Malabsorbsi, Kondisi Usus Kecil Tidak Dapat Menyerap Cukup Nutrisi dan Cairan
Malabsorbsi merupakan kondisi yang mengacu pada gangguan di mana usus kecil tidak dapat menyerap cukup nutrisi dan cairan tertentu di dalam tubuh.
Malabsorbsi umumnya ditemui pada anak-anak dan sayangnya, kondisi ini sulit dikenali secara kasat mata. Padahal ini merupakan kondisi serius yang bisa memengaruhi tumbuh kembang balita secara negatif.
Menurut artikel medis yang dimuat dalam publikasi American Academy of Pediatrics, malabsorbsi makanan sendiri adalah kondisi di mana usus kecil tidak bisa mencerna makanan secara normal
Akibatnya, balita dan anak-anak yang mengalami kondisi ini tidak cukup mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya.
Secara spesifik, malabsorbsi makanan membuat saluran pencernaan balita kesulitan menyerap makronutrien (protein, karbohidrat, lemak), mikronutrien (vitamin dan mineral), atau keduanya.
Dampak yang ditimbulkan pada balita juga cukup serius lho, Moms. Mulai dari kurang gizi, berat badan di bawah angka ideal, sampai gagal tumbuh atau failure to thrive.
Yuk Moms, simak informasi berikut untuk tahu lebih banyak tentang seluk beluk malabsorbsi.
Baca Juga: Mencegah Obesitas pada Balita yang Doyan Makan
Penyebab Malabsorbsi
Foto malabsorbsi pada anak-anak (Romper.com)
Nah, tentunya Moms bertanya-tanya bukan mengapa bisa terjadi? Ada banyak penyebab kenapa Si Kecil bisa mengalami kondisi ini.
Salah satunya adalah tubuh tidak memproduksi enzim khusus yang diperlukan untuk mencerna zat makanan.
Malabsorbsi makanan juga bisa terjadi karena balita mengalami kondisi yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi. Melansir dari Medical News Today, berikut penyebabnya:
- Kondisi kerusakan usus akibat infeksi, peradangan, trauma atau cedera, hingga pasca pembedahan
- Mengonsumsi obat antibiotik dalam waktu lama
- Beberapa penyakit seperti penyakit celiac, penyakit Crohn, pankreatitis kronis, atau cystic fibrosis
- Kondisi defisiensi laktase atau intoleransi laktosa
- Kondisi bawaan lahir seperti atresia bilier, yaitu ketika saluran empedu tidak berkembang secara normal dan menghalangi aliran empedu dari hati.
- Penyakit kandung empedu, penyakit hati, hingga pankreas
- Penyakit akibat parasit
- Pasca terapi radiasi yang berpotensi melukai lapisan usus
- Konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat melukai lapisan usus, seperti tetrasiklin, colchicine, atau cholestyramine.
Baca Juga: Mengenal Suplemen Vitazym untuk Atasi Masalah Pencernaan
Menurut dr. Muzal Kadim, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenterologi Hepatologi Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah, malabsorpsi bisa terjadi karena 2 faktor.
- Bawaan lahir, kondisi ini terjadi akibat belum berkembangnya enzim-enzim di usus bayi. Biasanya setelah 6 bulan kondisi akan membaik.
- Adanya kerusakan dinding usus akibat diare berulang, hal ini menyebabkan sel usus kurang memproduksi enzim pencernaan, sehingga terjadi malabsorpsi. Kondisi ini harus ditangani agar tidak berlanjut.
Namun di luar itu, ada penyebab lainnya yang bisa mengakibatkan kondisi ini. Seperti salah satunya disebut sindrom usus pendek atau short bowel syndrome (SBS).
SBS membuat usus menjadi kurang mampu menyerap nutrisi yang diakibatkan kelainan sejak lahir dan bisa juga akibat pasca operasi di bagian perut.
Penyebab lainnya yang jarang terjadi adalah tropical sprue atau sariawan tropikal. Kondisi ini paling sering ditemui di daerah Karibia, India, dan dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Sariawan tropikal ini diakibatkan dari racun dalam makanan, infeksi, dan parasit.
Baca Juga: 6 Fungsi Usus Besar dalam Pencernaan Makanan Manusia
Jenis Malabsorbsi Karbohidrat
Foto pemeriksaan dokter (Orami Photo Stock)
Malabsorbsi memiliki banyak jenisnya, lho Moms. Salah satunya malabsorbsi karbohidrat, yaitu terjadi ketika karbohidrat tidak diserap dari saluran gastrointestinal.
Malabsorpsi karbohidrat bisa dideteksi dengan menguji tinja Si Kecil dan jika pH kurang dari 5,5, yang disebabkan oleh fermentasi karbohidrat dari malabsorpsi.
