Mengenal Gastroenteritis pada Anak, Penyakit Diare Akut yang Berbahaya
Masalah sakit perut pada anak bisa disebabkan oleh berbagai macam gejala. Salah satunya gastroenteritis.
Gastroenteritis disebut juga penyakit diare akut. Penyakit diare ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena angka kesakitan dan kematian yang tinggi.
Menurut data Riskesdas 2013, diare adalah penyebab kematian tertinggi, dan penyebab gagal tumbuh balita Indonesia. Lima provinsi dengan kejadian diare tertinggi: Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten.
Yuk, kenali lebih dalam tentang penyakit gastroenteritis, yang dipaparkan oleh dr. Frieda Handayani Kawanto, Sp. A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenterologi Hepatologi Anak RS Pondok Indah-Bintaro Jaya.
Apa Itu Gastroenteritis pada Anak?
Gastroenteritis adalah gangguan Buang Air Besar (BAB) dengan konsistensi lembek atau cair dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam sehari yang sudah masuk tahap akut.
"Pada bayi yang mendapat ASI, frekuensi BAB sering melebihi 3-4 kali sehari. Keadaan ini masih fisiologis. Selama berat badan bayi meningkat dengan baik, hal ini tidak tergolong diare, tetapi karena intoleransi laktosa sementara, akibat perkembangan saluran cerna yang belum sempurna," jelas dr. Frieda.
Ia memberikan perbedaan, bayi dengan ASI eksklusif dikatakan diare bila frekuensi BAB meningkat, atau konsistensinya jadi cair yang tidak seperti biasanya.
"Anak yang BAB kurang dari 3 kali sehari, tetapi konsistensinya cair sudah dapat dikatakan mengalami diare," terangnya.
Baca Juga: Mengatasi Diare Selama Kehamilan
Penyebab Gastroenteritis pada Anak
Secara klinis, penyebab diare akut atau gastroenteritis dapat dikelompokkan dalam enam golongan besar yaitu infeksi (disebabkan bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan penyebab lainnya.
Penyebab diare akut disebabkan oleh bakteri, virus, atau infestasi parasit biasanya akibat masuknya:
- Bakteri, misalnya Aeromonas, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium perfringens, Clostridium difficile, E coli, dan sebagainya;
- Virus, seperti Astrovirus, Calcicirus, enteric Adenovirus, Coronavirus, Rotavirus, dan
- Parasit, seperti Balantidium coli, Blastocystis hominis, Cryptosporidium parvum, E. Histolytica, dan sebagainya.
"Infeksi, oleh virus, bakteri dan parasit, adalah penyebab diare tersering. Virus, terutama Rotavirus merupakan penyebab utama (60-70 persen) diare infeksi pada anak, sedangkan sekitar 10-20 persen penyebabnya adalah bakteri, dan kurang dari 10 persen penyebabnya adalah parasit," jelas dr. Frieda.
Jenis Rotavirus dan Escherichia coli adalah dua penyebab diare paling sering di negara-negara berkembang.
Anak yang meninggal dunia akibat diare seringkali mengalami malnutrisi, yang menyebabkan mereka lebih rentan terkena diare.
"Sebaliknya, setiap terjadinya diare membuat malnutrisi menjadi lebih parah. Diare adalah penyebab utama malnutrisi pada anak di bawah 5 tahun," jelas dr. Frieda.
Baca Juga: Bayi Terkena Diare, Apakah Perlu Diobati Antibiotik?
Pemeriksaan Tinja untuk Penderita Gastroenteritis
"Pemeriksaan darah lengkap pada diare akut biasanya tidak diperlukan, kecuali pada penderita dengan dehidrasi berat atau diare dengan penyakit penyerta," terang dr. Frieda.
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita diare, meskipun pemeriksaan darah tidak dilakukan. Dari sini, dapat diketahui jenis bakteri, virus, atau parasit apa yang sebabkan diare.
- Tinja cair tanpa lendir dan darah biasanya disebabkan enterotoksin virus dan protozoa.
- Tinja berlendir dan berdarah biasanya disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa, dan parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura.
- Tinja berbau busuk didapatkan pada infeksi Salmonella, Giardia, Cryptosporidium, dan Strongyloides.
Baca Juga: 7 Makanan Terbaik yang Bisa Diberikan Saat Balita Diare
Pengobatan untuk Gastroenteritis pada Anak
Departemen Kesehatan RI dan WHO menetapkan "Lintas Diare" yaitu lima langkah tuntaskan diare, yang terdiri dari:
1. Rehidrasi dengan Cairan Rehidrasi Oral Formula Baru
Formula lama dibuat saat KLB disentri di Asia Selatan menyebabkan lebih banyak kehilangan elektrolit tubuh terutama natrium.
Seiring perbaikan higienitas dan sanitasi masyarakat, diare yang seringkali dijumpai belakangan ini lebih diakibatkan virus yang tidak menyebabkan kehilangan elektrolit sebanyak diare akibat disentri.
Sehingga dikembangkan cairan rehidrasi baru yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipernatremia, mengurangi pemberian cairan melalui intravena, mengurangi pengeluaran tinja, dan mengurangi kejadian muntah.
2. Zinc Diberikan 10 Hari Berturut-turut
Zinc adalah salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc di dalam tubuh akan menurun pada jumlah besar ketika anak mengalami diare.
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian zinc mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang, dan mempercepat penyembuhan diare.
Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.
3. Pemberian ASI dan Makanan Tetap Diteruskan
Bayi di bawah 6 bulan sebaiknya tetap mendapatkan ASI eksklusif meskipun mengalami diare.
Akan lebih baik jika anak mau makan lebih banyak ASI dan makanan daripada biasanya, karena akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan, dan mencegah malnutrisi.
Lakukan pemberian ASI dan makanan sampai 2 minggu setelah anak berhenti alami diare. Pada anak dengan usia kurang dari 2 tahun, anjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan ganti dengan ASI.
Sementara untuk anak yang usianya lebih dari 2 tahun, teruskan pemberian susu formula. Pastikan anak mendapatkan oralit dan air matang.
4. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera. Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat bisa membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh.
Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati, dan diare yang disebabkan oleh antibiotik.
5. Edukasi Orang Tua
Lakukan edukasi dan cek pemahaman Moms tentang cara pemberian oralit, zinc, ASI/makanan. Informasikan tanda-tanda atau gejala untuk segera membawa anak ke petugas kesehatan.
Misalnya, jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulang kali, mengalami rasa haus yang nyata, asupan jauh berkurang, demam, tinja berdarah, dan tidak membaik dalam 3 hari.
Nah, itulah beberapa hal yang perlu Moms ketahui tentang gastroenteritis. Jika diare Si Kecil tidak kunjung sembuh dan malah makin parah, bisa jadi Si Kecil sudah sampai tahap gastroenteritis.
Segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat ya Moms!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.