Loratadin Obat untuk Alergi, Ketahui Dosis dan Risiko Efek Samping
Loratadin adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi berbagai gejala alergi.
Misalnya bersin-bersin, hidung meler, mata berair, ruam kulit yang terasa gatal, atau biduran.
Alergi terjadi ketika tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat tertentu (alergen).
Ini menghasilkan histamin yang cukup banyak, sehingga memunculkan berbagai gejala.
Loratadin adalah obat antihistamin generasi kedua.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan sirup.
Baca Juga: Amfetamin, Obat Golongan Psikotropika yang Bantu Atasi ADHD
Manfaat dan Kegunaan Loratadine
Foto: Orami Photo Stock
Loratadin adalah obat antihistamin over the counter (OTC), yang artinya bisa dibeli tanpa resep dokter.
Obat ini sering digunakan untuk meredakan gejala alergi, seperti:
- Pilek.
- Bersin.
- Mata gatal dan berair.
- Hidung atau tenggorokan gatal.
- Gatal atau iritasi akibat reaksi kulit, seperti urtikaria.
Loratadin bekerja dengan memblokir kerja histamin dalam tubuh.
Histamin adalah zat yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap zat yang tidak berbahaya (alergen).
Histamin berperan utama sebagai penyebab munculnya gejala alergi pada hidung, seperti produksi lendir, bengkak, dan gatal.
Hal ini dijelaskan dalam studi pada 2017 di jurnal Histamine and Histamine Receptors in Health and Disease.
Baca Juga: 6 Pilihan Obat Alergi, Pertimbangkan Sesuai Kebutuhan, ya!
Dosis dan Cara Penggunaan Loratadin
Foto: Orami Photo Stock
Dosis Loratadin pada setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung usia, kondisi yang dialami, dan faktor lainnya.
Untuk mengetahui dosis pastinya, sebaiknya konsultasikan pada dokter.
Namun, secara umum, dosis Loratadin untuk mengatasi gejala alergi adalah:
- Dewasa dan anak-anak >12 tahun: dosis awal 10 mg diminum 1 kali sehari, atau 5 mg diminum 2 kali sehari.
- Anak-anak 2–12 tahun dengan berat badan >30 kg: dosis awal 10 mg, diminum 1 kali sehari.
- Anak-anak 2–12 tahun dengan berat badan <30 kg: dosis awal 5 mg, diminum 1 kali sehari.
Loratadin harus digunakan sesuai resep dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan.
Hindari menambah atau mengurangi dosis tanpa instruksi dari dokter.
Biasanya, Loratadin digunakan hanya dalam jangka pendek.
Jadi, jangan konsumsi obat ini dalam jangka panjang.
Loratadin dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.
Agar hasilnya optimal, disarankan untuk minum obat di jam yang sama setiap harinya.
Jika lupa mengonsumsi obat ini, segera minum saat ingat.
Namun, jika jeda waktu dengan dosis berikutnya sudah dekat, sebaiknya abaikan saja.
Jangan menggandakan dosis jika lupa minum obat.
Untuk bentuk sediaan tablet, telan obat secara utuh dengan bantuan air putih.
Jangan membelah, menggerus, atau mengunyah obat.
Baca Juga: Kenali Obat Clopidogrel: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Untuk Loratadin bentuk sirup, jangan lupa untuk mengocok botol terlebih dahulu sebelum digunakan.
Sebaiknya pakai sendok takar yang disediakan di kemasan obat agar dosisnya tepat.
Hindari menggunakan sendok makan.
Jika gejala alergi yang dialami tak kunjung membaik setelah 3 hari pengobatan dengan menggunakan Loratadin, segera periksakan diri ke dokter.
Kewaspadaan dan Kontraindikasi Loratadin
Foto: Orami Photo Stock
Keadaan atau kondisi medis tertentu dapat membuat penggunaan Loratadin berisiko.
Bahkan, pada beberapa kondisi, obat ini juga tidak boleh digunakan (kontraindikasi).
Berikut ini beberapa keadaan yang jadi kewaspadaan dan kontraindikasi Loratadin:
1. Alergi
Loratadin tidak boleh digunakan jika pernah mengalami reaksi alergi terhadap obat ini atau bahan tidak aktif lainnya yang ada dalam obat ini.
Selain itu, orang yang alergi atau sensitif terhadap gelatin juga harus menghindari tablet cepat larut dan kapsul berisi cairan.
Jadi, perhatikan juga merek Loratadin yang digunakan.
2. Kehamilan
Penelitian pada 2014 di jurnal Expert Opinion on Drug Safety menunjukkan, penggunaan antihistamin selama kehamilan tidak terkait dengan cacat lahir.
Namun, masih ada kekurangan pada penelitian yang dilakukan pada manusia.
Penelitian lebih lanjut mengenai ini masih diperlukan.
Jadi, meski Loratadin adalah obat OTC, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter jika sedang hamil.
Pada dasarnya, konsultasi pada dokter harus dilakukan sebelum minum obat apa pun saat hamil.
3. Menyusui
Antihistamin seperti Loratadin dapat ditransfer ke bayi dalam ASI dan mungkin tidak direkomendasikan saat menyusui.
Sebaiknya konsultasikan pada dokter jika ingin mengonsumsi Loratadin saat menyusui.
Baca Juga: 8 Obat Radang Tenggorokan untuk Ibu Menyusui, Aman dan Terbukti Ampuh!
Risiko Efek Samping Loratadin
Foto: Orami Photo Stock
Loratadin biasanya ditoleransi dengan baik dan sebagian besar efek sampingnya ringan.
Namun, obat ini dapat menyebabkan efek samping yang serius.
Misalnya, reaksi alergi yang mengancam jiwa yang disebut syok anafilaksis pada beberapa kasus.
Berikut ini beberapa risiko efek samping umum dari Loratadin:
- Sakit kepala.
- Mengantuk.
- Kelelahan.
- Mulut kering.
- Infeksi saluran pernapasan atas.
- Mual.
Baca Juga: Kenali Obat Chlorhexidine: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Berbagai efek samping tersebut umumnya hilang dalam beberapa waktu.
Namun, jika efek samping tak kunjung membaik, segera hubungi dokter.
Sementara itu, risiko efek samping parah yang bisa diakibatkan oleh penggunaan Loratadin adalah:
- Gugup.
- Mengi.
- Sulit bernapas.
- Detak jantung cepat.
- Suara serak.
- Pembengkakan mata, wajah, bibir, atau lidah.
- Ruam kulit.
- Gatal-gatal.
- Kegelisahan yang berlebihan.
- Sakit perut.
- Kesulitan berbicara.
- Pingsan.
Jika mengalami berbagai efek samping serius tersebut, segera hentikan penggunaan obat dan cari bantuan medis.
- https://link.springer.com/chapter/10.1007/164_2016_85
- https://doi.org/10.1517/14740338.2014.970164
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/antihistamines
- https://www.verywellhealth.com/all-about-loratadine-claritin-1191830
- https://www.mims.com/indonesia/drug/info/loratadine?mtype=generic
- https://www.webmd.com/drugs/2/drug-73-204/loratadine-oral/loratadine-oral/details
- https://www.drugs.com/cdi/loratadine-capsules-and-tablets.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.