Selain itu bisa juga dideteksi dengan menguji tinja untuk glukosa atau gula lainnya dalam tubuh seperti sukrosa dan pati. Jenis malabsorpsi ini dapat menyebabkan diare berair, Moms.
Melansir dari Children's Hospital of Philadelphia, malabsorbsi karbohidrat sendiri memiliki 2 jenis, yaitu:
1. Defisiensi Disakaridase
Jenis ini merupakan defisiensi enzim di usus kecil yang memecah disakarida seperti laktosa, sukrosa, dan maltosa. Gejala dari jenis defisiensi disakaridase adalah perut kembung, sakit perut, mual dan diare.
Bayi yang mengalami malabsorpsi jenis ini biasanya diberikan susu formula bebas laktosa sampai bayi sembuh dari diare yang diakibatkan malabsorpsi.
2. Gangguan Pencernaan
Jenis ini terjadi ketika pati tidak dapat dipecah menjadi gula atau glukosa atau ketika disakarida tidak dapat dipecah menjadi monosakarida.
Monosakarida sendiri diserap oleh usus kecil. Sementara, Karbohidrat yang tidak diserap di usus halus difermentasi oleh bakteri di usus besar dan diubah menjadi asam lemak dan kemudian diserap oleh usus besar.
Gangguan lain dari pencernaan dan penyerapan karbohidrat adalah malabsorpsi glukosa-galaktosa, yang jarang terjadi.
Baca Juga: Kenali Fungsi Enzim Amilase dalam Sistem Pencernaan
Gejala Malabsorbsi Makanan
Foto malabsorbsi pada balita (nbcnews.com)
Seperti dikutip dari Healthline, gejala yang muncul saat balita mengalami malabsorbsi makanan akan berbeda tergantung dengan jenis nutrisi yang sulit dicerna oleh tubuhnya, seperti:
- Malabsorbsi lemak: feses berwarna cerah, sangat bau, menggumpal, dan berminyak. Biasanya menempel di mangkuk toilet atau sulit disiram.
- Malabsorbsi protein: rambut kering, rambut rontok, dan retensi cairan yang menyebabkan bengkak pada bagian tubuh tertentu.
- Malabsorbsi jenis gula tertentu: perut kembung, bergas, dan diare berat.
- Malabsorbsi vitamin tertentu: anemia, tekanan darah rendah, otot lemas, atau kehilangan berat badan.
"Ciri-cirinya secara umum adalah gejala saluran cerna berupa diare, kembung, banyak kentut, dan berat badan tidak naik," jelas dr. Muzal Kadim.
Jadi, secara umum, malabsorbsi bisa menimbulkan gejala seperti ini, ya Moms.
- Sakit perut
- Distensi perut atau kondisi regangan atau pembengkakan area abdomen (perut)
- Perut kembung
- Adanya gas dalam perut
- Mual dan muntah
- Diare
- Steatorrhea (tinja berlemak).
Untuk gejala parahnya bisa berupa:
- Penurunan berat badan secara terus menerus
- Massa otot mengecil
- Sering mengalami infeksi
- Mudah memar
- Kulit kering dan lesi kulit
- Rambut kering dan rambut rontok
- Dehidrasi
- Edema (pembengkakan dengan cairan)
- Anemia, seperti kelelahan dan sering pusing
- Iritabilitas
- Amenore, atau tidak mengalami menstruasi bagi perempuan
- Tumbuh kembang pada anak yang terlambat.
Baca Juga: Mengenal ARFID, Gangguan Makan yang Sering Dialami Balita
Faktor Risiko Malabsorbsi
Foto malabsorbsi pada bayi (Orami Photo Stock)
Siapa saja bisa mengalami malabsorbsi, lho Moms. Tapi kondisi ini memang paling umum diderita oleh anak-anak.
Moms tidak perlu cemas, tidak hanya anak-anak akan mengalami kondisi ini, karena ada kondisi lainnya yang lebih berisiko. Jika Moms dan Si Kecil salah satu yang berisiko, maka konsultasikan ke dokter, ya!
- Riwayat keluarga dengan fibrosis kistik atau malabsorpsi
- Mengonsumsi dan minum alkohol dalam jumlah besar
- Pasca operasi usus atau operasi di bagian perut dan pencernaan lainnya
- Penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk obat pencahar atau minyak mineral
- Sering bepergian ke Karibia, India, dan daerah Asia Tenggara, lebih rentan terkena malabsorbsi.
Namun banyak juga orang yang berisiko malabsorbsi namun tidak mengalami kondisi ini dan begitu juga sebaliknya.
