Moms, Ketahui 7 Penyebab Luka di Kaki Lama Sembuh
Luka di kaki yang tak kunjung sembuh adalah kondisi saat seseorang mengalami luka lebih dari 12 minggu.
Kondisi ini disebut luka kronis yang disebabkan oleh infeksi hingga kekurangan asupan nutrisi.
Lamanya waktu untuk menyembuhkan luka tergantung seberapa parah kondisi luka dan kesehatan penderita keseluruhan.
Luka terbuka dengan ukuran yang besar membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh ketimbang luka tertutup.
Meski demikian, dengan langkah perawatan yang tepat, apa pun jenis luka bisa diatasi dengan lebih cepat.
Jika dalam waktu lebih dari 12 minggu luka tak kunjung membaik, disarankan segera memeriksakan diri.
Baca Juga: 5 Tips yang Bisa Dilakukan agar Luka Cepat Kering
Penyebab Luka di Kaki Lama Sembuh
Foto Luka di Kaki (istockphoto.com)
Ada beberapa faktor yang mendasari luka di kaki jadi lama sembuh.
Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Terganggunya Aliran Darah atau Oksigen
Jika suplai darah yang mengangkut oksigen terhambat, maka proses penyembuhan luka akan terganggu.
Beberapa penyakit yang menyebabkan kondisi ini, termasuk vaskulitis (peradangan pada pembuluh darah).
Selain itu, aneurisma (pelebaran pembuluh darah otak) dan penyakit arteri perifer bisa menjadi penyebab luka di kaki sulit untuk sembuh.
2. Infeksi
Infeksi ini menjadi salah satu komplikasi luka di kaki yang tidak dirawat dengan baik dan benar.
Akibatnya, luka menjadi semakin parah dan sulit untuk sembuh.
Saat infeksi terjadi, sistem kekebalan tubuh secara otomatis menggunakan energi untuk melawan kuman.
Ini membuat energi tubuh untuk proses penyembuhan luka jadi berkurang.
Gejalanya meliputi demam, nyeri, perubahan warna dan ukuran luka, serta cairan kuning yang mengalir dari luka.
Cairan kuning ini adalah nanah yang bisa memicu sepsis jika tak segera diatasi.
Komplikasinya bisa sangat membahayakan, termasuk kematian.
3. Diabetes
Tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes bisa menurunkan fungsi sistem kekebalan tubuh, sehingga infeksi pada luka lebih mudah terjadi.
Pengidap diabetes juga mengalami gangguan peredaran darah dan kerusakan saraf (neuropati), sehingga luka jadi sulit sembuh.
Baca Juga: Ketahui Cara Membalut Luka yang Benar agar Cepat Sembuh
4. Berusia Tua (Lansia)
Foto Lansia dengan Luka di Kaki (istockphoto.com)
Usia tua membuat proses penyembuhan luka menjadi lebih lambat.
Selain usia, asupan gizi, penyakit yang dialami dan kondisi kesehatan keseluruhan turut andil dalam proses penyembuhan.
Lansia juga memiliki kulit yang tidak kencang, sehingga kebersihan di area lipatan kulit tidak terjaga dengan baik.
5. Kekurangan Nutrisi
Tubuh memerlukan beberapa jenis nutrisi guna menunjang proses penyembuhan luka.
Beberapa di antaranya yaitu kalsium, zat besi, dan vitamin K.
Jika kebutuhan beberapa jenis asupan tersebut tidak terpenuhi dengan baik, proses penyembuhan luka bisa berjalan lebih lambat dari yang seharusnya.
Karena itu, usahakan memenuhi asupan nutrisi yang disebutkan saat mengalami luka, agar tubuh bisa melawan dari dalam.
6. Efek Samping Prosedur Kemoterapi
Foto Pasien Menjalani Kemoterapi (Orami Photo Stock)
Tak hanya rasa lelah berlebihan, rambut rontok, mual, muntah, memar dan perdarahan saja.
Kemoterapi juga meningkatkan risiko luka sulit untuk sembuh.
Sebab, kemoterapi memberikan efek penurunan jumlah trombosit.
Padahal, trombosit diperlukan untuk membantu proses pembekuan darah, sehingga luka lebih cepat sembuh.
Karena itu, seorang yang ingin melakukan prosedur kemoterapi disarankan menjaga diri dan menghindari kondisi yang bisa memicu luka.
Baca Juga: Hindari Amputasi, Begini Cara Mengobati Luka Diabetes
7. Mengonsumsi Alkohol
Penyebab terakhir luka di kaki lama sembuh adalah mengonsumsi minuman beralkohol.
Studi pada 2014 yang berjudul Alcoholism: Clinical and Experimental Research menemukan seseorang yang kebiasaan minum alkohol lebih mudah terkena infeksi.
Kasus yang paling banyak terjadi adalah infeksi luka pasca operasi, sehingga sulit dan membutuhkan waktu lama untuk sembuh.
Minuman beralkohol juga dapat menekan respons imun tubuh, sehingga proses penyembuhan berjalan lebih lambat.
Baca Juga: 7+ Obat Pengering Luka Luar dari Bahan Alami, Bantu Cegah Infeksi dan Percepat Penyembuhan
Kapan Harus ke Dokter?
Foto Periksa Luka ke Dokter (istockphoto.com)
Dalam intensitas ringan, luka di kaki tidak membutuhkan perawatan khusus.
Luka bisa sembuh dengan perawatan sederhana, seperti:
1. Rutin Mencuci Tangan
Lakukan langkah ini sebelum melakukan perawatan luka untuk mencegah perpindahan bakteri dari tangan ke luka.
2. Menekan Luka
Cara ini bertujuan agar perdarahan bisa berhenti dengan sendirinya.
Posisikan kaki di atas tembok atau lebih tinggi dari badan.
3. Membersihkan Luka
Bilas luka dengan air mengalir.
Kemudian, keringkan dengan tisu atau handuk bersih.
4. Mengoleskan Salep
Ini bertujuan membantu menjaga permukaan kulit tetap lembap.
Salep juga bisa mencegah infeksi dan luka semakin parah.
5. Menutup Luka
Tutup luka dengan perban untuk menjaga kebersihannya agar terhindar dari paparan bakteri.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Salep untuk Luka Bakar yang Aman
Selain beberapa langkah yang disebutkan, hindari menggosok luka secara berlebihan dan jangan juga diplester terlalu ketat.
Tetap jaga area kaki tetap kering dan bersih.
Kemudian, gunakan pakaian yang nyaman dengan bahan menyerap keringat dan longgar.
Jangan terlalu banyak beraktivitas, perbanyak istirahat, mengonsumsi makanan kaya protein dan hindari merokok.
Jika beberapa langkah yang disebutkan tidak membuat luka membaik, segera periksakan diri ke dokter, ya!
Apalagi jika luka berubah kemerahan, membengkak, terasa semakin nyeri atau keluar nanah dari dalam luka.
Perawatan yang tepat dibutuhkan untuk mengetahui penyebab yang mendasari.
Selain itu, obat-obatan yang diberikan dokter mampu mencegah luka menjadi infeksi yang bisa berujung pada kondisi membahayakan.
- https://www.webmd.com/first-aid/ss/slideshow-caring-for-wounds
- https://www.healthline.com/health/skin/stages-of-wound-healing
- https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/wounds-how-to-care-for-them
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.