19 April 2018

Mengenal Penyakit Japanese Encephalitis, Radang Otak Akibat Virus Encephalitis

Gejalanya meliputi demam tinggi , sakit kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi, koma, kejang, dan kelumpuhan.


Nama virus Japanese encephalitis menjadi perhatian di Indonesia. Menurut data dari WHO (World Health Organization) dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mencatat bahwa Indonesia termasuk dalam salah satu dari banyak negara Asia yang menjadi daerah endemis virus Japanese Encephalitis ini.

Mengenal Japanese Encephalitis

Japanese encephalitis merupakan penyakit radang otak akibat virus. Dimana virus Japanese Encephalitis adalah virus golongan flavivirus yang sebenarnya penularannya hanya terjadi antara nyamuk Culex, babi, dan atau burung sawah atau ladang.

Meski hanya menular diantara binatang tersebut, bukan berarti virus ini tak dapat menularkan manusia. Manusia bisa saja tertular virus Japanese Encephalitis bila tergigit oleh nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi.

Nyamuk ini biasanya lebih aktif pada malam hari dan banyak terdapat di persawahan dan area irigasi. Di Bali sendiri, tingginya kasus Japanese Encephalitis yang terjadi dikaitkan dengan banyaknya persawahan dan peternakan babi di area tersebut. selain itu, penyakit Japanese Encephalitis pada manusia ini biasanya meningkat pada musim penghujan.

Baca Juga : Anak Demam, Hati-Hati Terkena Penyakit Japanese Enchepalitis

Gejala Japanese Encephalitis

Gejala yang terjadi pada penyakit ini muncul setelah 5-15 hari gigitan nyamuk yang terinfeksi virus. Gejala yang munculpun termasuk gejala yang ringan dan umum yaitu demam, menggigil, sakit kepala, lemah, mual, dan muntah.

Hanya 1 dari 200 penderita infeksi Japanese Encephalitis ini yang menunjukkan gejala berat hingga mengakibatkan peradangan pada otak yaitu mendadak demam tinggi , sakit kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi, koma, kejang, dan kelumpuhan.

Pada anak-anak, gejala yang sering terjadi adalah kejang, sedangkan sakit kepala dan kaku pada tengkuk terutama terjadi pada orang dewasa. Gejala-gejala tersebut biasanya membaik setelah fase penyakit akut terlampaui, tetapi pada 20-30% pasien, gangguan saraf kognitif dan psikiatri umumnya menetap.

Saat mengalami gejala-gejala segera lakukan pemeriksaan ke dokter guna melakukan pemeriksaan laboratorium. Saat pemeriksaan laboratorium, yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah dan pemeriksaan cairan sumsum.

Tindakan pengambilan cairan tulang sumsum adalah tindakan yang tidak sederhana, harus dilakukan di ruang perawatan, tidak bisa dilakukan di laboratorium klinik biasa.

Pengobatan Terhadap Japanese Encephalitis

Hingga saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit Japanese Encephalitis. Pengobatan yang diberikan hanya berdasarkan gejala yang diderita pasien seperti istirahat, pemenuhan kebutuhan cairan harian, pemberian obat pengurang demam, dan pemberian obat pengurang nyeri.

Penyakit ini mengharuskan pasien menjalani rawat inap agar dapat diobservasi dengan ketat, sehingga penanganan yang tepat dapat segera diberikan bila timbul gejala gangguan saraf atau komplikasi lainnya.

Langkah Pencegahan

Mencegah memang jauh lebih baik ketimbang mengobati, untuk itu marilah Moms mencegah terjadinya penyakit ini menyerang Moms maupun Si Kecil dengan cara:

  • Mencegah gigitan nyamuk menggunakan lotion atau spray anti nyamuk
  • Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh bila beraktivitas di luar rumah
  • Menggunakan kelambu saat tidur
  • Menghindari kegiatan di area pertanian, ladang, atau persawahan di mana banyak terdapat nyamuk Culex terutama pada malam hari
  • Melakukan vaksinasi menggunakan vaksin Japanese Encephalitis.

(MDP)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.