Baca Juga: Lambung Bocor, Masalah Pencernaan yang Bisa Mengancam Jiwa
Diagnosis Malabsorbsi
Foto tes darah (Orami Photo Stock)
Moms, untuk mendiagnosis malabsorbsi ada banyak cara, sehingga tidak hanya berdasarkan gejala, malabsorbsi juga perlu dilakukan serangkaian tes.
Diagnosis sendiri berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat keparahan dari kondisi ini, sebab dengan begitu, dokter juga bisa memberikan pengobatan dan jenis obat yang sesuai, Moms!
Mulanya dokter akan menanyakan tentang riwayat penyakit yang diderita beserta dengan gejalanya. Seperti berapa lama Si Kecil merasakan gejalanya.
Hingga aktivitas atau hal apa yang membuat gejala memburuk.
Berikut cara diagnosis malabsorbsi yang perlu Moms ketahui, agar tidak self diagnose, ya Moms!
1. Tes Darah
Dari tes ini dokter akan mengambil jumlah darah lengkap dan akan dicek melalui labolatorium. Biasanya jumlah darah yang dilihat berupa keseimbangan elektrolit.
Lalu, memeriksa kadar protein dalam darah juga bisa membantu dokter untuk mencari tahu sejauh mana pasien mengalami kekurangan gizi yang diakibatkan oleh malabsorbsi.
Baca Juga: Pahami Jenis dan Fungsi Melakukan Tes Darah untuk Kesehatan
2. Tes Tinja
Tes ini tentunya akan melibatkan sampel tinja yang diminta untuk menguji adanya kelebihan lemak dalam tinja.
Tingkat lemak yang tinggi bisa membuktikan bahwa tubuh tidak menyerap lemak dari makanan yang dikonsumsi dengan baik. Hal ini juga yang menyebabkan seseorang menjadi kurang gizi.
3. Tes Napas
Tes napas ini bertujuan untuk mencari tahu apakah adanya gas nitrogen pada pasien yang kemungkinan mengalami intoleransi laktosa.
Sebab, usus akan menghasilkan gas nitrogen berlebih jika tidak dapat menyerap laktosan dengan benar.
4. Tes Pencitraan
Tes ini berfungsi untuk melihat organ pencernaan sekaligus memeriksa fungsi dan struktur di dalam pencernaan untuk menjawab kecurigaan terhadap kondisi lain di luar malabsorbsi.
5. Biopsi Usus Kecil
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan usus kecil untuk diuji di labolatorium.
Tindakan ini membantu memberikan diagnosis yang kuat pada kerusakan di mukosa. Namun biasanya biopsi dilakukan dengan anastesi lokal, sehingga pasien tidak akan merasakan sakit.
Baca Juga: Segala Hal yang Perlu Moms Ketahui Tentang USG 4D
Pengobatan Malabsorbsi
Foto malabsorbsi pada anak (Orami Photo Stock)
Untuk mengatasi malabsorbsi makanan pada balita, dokter biasanya akan menangani kondisi penyebabnya.
"Periksakan kondisi si kecil ke dokter spesialis anak atau dokter spesialis anak konsultan gastroenterologi hepatologi anak, untuk memastikan apakah terdapat malabsorpsi atau karena sebab lain.
Biasanya akan dilakukan pemeriksaan feses si kecil untuk melihat adanya sisa karbohidrat maupun lemak dalam feses yang tidak diserap oleh usus," jelas dr. Muzal Kadim
Kemudian, umumnya balita yang memiliki kondisi intoleransi laktosa akan disarankan untuk minum tablet enzim laktase dan menghindari konsumsi produk susu.
Setelah itu dokter akan merujuk balita ke ahli gizi untuk membuat rencana pola makan yang bisa mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh.
Biasanya dengan memberikan suplemen enzim, suplemen vitamin, serta merekomendasikan makanan mana yang baik dimakan dan harus dihindari.
Baca Juga: 3 Dampak Buruk Malnutrisi Pada Balita yang Harus Kita Tahu
Itulah beberapa hal yang perlu Moms ketahui tentang malabsorbsi yang bisa diderita siapa saja, terlebih untuk Si Kecil.
Cerita yuk Moms, apa yang biasanya Moms lakukan untuk memastikan balita mendapatkan cukup vitamin dan nutrisi untuk mendukung tumbuh kembangnya?
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22722-malabsorption#symptoms-and-causes
- https://www.webmd.com/digestive-disorders/malabsorption-syndrome
- https://www.healthline.com/health/malabsorption#diagnosis
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/322467#takeaway
- https://pedsinreview.aappublications.org/content/31/10/407
- https://www.chop.edu/conditions-diseases/carbohydrate-malabsorption#:~:text=is%20carbohydrate%20malabsorption%3F-,What%20is%20carbohydrate%20malabsorption%3F,lactose%2C%20sucrose%2C%20maltose).
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/malabsorption
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.