunan berat badan secara cepat dapat meningkatkan risiko batu empedu.
Kalau mau menurunkan berat badan, cobalah turunkan 0,5 hingga 1 kilogram per minggu.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Sekolah Luar Biasa Jakarta Barat dan Selatan untuk Si Kecil yang Berkebutuhan Khusus
Itu dia Moms penjelasan mengenai penyakit kolestitis.
Jika mengalami nyeri di kuadran kanan atas perut, segera periksakan diri ke dokter.
Baik akut maupun kronis, kolesistitis butuh perawatan yang cepat dan tepat.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459171/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8406364/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cholecystitis/symptoms-causes/syc-20364867
- https://emedicine.medscape.com/article/171886-overview
- https://www.webmd.com/digestive-disorders/what-is-chloecystitis#1
- https://medlineplus.gov/ency/article/000264.htm
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/172067
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.